SUARAINDONEWS.COM, Jakarta – Usulan Kepala Badan Gizi Nasional (BGN), Dadan Hindayana, untuk menjadikan serangga sebagai lauk dalam program Makan Bergizi Gratis (MBG) baru-baru ini memicu perdebatan panas di masyarakat. Banyak yang pro, banyak juga yang kontra. Dan sekarang, Alifudin, anggota Komisi IX DPR RI, turun tangan meminta agar ide kontroversial ini dikaji lebih dalam. Bukan tanpa alasan, loh!
Keberagaman Budaya Indonesia yang Perlu Diperhitungkan!
Menurut Alifudin, Indonesia punya kebudayaan yang super beragam, dan yang satu ini, makan serangga, mungkin bakal susah diterima di banyak daerah. Gak semua tempat di Indonesia tuh punya kebiasaan makan serangga. Jadi, ide ini harus dipikirin dengan hati-hati supaya gak jadi masalah besar.
“Gak semua daerah di Indonesia makan serangga. Setiap daerah punya kuliner khas yang udah jadi bagian dari budaya mereka. Jadi, ide ini mungkin bakal aneh banget kalau diterapin sembarangan,” kata Alifudin.
Serangga: Sehat atau Justru Bahaya?
Selain masalah budaya, Alifudin juga khawatir tentang keamanan makan serangga. Ternyata, gak semua serangga itu aman dikonsumsi. Ada yang bisa mengandung racun atau patogen yang berbahaya kalau gak diolah dengan benar. Jadi, sebelum ide ini jadi kebijakan, perlu banget ada penelitian mendalam soal serangga mana yang aman buat dimakan!
“Beberapa serangga punya racun yang bisa bikin sakit. Jadi, kita harus hati-hati banget kalau mau masukkan serangga ke menu makan sehari-hari,” jelasnya.
Jangan Lupa Edukasi Gizi yang Seimbang!
Tapi yang paling penting, kata Alifudin, bukan cuma sekedar mengganti lauk dengan serangga, tapi lebih ke edukasi soal pentingnya makan bergizi yang seimbang! Anak-anak harus diajarin tentang asupan gizi yang bener, bukan cuma disuguhi ide makan serangga.
“Pendidikan gizi yang seimbang jauh lebih penting daripada cuma mengganti lauk. Ini soal kesehatan jangka panjang!” tegas Alifudin.
Preferensi Anak-Anak Juga Perlu Dipikirkan!
Gak semua anak bakal setuju makan serangga. Ada yang mungkin malah jijik dan merasa gak nyaman. Ini tuh bukan cuma soal makan, tapi soal perasaan anak-anak yang bisa jadi menolak kalau dipaksa makan serangga. Jadi, kebijakan ini harus diperhatiin banget supaya gak ada penolakan yang justru bikin program ini gagal.
“Gak semua anak bakal suka makan serangga. Ada yang malah takut atau jijik. Ini penting banget buat dipertimbangkan supaya program ini gak malah jadi masalah,” tambah Alifudin.
Dialog dan Kajian Itu Penting Banget!
Di akhir, Alifudin mengimbau agar semua pihak terkait mengadakan dialog terbuka dengan ahli gizi, masyarakat, dan semua pemangku kepentingan lainnya sebelum keputusan final diambil. Gak boleh ada yang merasa dirugikan, dan kebijakan yang diambil harus benar-benar berbasis data yang jelas.
“Kebijakan ini harus dibicarakan lebih lanjut dengan ahli gizi dan masyarakat. Jangan sampai kita bikin keputusan yang malah bikin masalah baru,” tutupnya.
Program Makan Bergizi Gratis dengan serangga sebagai lauk memang bisa jadi ide yang menarik, tapi sebelum dijalankan, banyak hal yang harus dipertimbangkan. Dari segi budaya, kesehatan, sampai preferensi anak-anak, semua harus dipikirkan matang-matang. Jadi, kita tunggu aja apakah ide ini bakal benar-benar diterapkan atau malah jadi ide yang dilupakan begitu saja. Stay tuned!
(Anton)