SUARAINDONEWS.COM, Jakarta – Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), Yahya Cholil Staquf atau Gus Yahya, memulai tahun 2025 dengan diskusi penuh makna bersama awak media dalam acara Ngopi Bareng Gus Yahya di Gedung PBNU, Jakarta, Jumat (3/1). Dalam suasana santai namun serius, Gus Yahya memberikan pemaparan soal refleksi awal tahun sekaligus merespons berbagai isu terkini yang tengah menjadi perhatian masyarakat.
Berikut beberapa poin penting yang dibahas dalam acara tersebut:
1. Kenaikan PPN Jadi 12 Persen: Beban Baru untuk Rakyat?
Isu kenaikan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) menjadi 12 persen menjadi perhatian utama. Gus Yahya menyoroti dampaknya terhadap masyarakat kecil, terutama dalam menghadapi kenaikan harga barang kebutuhan pokok.
“Kalau PPN dinaikkan, pemerintah harus pastikan ada kebijakan penyangga untuk rakyat kecil. Jangan sampai mereka yang sudah berat malah tambah terbebani,” ujar Gus Yahya.
PBNU mengusulkan agar ada mekanisme subsidi atau bantuan khusus untuk masyarakat berpenghasilan rendah.
2. Biaya Haji 2025: Harapan untuk Transparansi
Dalam konteks penyelenggaraan ibadah haji, Gus Yahya menekankan perlunya transparansi biaya. Biaya haji yang terus meningkat menjadi tantangan, terutama bagi umat Islam di Indonesia.
“PBNU berharap pemerintah dapat memberikan penjelasan yang rinci terkait biaya haji, agar umat memahami ke mana uang mereka dialokasikan,” kata Gus Yahya.
Ia juga menyoroti pentingnya efisiensi manajemen haji agar tidak memberatkan calon jamaah.
3. Kongres Pendidikan dan Keluarga Maslahat: Fokus pada Pendidikan Berbasis Akhlak
Gus Yahya mengapresiasi pelaksanaan Kongres Pendidikan dan Keluarga Maslahat oleh PBNU. Kongres ini bertujuan mendorong sistem pendidikan yang lebih relevan dengan nilai-nilai agama dan budaya lokal.
“Pendidikan bukan hanya soal akademik, tapi juga pembentukan karakter dan akhlak yang mulia,” tegasnya.
Dalam kesempatan ini, PBNU juga mendorong pemberian makan bergizi gratis di sekolah-sekolah berbasis NU untuk mendukung tumbuh kembang siswa.
4. Libur Sekolah Selama Ramadan: Perlu atau Tidak?
Wacana libur sekolah penuh selama Ramadan juga menjadi pembahasan menarik. Menurut Gus Yahya, libur Ramadan dapat menjadi kesempatan siswa untuk lebih mendalami nilai-nilai agama di rumah atau melalui kegiatan pesantren kilat.
“Namun, kebijakan ini harus fleksibel dan tidak mengurangi efektivitas pembelajaran,” ujar Gus Yahya.
Ia juga berharap pemerintah dapat mengatur jadwal agar kegiatan sekolah tidak bertabrakan dengan tradisi ibadah selama Ramadan.
5. Wacana Pengadaan Kembali Ujian Nasional
Ujian Nasional (UN) yang sempat dihapus kini diwacanakan untuk kembali diberlakukan. Gus Yahya mengingatkan agar kebijakan ini benar-benar mempertimbangkan kebutuhan siswa dan tantangan di lapangan.
“Jangan sampai UN hanya jadi momok yang bikin stres, tapi tidak membawa dampak signifikan bagi pendidikan nasional,” tegasnya.
6. Badan Usaha Tambang PBNU: Langkah Strategis Ekonomi Umat
PBNU kini memiliki badan usaha tambang yang dikelola oleh koperasi untuk memanfaatkan lahan konsesi dari pemerintah di Kalimantan Timur. Langkah ini dinilai strategis untuk memperkuat ekonomi umat melalui bisnis berbasis komunitas.
“Koperasi tambang ini bukan hanya untuk keuntungan PBNU, tapi juga untuk kesejahteraan umat secara keseluruhan,” ujar Gus Yahya.
7. PBNU Soroti Nilai Tukar Rupiah
Turunnya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS juga menjadi perhatian PBNU. Menurut Gus Yahya, pelemahan rupiah berdampak besar pada harga barang impor dan daya beli masyarakat.
“PBNU berharap pemerintah bisa mengambil langkah strategis untuk menjaga stabilitas rupiah. Ini penting untuk melindungi perekonomian rakyat,” jelasnya.
Pesan Gus Yahya untuk 2025: Gotong Royong adalah Kunci
Di akhir diskusi, Gus Yahya menyampaikan harapannya untuk tahun 2025. Ia menekankan pentingnya gotong royong antara pemerintah, masyarakat, dan organisasi untuk menghadapi tantangan yang ada.
“Tantangan besar akan terus datang, tapi kalau kita bersatu dan saling mendukung, kita pasti bisa melewatinya,” tutup Gus Yahya.
Acara Ngopi Bareng Gus Yahya ini menjadi refleksi yang bermakna untuk memulai tahun baru dengan semangat kolaborasi demi Indonesia yang lebih baik.
(ANTON)