SUARAINDONEWS.COM, Jakarta – Akhir-akhir ini, warga Jakarta dibuat pusing gara-gara gas elpiji 3 kg yang tiba-tiba susah dicari. Banyak yang harus muter-muter cari ke warung atau agen resmi, tapi stoknya kosong. Bahkan kalau pun ada, harganya naik gila-gilaan. Masalah ini langsung jadi viral di media sosial, dan akhirnya pemerintah buka suara.
Kenapa Gas Melon Langka?
Ternyata, penyebab utama kelangkaan gas ini adalah pengurangan kuota elpiji bersubsidi untuk tahun 2025. Kepala Dinas Tenaga Kerja, Transmigrasi, dan Energi (Disnakertransgi) DKI Jakarta, Hari Nugroho, bilang kalau pasokan gas tahun depan bakal lebih sedikit dibanding tahun ini.
“Kuota elpiji subsidi untuk Jakarta di 2025 lebih kecil sekitar 1,6 persen dari realisasi penyaluran di 2024,” katanya, Rabu (29/1).
Karena jumlahnya berkurang, stok gas di pasaran ikut menipis. Akhirnya, warga yang biasanya bisa beli dengan gampang, sekarang harus antre panjang atau beli di pengecer dengan harga lebih mahal.
Bukan Cuma Kuota, Ada Modus Nakal Juga!
Selain kuota yang dikurangi, ternyata ada juga modus curang yang bikin gas makin langka! Pada Mei 2024, Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan mengungkapkan bahwa ada 11 Stasiun Pengisian Bulk Elpiji (SPBE) yang ketahuan mengurangi isi tabung gas.
“Ada kekurangan isi gas antara 200 hingga 700 gram per tabung. Ini jelas merugikan masyarakat,” ujar Zulkifli Hasan.
Jadi, meskipun kelihatannya gas tetap ada, isinya ternyata lebih sedikit dari seharusnya. Alhasil, gas jadi lebih cepat habis, dan permintaan makin tinggi.
Dulu Dibilang Aman, Kok Sekarang Langka?
Yang bikin heran, pada April 2024, Disnakertransgi DKI Jakarta sempat meyakinkan kalau stok elpiji aman menjelang Idulfitri. Mereka bahkan sudah menyiapkan tambahan kuota bersama PT Pertamina supaya masyarakat nggak kesulitan cari gas.
Tapi kenyataannya? Sekarang malah susah banget dapet gas melon!
Gas Langka, Harga Naik Gila-gilaan!
Bukan cuma di Jakarta, kelangkaan gas ini juga terjadi di daerah lain. Misalnya, pada Oktober 2024, warga di Lempake, Samarinda Utara, juga kesulitan mendapatkan gas elpiji 3 kg. Harganya yang biasanya sekitar Rp 20 ribu per tabung, tiba-tiba naik jadi Rp 40 ribu!
“Sekarang cari gas susah banget, kalau pun ada harganya mahal,” kata salah satu warga.
Masalah Distribusi atau Emang Beneran Langka?
Pihak Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) punya pendapat lain. Menurut mereka, kelangkaan ini bukan karena stok habis, tapi masalah distribusi.
“Elpiji 3 kg tidak langka, tapi distribusinya yang bermasalah,” tegas Kementerian ESDM.
Sekarang, pemerintah janji bakal memperbaiki sistem distribusi supaya gas lebih mudah diakses. Tapi kalau belum ada solusi konkret, ya masyarakat tetap harus berjuang buat dapetin gas yang harusnya jadi hak mereka.
Gimana menurut kalian? Beneran karena kuota atau ada penyebab lain? Share pendapat kalian di kolom komentar!
(Anton)