SUARAINDONEWS.COM, Jakarta-Wakil Ketua Komisi IV DPR RI Herman Khaeron prihatin masih tingginya harga cabai di pasaran. Tingginya harga cabai di tingkat konsumen disebabkan atau dipengaruhi oleh proses distribusi yang tidak normal. Karenanya harus ada yang mengurusi pendistribusian cabai utamanya di musim libur panjang seperti natal dan tahun baru.
“Jadi, memang dipengaruhi distribusi, libur Natal dan tahun baru. (Mahalnya cabai-red) Ini adanya pada aspek pendistribusian,” kata Herman usai melakukan inspeksi mendadak (sidak) di Pasar Palmerah, Jakarta Barat, Rabu, (11/1/2017).
Herman berpendapat Kalau produksi di petani berlangsung baik, lalu suplai di pasar terhambat dan harga cukup tinggi, berarti ada aspek distribusi yang harus diperhatikan. “Jika produksi menyusut, wajar jika harga melambung. Tetapi ini kan produksi normal. Tidak ada peristiwa yang menjadikan pasokan menurun. Tidak ada banjir. Tidak ada kekeringan. Makanya aneh jika harga melambung. Setelah kita cek ternyata distribusinya,” jelas Herman.
Herman melakukan sidak ke pasar Palmerah, Jakarta Barat, pada Rabu (11/1) dan ditermui harga cabai yang mencapai Rp 140 ribu untuk jenis rawit. Harga tersebut memang tidak rasional mengingat di petani harganya masih di bawah Rp 30 ribu.
“Per Rabu hari ini tanggal 11 Januari 2017 harga cabai besar antara Rp 50 ribu sampai Rp 55 ribu. Harga cabai keriting hampir sama Rp 50 sampai Rp 55 ribu, tapi harga cabai rawit di Pasar Palmerah sebesar Rp 140 ribu per kilogram. Ini kan masih mahal,” tegas Herman.
Herman memprediksi bahwa tingginya harga cabai masih berlangsung sampai beberapa hari ke depan. Dia sudah mengecek secara langsung ke Dirjen Holtikultura mengenai harga cabai dari tingkat petani hingga ke pasaran tradisional.
“Di mana daerah-daerah produksi sebetulnya berproduksi secara normal, harga di daerah pun harganya memang awalnya masih normal. Tapi, harga di pasar tradisional naik, dan sekarang harga di petani sudah mulai naik. Sehingga untuk turun dalam waktu dekat ini memang membutuhkan waktu,” ujar politisi dari Cirebon, Jawa Barat ini.(EK/Bams)