SUARAINDONEWS.COM, Jakarta-Memperingati Hari Kebangkitan Nasional 2017, bertempat di Perpustakaan MPR-RI, sejumlah organisasi kemasyarakatan seperti Patriot Nasional (PATRON), Srikandi PATRON, Forum Bela Negara DPW DKI Jakarta dan Komando FBN RI menggelar diskusi Bela Negara bertemakan Kunjungan Pustaka Kebangsaaan di Perpustakaan MPR RI Gedung MPR/RI Senayan Jakarta Pusat, Senin (22/5/2017).
Diskusi Bela Negara ini bernarasumberkan Wakil Ketua Umum FBN RI, Angga Rahardian T dan Ketua FBN DPW Prov. DKI Jakarta, Morris SK. SH dan dipandu Ketua PP. Srikandi PATRON, Lia Nurhendi Maktal, SE, berlangsung penuh dinamika.
Dalam kesempatan itu, Morris SK memaparkan sejarah terbentuknya Forum Bela Negara sebagai ormas yang bernaung langsung di bawah Kementerian Pertahanan RI. Sekaligus menekankan bahwa Bela Negara bisa dilakukan lewat cara-cara yang soft maupun hard. Karena Bela Negara saat ini, tidak selalu identik dengan dunia militer, arau harus dengan angkat senjata. Bela Negara dapat dilakukan kapan saja dan oleh siapa saja sesuai bidang dan profesinya masing-masing.
Sedangkan di kesempatan berikutnya, Angga Rahardian T, yang juga selaku salah satu pendiri Forum Bela Negara memaparkan beberapa persoalan terkait Bela Negara. Salah satunya tentang Ideologi Pancasila yang mulai banyak ditinggalkan dan kini kerap dirongrong oleh sekelompok ormas atau sekelompok kepentingan tertentu yang menginginkan negara Indonesia porak poranda rasa nasionalusmenya dan rasa kebhinnekaannya.
Oleh karenanya, lanjut Angga, jika mengacu kepada sila keempat dari Pancasila yang berbunyi Kerakyatan yang dimpimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam permusyawaratan dan perwakilan, maka sudah seharusnya dalam menata kehidupan, pembangunan dan politik negara ini harus berlandaskan permusyawaratan dan perwakilan. Ini yang harus kita perjuangkan kembali kedepan dengan sejumlah kajian dan masukan bagi pemerintah.
Dalam diskusi yang diselingi tanya jawab itu juga terungkap tentang rasa kecewa masyarakat terkait sudah ditinggalkanya nilai-nilai nasionalisme dan ideologi Pancasila pada generasi muda Indonesia. Terbukti dengan dihapuskannya mata pelajaran sekolah yang notabene mengupas tuntas tentang Pancasila seperti Pendidikan Moral Pancasila (PMP) dan beberapa mata pelajaran lainnya yang terkait hal tersebut.
Bahkan Lia Nurhendi berbagi pengalamannya saat berjalan di sekitar Gedung Nusantara II menuju lokasi acara diskusi. Dan kebetulan di depannya ada tiga pria anggota DPR RI yang sempat membaca banner kegiatan acara diskusi ini. Lia pun mendengar diantara mereka ada yang berujar bahwa Negara gak perlu dibela, dan apa itu Forum Bela Negara?.
Lia pun langsung berdebat dengan ke tiga anggota DPR RI terhormat itu, terkait Bela Negara. Selanjutnya peristiwa itu menjadi catatan penting dalam diskusi ini bahwa kedepan sudah harus menjadi kewajiban pemerintah untuk membekali para calon wakil rakyat dimanapun dengan Program Khusus Bela Begara. Sehingga tak ada lagi anggota dewan perwakilan rakyat yang berfikirnya nyeleneh terhadap negara dan bangsanya sendiri yakni negara dan bangsa Indonesia.
“Ini menjadi tugas kita bersama untuk terus menggelorakan, menanamkan dan memahami sepenuhnya Bela Negara bagi siaoa pum di seantero tanah air,” tegas Panglima Komando FBN RI Elissa Wattimena, yang turut geram dan perihatin atas peristiwa itu.
Dirinya tidak menduga ada anggota DPR yang belum mengerti tentang pentingnya Bela Negara. Ini lagi-lagi bukti longgarnya syarat dan kriteria untuk menjadi wakil rakyat. Banyak kader dewan yang tidak bermutu bisa lolos lantaran hanya bermodalkan kemenangan Pileg semara, ungkapnya mengingatkan.
(ist/tjo; foto iast