SUARAINDONEWS.COM, Jakarta-Kementerian Perindustrian (Kemenperin) meminta agar berbagai upaya yang dilakukan dalam mendukung peningkatan perekonomian nasional didukung juga oleh instansi lain. Sebab selama ini, berbagai upaya yang dilakukan oleh Kemenperin baik yang ditujukan terhadap industri besar, kecil, dan menengah, ada yang tidak menunjang kebijakan tersebut.
Beberapa waktu yang lalu, staf khusus Menteri Perindustrian Benny Soetrisno menegaskan, pertumbuhan industri nasional akan lebih tinggi apabila tingkat suku bunga diturunkan secara signifikan oleh Bank Indonesia (BI). Terlebih lagi, kebijakan suku bunga BI bisa menghambat pertumbuhan industri dan iklim investasi.
“Dengan adanya deflasi, seharusnya BI menurunkan tingkat suku bunga,” ujar Benny yang juga pelaku industri. Dengan tingkat suku bunga rendah, kalangan industri akan mendapat pinjaman yang lebih murah, sehingga mampu meningkatkan daya saing di tingkat internasional.
“Tingkat suku bunga di Tiongkok dan Singapura sangat rendah sekitar 4-5 persen. Bahkan di beberapa negara lain lebih rendah lagi mencapai 3 persen,” ungkapnya. Sementara itu, kebijakan suku bunga kredit di Indonesia tercatat antara 9-11 persen.
Saat ini pemerintah fokus menciptakan iklim usaha yang kondusif bagi para penanam modal di Indonesia agar terus mendorong investasi dan ekspansi. Kondisi pasar yang cukup stabil, menjadikan industri mampu berkinerja positif sehingga memacu pertumbuhan ekonomi di kuartal pertama tahun 2017, mencapai 5,01 persen di atas pertumbuhan dalam periode yang sama tahun lalu 4,92 persen.
“Industri pengolahan nonmigas berkontribusi 20 persen pada kuartal pertama ini, atau naik dari sebelumnya 18 persen. Kenaikan yang juga cukup menggembirakan terlihat dari nilai ekspor hingga 22 persen,” kata Menteri Perindustrian Airlangga Hartarto di Jakarta, Selasa petang (9/5).
Sektor industri yang bertumbuh tinggi pada triwulan I-2017, yaitu industri kimia farmasi dan obat tradisional 8,34 persen, industri makanan dan minuman 8,15 persen, industri karet, barang dari karet dan plastik 7,52 persen, serta industri kulit, barang dari kulit dan alas kaki 7,41 persen.
Menperin juga menekankan, salah satu peran penting pada industri manufaktur adalah menciptakan nilai tambah produk. Meskipun terjadi kenaikan impor barang modal dan bahan baku, namun itu menunjukkan investasi yang meningkat dan produksi terus berjalan.
“Misalnya impor kapas untuk mendukung industri tekstil di Indonesia. Kapasitas produk pakaian dan sepatu olahraga dalam negeri telah melampaui Tiongkok. Bahkan 30 persen dari merek Amerika Serikat diproduksi di Indonesia,” ungkapnya didampingi sejumlah pejabat eselon I Kemenperin.
Menperin juga menyampaikan, kawasan industri bisa menjadi ujung tombak untuk menarik investasi dan melihat perkembangan industri yang berekspansi di tanah air. “Maka kami juga telah mengumpulkan perusahaan pengelola kawasan industri agar terus meningkatkan pembangunan fasilitas dan infrastruktur yang mendukung kebutuhan industri,” imbuhnya.
Dalam upaya menjaga pertumbuhan industri nasional yang mulai merangkak naik, diperlukan sinergi kuat antara kementerian dan lembaga terkait. Hal itu disampaikan Dirjen industri Kecil dan Menengah (IKM) Kemenperin Gati Wibawaningsih. Dengan demikian diharapkan langkah Kementerian Perindustrian dapat berjalan baik sesuai program prioritas pemerintah dalam pemerataan ekonomi nasional.
“Sampai saat ini, Kemenperin fokus untuk meningkatkan pengembangan manufaktur, dengan banyak kegiatan strategis yang dilakukan seperti penguatan pendidikan vokasi industri, pendalaman struktur industri, pembinaan kepada industri padat karya berorientasi ekspor, pengembangan industri berbasis sumber daya alam, serta pengembangan perwilayahan industri,” paparnya. [Nonie]