SUARAINDONEWS.COM, Jakarta – Wakil Ketua DPP Partai Golkar, Idrus Marham, menegaskan bahwa Pancasila harus menjadi pedoman utama dalam kehidupan berbangsa dan bernegara, bukan hanya sekadar teori atau wawasan akademis. Menurutnya, jika Pancasila tidak diterapkan secara nyata, Indonesia bisa menghadapi perpecahan di masa depan.
“Pancasila bukan hanya teori di atas kertas. Jika tidak menjadi pedoman hidup, kita membuka ruang bagi kelompok yang ingin memecah belah bangsa,” kata Idrus.
Pancasila: Perekat Bangsa yang Harus Diterapkan
Idrus menyoroti berbagai isu yang berkembang di Indonesia, seperti oligarki dan konflik kepentingan, yang menurutnya muncul karena Pancasila hanya dijadikan slogan tanpa implementasi yang nyata.
“Kalau Pancasila hanya sekadar pengetahuan tanpa diterapkan, maka fungsinya sebagai perekat bangsa akan hilang,” ujarnya.
Sebagai langkah konkret, Golkar telah menyusun buku berjudul Pancasila Ideologi Partai Golkar untuk memperkuat pemahaman dan penerapan nilai-nilai Pancasila dalam kebijakan partai dan kehidupan berbangsa.
Refleksi 25 Tahun Reformasi
Idrus juga mengajak masyarakat untuk mengevaluasi perjalanan reformasi selama 25 tahun terakhir. Ia menyoroti hasil amandemen UUD 1945 yang dilakukan dalam empat tahap dan mempertanyakan apakah perubahan tersebut sudah benar-benar mencerminkan nilai-nilai Pancasila.
“Sudah 25 tahun reformasi berjalan, kita perlu mengkaji ulang apakah amandemen UUD 1945 benar-benar menjahit nilai-nilai Pancasila ke dalam sistem ketatanegaraan kita,” tegasnya.
Sebagai bagian dari evaluasi ini, Partai Golkar telah membentuk tim kajian untuk menganalisis sistem politik dan kehidupan kebangsaan guna memastikan bahwa Indonesia tetap berada di jalur yang sesuai dengan semangat Pancasila.
Menata Masa Depan dengan Kesadaran Kolektif
Idrus membandingkan kondisi saat ini dengan reformasi 1998-1999, yang menurutnya banyak dipengaruhi oleh emosi dan dendam politik masa lalu. Kini, menurutnya, perubahan harus dilakukan secara objektif, bukan sekadar reaksi terhadap peristiwa tertentu.
“Dulu, reformasi terjadi sebagai reaksi terhadap penyimpangan kekuasaan. Sekarang, kita harus berpikir lebih objektif dan membangun sistem politik yang stabil dan berkelanjutan,” jelasnya.
Ia berharap evaluasi ini akan melahirkan sistem politik yang lebih kokoh, tanpa terpengaruh oleh kepentingan sesaat atau konflik politik.
Menurut Idrus, Pancasila harus lebih dari sekadar teori, melainkan harus menjadi pedoman hidup yang benar-benar diterapkan dalam kebijakan dan kehidupan sehari-hari. Partai Golkar berkomitmen untuk terus mengkaji sistem politik dan ketatanegaraan agar tetap berpegang pada nilai-nilai Pancasila. Dengan refleksi 25 tahun reformasi, ia berharap Indonesia dapat melangkah maju dengan sistem yang lebih kuat dan stabil untuk masa depan bangsa.
(Anton)