SUARAINDONEWS.COM, Jakarta – Partai Golkar tampaknya sudah bosan hanya jadi penonton. Kini, mereka turun gelanggang—tak hanya dalam politik, tapi juga urusan ekonomi rakyat. Lewat pembentukan Tim Hilirisasi, partai berlambang pohon beringin ini mengklaim siap mendukung penuh program Asta Cita ala duet Prabowo-Gibran. Targetnya? Bikin komoditas lokal naik kelas, dan katanya, rakyat ikut sejahtera.
Ya, setidaknya itu yang mereka bilang dalam pertemuan bertajuk Silaturahmi Strategi Gerakan Partai Golkar Berbasis Ideologi dan Karya Kekaryaan. Panjang, ya? Tapi intinya: Golkar nggak mau cuma jadi partai nostalgia.
“Bukan Wacana Lagi, Ini Udah Jalan!”
Wakil Ketua Umum Golkar, Idrus Marham, tampil percaya diri saat menyampaikan bahwa Golkar kini sudah move on dari fase “nanti, nanti, nanti”.
“Jadi tidak lagi bicara akan, akan, akan. Tapi sudah fokus pada jenis komunitas yang akan dikembangkan di setiap daerah, sesuai dengan klinika rakyatnya,” tegas Idrus.
“Klinika rakyat”? Mungkin maksudnya “kondisi rakyat”, ya. Tapi sudahlah, kita lanjut saja.
Dari Nilam Aceh Sampai Kakao—Semua Diolah, Semua Dijual
Ketua Tim Hilirisasi, Andi Haryanto Sinulingga, menyebut Aceh sebagai titik awal program. Alasannya? Bukan cuma karena potensinya, tapi juga karena daerah ini masih masuk daftar provinsi termiskin di Sumatera.
“Kami minta agar nilam, komoditas khas Aceh, masuk dalam daftar prioritas hilirisasi nasional. Ini penting karena Aceh adalah provinsi termiskin pertama di Sumatera. Bukan karena malas, tapi karena 30 tahun konflik,” ujar Andi.
FYI aja, nilam itu minyak atsiri yang bisa jadi parfum atau pembersih lantai. Di Aceh, rakyatnya bahkan sudah lebih dulu kreatif lewat Arsiri Research Center.
Hilirisasi Itu Santan, Bukan Tambang Doang
Andi juga ingin mengingatkan kita semua: hilirisasi itu bukan cuma soal nikel dan tambang lain. Rakyat di desa sudah lama ngelakuin itu, cuma mungkin nggak disebut “hilirisasi” aja.
“Ekonomi, ekonomi, ekonomi! Tapi langkahnya harus konkret. Dari kelapa jadi santan, dari santan jadi coconut oil—itu hilirisasi yang selama ini rakyat kita sudah lakukan.”
Jadi, kalau ibu-ibu di kampung bikin minyak kelapa sendiri, berarti mereka pelopor ekonomi nasional dong?
Gunakan Parfum Lokal, Dukung Pembangunan!
Salah satu kampanye menarik (dan agak nyentrik) dari Golkar adalah: pakai parfum lokal! Serius.
“Mulai dari kita sendiri. Walaupun punya parfum branded di rumah, tapi sehari-hari kita pakai parfum lokal!” kata Andi sambil tersenyum penuh keyakinan.
Nah, ini baru karya kekaryaan. Siapa tahu nanti ada kebijakan wajib pakai parfum produksi dalam negeri di DPR.
Dari Maluku sampai Papua: Semua Ikut Hilirisasi
Bukan cuma Aceh yang jadi sasaran. Golkar juga menargetkan daerah kaya sumber daya seperti Maluku Utara, Sulawesi Tenggara, Papua, hingga Sumatera Barat. Komoditasnya? Mulai dari karet, ikan, kakao, sampai kelapa. Semua siap “dihilirkan”.
Kader muda seperti Samud dan Helmi disebut aktif di lapangan. Walau belum banyak yang tahu siapa mereka, tapi semangatnya patut diapresiasi.
Politik, Tapi Jangan Cuma Buat Kursi
Menurut Andi, arah politik Golkar ke depan harus lebih membumi—bukan cuma buat rebutan jabatan, tapi beneran buat rakyat.
“Politik kita itu harus digeser jadi politik kesejahteraan, politik pendidikan, politik moral bangsa. Bukan politik demi politik.”
Kedengeran bagus, sih. Tapi ya, mari kita lihat nanti praktiknya gimana.
Golkar Mau Aksi, Bukan Basa-Basi
Kesimpulannya? Golkar mencoba merevitalisasi jati diri lamanya sebagai partai pekerja, bukan cuma partai pembicara. Dari minyak nilam sampai santan kelapa, dari parfum lokal sampai produksi rumah tangga—semuanya dibingkai dalam slogan baru (atau lama?) mereka: Karya Kekaryaan.
Apakah ini akan berdampak nyata bagi rakyat atau sekadar gerakan pencitraan? Waktu yang akan membuktikan. Tapi yang jelas, hari ini Golkar tampil dengan aroma baru—semoga bukan cuma parfum lokal semata.
(Anton)