SUARAINDONEWS.COM, Jakarta-Dunia hiburan Indonesia belum memiliki tradisi melestarikan dan merawat karya para legenda musik berprestasi sehingga perlu upaya mengekalkan daya hidup sang legenda, salah satunya dengan menghadirkan buku buku yang mengupas sang legenda seperti Chrismansyah Rahadi (lahir dengan nama Christian Rahadi di Jakarta, 16 September 1949 – meninggal di Jakarta, 30 Maret 2007) yang lebih dikenal dengan nama panggung Chrisye, seorang penyanyi pop dan pencipta terbaik Indonesia.
Seperti sejumlah karya tulis yang lahir dari keingintahuan terhadap Chrisye yang ditulis oleh Alberthiene Endah “Chrisye: Sebuah Memoar Musikal ” dan The Last Words of CHRISYE “, dan yang dibuat oleh Komunitas Kangen Chrisye (K2C) seperti “Chrisye Kesan di Mata Media, sahabat dan Fans” dan “10 Tahun Setelah Chrisye Pergi : Ekspresi Kangen Penggemar ” oleh Nini Sunny.
Namun di Tahun ke-11 Chrisye Berpulang ada Kado Kecil dari K2C untuk para Penggemar Chrisye dimana pun yakni dengan diterbitkannya buku “11 Tahun Kangen Chrisye, yang diterbitkan BIP Kelompok Gramedia, sebuah kumpulan tulisan Jurnalis tentang Chrisye (30 Maret – 5 April 2018), pada 17 September 2018, di Aruba Cafe, Blok M, Jakarta Selatan.
Tak kurang dari 29 tulisan Jurnalis berhasil dikumpulkan untuk menandai 11 Tahun Chrisye yang selalu dikenang. Ke-29 jurnalis tersebut diantaranya Teguh Imam Suryadi, Edo, Aliyah Fathiyah, Romy Syahril, Benny Benke, Anggie Hernowo, Bambang Tjoek, Bobby Batara, Sutrisno Buyil, Chairul Fikri, Didang Pradjasasmita, Dimas Supriyanto, Eri, Fajar Irawan, Ferdi, Hardo Sukoyo, Henry Hens, Herman Wijaya, Ibrahim Syakroni, Indrawan Ibonk, Ipik Tanoyo, John JS, M.Firmansyah, Mambang Yazid, Nuran Wibisono, Thomas Manggala, Wempy Fauzi, Yan Wijaya dan Akhmad Sekhu.
Dalam peluncuran buku yang dihadiri Damayanti Noor, isteri mendiang Chrisye dan Kordinator K2C, Ferry Mursyidan Baldan, serta Bens Leo, jurnalis pemerhati musik Indonesia, sekaligus memperkenalkan EToll Card dengan gambar Chrisye bagi para penggemar Chrisye di seluruh Indonesia.
Dalam kesempatan tersebut, Damayanti Noor menegaskan bahwa Komunitas Kangen Chrisye (K2C) dinilai komunitas yang cukup aktif untuk terus membuat sejumlah kegiatan mengenang lagu lagu yang dibawakan Chrisye. Dan tidak hanya pada lagu lagunya saja, tapi juga membuat sejumlah buku untuk almarhum Chrisye. Jadi rasa rasanya sejumlah buku tentang Chrisye, termasuk yang dipublikasikan K2C saat ini (11 Tahun Chrisye) layak untuk dimasukkan dan melengkapi memorabilia Chrisye di Museum Musik Dunia, Kota Batu, Malang, Jawa Timur.
Sementara Ferry Mursyidan Baldan, selaku Kordinator Komunitas Kangen Chrisye, nampaknya tak pernah lelah menginfluence penggemar Chrisye dengan sejumlah ide idenya, salah satunya yakni EToll Card bergambar Chrisye bagi penggemar penyanyi pop Indonesia yang luar biasa ini. Disamping sejumlah kegiatan K2C lainnya seperti Chrisye Night, Drumband Lagu Lagu Chrisye, dan lain sebagainya.
“Inilah adalah cara K2C mengekspresikan kekaguman pada sang idola, meski ia sudah pergi. Ekspresi ini mungkin bercampur dengan ketidakrelaan kami, jika Chrisye menghilang begitu saja dari ingatan masyarakat dan pencinta musik Indonesia,” ujar Ferry Mursyidan Baldan, mantan Menteri Agraria dan Tata Ruang/Kepala Badan Pertanahan Nasional.
Dan bagi Bens Leo, Chrisye adalah magma di Industri musik Indonesia dan kontribusinya di dunia musik Indonesia jadi roll model musisi lintas generasi, hingga memudahkan para jurnalis seni budaya melacak rekam jejak almarhum.
Buku ini berisi rangkuman karya tulis 29 jurnalis musik Indonesia dan anda boleh takjub pada ragam celah pandang pemikiran para jurnalis musik kita, jelas Bens Leo menutup.
(tjo; foto dok/gha