SUARAINDONEWS.COM, Jakarta-Sidang lanjutan dugaan penistaan agama dengan terdakwa Basuki Tjahaya Purnama (Ahok) di Auditorium Kementrian Pertanian (Kementan) Jl.RM Harsono, Jakarta Selatan, dengan menghadirkan Wakil Ketua Umum MUI Yunahar Ilyas menjadi ahli agama kedua yang dihadirkan jaksa, Selasa (21/2/2017) kemarin.
Dalam memberikan kesaksian tersebut, diawali dengan pertanyaan yang dilontarkan soal pemeriksaannya oleh pihak kepolisian.
Menjawab pertanyaan awal tersebut, Yunahar mengaku diminta menonton video pidato Ahok yang berdurasi sekitar 30 menit saat di Kepulauan Seribu.
“Versi yang saya tonton itu versi yang 30 menit, saya tidak ingat betul. Lengkap saya menonton video itu mulai dari Bapak Gubernur turun dari kapal kemudian masuk ke ruang pertemuan itu. Kemudian ada budidaya ikan kerapu, panen dan sebagainya. Sekitar 30 menit, mungkin ya saya tidak ingat sekarang,” jelasnya Yunahar.
Kemudian Majelis Hakim menanyakan kepada Yuhanar, setelah melihat video tersebut, bagian mana yang kemudian ditanya oleh peyidik polisi.
“Terutama bagian yang dianggap sebagai penistaan agama, khususnya pada kalimat `dibohongi pakai Al-Maidah 51`. fokusnya pada bagian itu,” jawab Yunahar.
Ahli agama dari MUI ini menjelaskan arti kata `aulia` di Al-Maidah ayat 51. Menurut Yunahar, aulia lebih tepat diartikan sebagai pemimpin daripada teman dekat.
“Artinya yang dimaksud dengan aulia di dalam ayat 51 itu pemimpin yang bersifat struktural. Kalau begitu saya akan membedakan pemimpin yang struktural dan kultural, dan bersifat profesional,” ujar Yunahar.
Dijelaskan Yunahar, pemimpin yang bersifat struktural adalah pemimpin yang dipilih, misalnya saja presiden, wakil presiden, termasuk gubernur.
“Tapi menteri tidak dipilih, sehingga tidak pernah ada memperdebatkan menteri nonmuslim. Begitu juga pekerjaan-pekerjaan bersifat profesional seperti direktur, direktur utama,” ucapnya.
Lebih lanjut Yunahar menuturkan, jika kata aulia di Al-Maidah 51 diterjemahkan menjadi teman dekat, maka akan lebih berat lagi. Di mana seseorang akan dilarang untuk berteman dekat dengan orang Yahudi dan Nasrani.
“Jika Al-Maidah diterjemahkan dengan teman dekat, menurut saya jutsru lebih berat, yang moderat diartikan ke pemimpin. Kalau diartikan ke teman setia maka berteman pun tidak boleh dengan Yahudi dan Nasrani. Itu lebih berat,” jelas Yunahar (AR)