SUARAINDONEWS.COM, Jakarta – Wakil Ketua DPD RI, Tamsil Linrung, menekankan pentingnya persatuan antara sipil dan militer sebagai kunci agar Indonesia bisa melangkah lebih jauh di kancah global. Hal itu ia sampaikan saat memberi orasi kebangsaan dalam acara Halal Bihalal Nasional Keluarga Besar Alumni dan Kader HMI MPO di Aula Badan Bahasa UNJ, Rawamangun, Minggu (11/5).
Di hadapan ratusan peserta, Tamsil mengajak alumni HMI untuk ikut memperkuat sinergi antar elemen bangsa, terutama melalui kolaborasi lintas sektor.
“Persatuan sipil dan militer adalah fondasi untuk mengelola potensi besar bangsa Indonesia. Dengan sinergi ini, kita dapat sejajar dengan negara maju, termasuk memperkuat pengaruh di BRICS untuk memperjuangkan kepentingan umat dan dunia yang lebih adil,” ujarnya.
Menurut Tamsil, negara-negara yang gagal menjaga hubungan baik antara sipil dan militer selalu membayar harga yang mahal. Karena itu, ia mengingatkan agar tak ada pihak yang memancing keretakan di tengah situasi Indonesia yang cukup kondusif saat ini.
Dalam acara yang juga dihadiri Anies Baswedan—yang sempat jadi rival Prabowo di Pilpres 2024—Tamsil menyampaikan bahwa membangun bangsa tidak cukup hanya lewat ide-ide besar, tapi juga lewat eksekusi nyata dan kolaborasi yang konkret.
Asta Cita Jadi Panduan Strategis
Tamsil juga memuji arah kebijakan Presiden terpilih Prabowo Subianto melalui visi Asta Cita, yang menurutnya bisa jadi panduan strategis menuju Indonesia yang adil dan sejahtera.
“Asta Cita adalah panduan menuju Baldatun Thayyibatun wa Rabbun Ghafur, mengintegrasikan pembangunan ekonomi, kesejahteraan sosial, dan keberadaban moral,” ujarnya.
Ia menilai program-program seperti pelatihan vokasi nasional, makan bergizi gratis, hingga industrialisasi berbasis sumber daya lokal adalah bentuk nyata dari usaha mengurangi ketimpangan sosial dan memaksimalkan potensi generasi muda Indonesia.
Namun, menurutnya, program sehebat apa pun tetap butuh pemimpin yang bukan hanya pintar, tapi juga punya nyali dan integritas.
“Kepemimpinan visioner itu bukan hanya soal kompetensi, tapi juga soal keberanian moral untuk menempatkan rakyat sebagai prioritas utama,” tegasnya.
Peran Alumni HMI
Sebagai mantan aktivis HMI, Tamsil juga mendorong alumni HMI untuk ambil bagian dalam mewujudkan cita-cita besar bangsa. Ia berharap mereka tak sekadar jadi penonton, tapi aktif terlibat dalam kebijakan, advokasi, hingga pengambilan keputusan.
“Kita harus membangun ekosistem kolaboratif lintas sektor, dari pendidikan sampai industri, agar visi Asta Cita benar-benar terasa manfaatnya oleh rakyat,” kata mantan Ketua Banggar DPR RI ini.
Selain itu, ia menekankan pentingnya menjaga silaturahmi, bukan hanya sebagai tradisi, tapi sebagai strategi merawat persatuan bangsa.
“Silaturahmi adalah fondasi perjuangan permanen untuk menyatukan bangsa di tengah ancaman fragmentasi sosial,” ujarnya.
Tamsil juga mengangkat isu ketimpangan sosial sebagai tantangan besar yang harus dihadapi bersama. Ia ingin alumni HMI lebih aktif dalam memperjuangkan keadilan sosial, bukan sekadar berbicara di ruang wacana.
Palestina dan Peran BRICS
Dalam konteks internasional, Tamsil menegaskan sikap tegas Indonesia dalam mendukung kemerdekaan Palestina. Ia menyebut diam terhadap penjajahan di Palestina adalah bentuk pengkhianatan terhadap jati diri bangsa Indonesia.
“Kita harus menggalang negara-negara BRICS untuk memperjuangkan kemerdekaan Palestina melalui diplomasi yang kuat,” ujarnya, sembari mendorong kampanye boikot terhadap produk-produk yang terafiliasi dengan Israel.
Tiga Kesadaran Strategis Umat
Sebagai penutup, Tamsil mengajak seluruh peserta untuk bangkit dan berperan strategis dalam membangun bangsa, dengan landasan tiga kesadaran utama: ukhuwah (persaudaraan), peran, dan spiritualitas.
“Kita mungkin berbeda strategi, tapi satu dalam cita-cita membangun bangsa yang bermartabat,” pungkasnya, yang langsung disambut antusias oleh para peserta.
(Anton)