SUARAINDONEWS.COM, Jakarta-Tidak dipungkiri lagi bahwa kita sebagai manusia membutuhkan manusia lain. Hubungan antara orang tua dan anak, hubungan antara guru dan murid, hubungan antara pimpinan dan bawahan, serta banyak hubungan antar manusia lainnya yang tentunya tidak bisa dilakukan bila hanya dilakukan oleh 1 manusia sebagai aktor atau artisnya. Dalam hubungan-hubungan manusia tersebut lambat laun akan membentuk pola dan sistem komunikasi. Secara umum sistem komunikasi dapat diartikan sebagai seperangkat hal-hal tentang proses penyampaian pesan yang berhubungan satu sama lain dan membentuk suatu keseluruhan.
Sebagai contoh, manusia bisa melihat kawanan semut ketika sedang berkomunikasi antara satu dengan yang lain. Kajian ilmiah menyebutkan bahwa semut berkomunikasi dengan menggunakan cairan kimia yang disebut feromon untuk membentuk jejak aroma tertentu. Salah satu scan kehidupan semut yang dapat dipelajari adalah ketika mereka menemukan bongkahan-bongkahan gula untuk diangkut dan diserahkan kepada ratunya. Tentunya bila mereka menemukan bongkahan gula yang besarnya melebihi kapasitas, mereka akan berkomunikasi dan bekerjasama dengan sesamanya untuk menyelesaikan pekerjaan tersebut.
Hal ini sejalan dengan pengertian sistem komunikasi di atas bahwa seekor semut pun memiliki seperangkat hal-hal dalam berhubungan dengan semut lain. Perangkat atau unsur utama yang dapat dilihat di sini adalah semut dapat mengetahui kepada siapa dia harus berkomunikasi dan bekerjasama melului feromon yang dihasilkan. Perangkat atau unsur kedua lain terkait pesan yang dibawa ketika komunikasi antarsemut tersebut terjadi. Menurut ahli komunikasi, Gregory Bateson, Pengertian pesan bermakna mendua, yaitu pesan yang memuat isi pesan (content message) dan pesan memuat hubungan (relationship massage). Bukti bahwa pesan tersebut diterima dengan baik oleh kolega semut adalah dengan terbentuknya kerja sama dalam hal mengangkut bongkahan gula.
Bila kita telaah dari gambaran komunikasi semut tersebut, setidaknya terdapat dua kunci dalam kaitannya untuk membentuk pola dan sistem komunikasi. Pertama, manusia harus dapat mengidentifikasi atau mengetahui dengan atau kepada siapa dia berkomunikasi. Manusia normalnya mengetahui perbedaan cara berkomunikasi dengan melakukan identifikasi terhadap umur, jenis kelamin, status, budaya dan unsur-unsur lain dalam kehidupan manusia. Kedua, manusia memiliki kemampuan yang berbeda-beda dalam menyampaikan pesan kepada sesame manusia. Inilah yang akan menentukan dan menjadi tolak ukur keberhasilan dari proses komunikasi antarmanusia. Beberapa manusia mungkin menyampaikan pesan dengan intonasi suara yang tinggi dikarenakan budaya tempatnya berasal, sebagian lagi menyampaikan pesan dengan nada yang agak rendah.
Namun, ada cabang teori komunikasi yang bisa jadi relevan untuk digunakan manusia supaya tujuan dari komunikasi tersebut berhasil, yaitu dengan menjadikan tiap manusia sebagai “konsumen”. Kita banyak mendengar pepatah lama bahwa konsumen adalah raja, dan bisa jadi pepatah tersebut berlaku dengan baik saat manusia berkomunikasi dengan sesamanya. Prinsip inilah yang diangkat dari teori komunikasi pemasaran. Menurut Kotler komunikasi pemasaran berperan penting bagi konsumen dalam hal menunjukkan bagaimana dan mengapa suatu produk digunakan, dimana dan kapan konsumen tersebut berada. Dalam pengetian tersebut bila kita terapkan dalam komunikasi antarmanusia maka pesan yang disampaikan kepada manusia lain haruslah jelas cara dan tujuannya sebagaimana ditunjukkan dalam kata “bagaimana” dan “mengapa”.
Selanjutnya, semua akan dikembalikan kepada manusia apakah mereka tertarik untuk memperlakukan lawan komunikasi sebagai konsumen.
Penulis adalah: Pongki Nangolngolan. H (Pranata Humas Ahli Muda Kementerian Perdagangan RI)