AUTOINDONEWS,London-Shell Eco-marathon Drivers’ World Championship adalah sebuah ajang kompetisi untuk menemukan mobil paling cepat dan paling hemat di dunia. Kompetisi ini dinilai penting karena merupakan sebuah ajang kompetisi inovasi teknologi otomotif dan efisiensi energi bagi mahasiswa dari puluhan negara di berbagai benua.
Sejak pertama kali diselenggarakan di tahun 2016, tim mahasiswa Indonesia selalu terpilih mewakili Asia di Grand Final Shell Eco-marathon Drivers’ World Championship (SEM DWC) yang digelar di London, Inggris.
Peserta Grand Final tingkat global ini diambil dari tiga tim terbaik kelas Urban Concept yang menjuarai Drivers’ World Championship dari tiap-tiap regional yaitu Asia, Amerika dan Eropa serta terdiri dari masing-masing kategori energi yakni Mesin Pembakaran Internal (Internal Combustion Engine), Baterai-Listrik, danHidrogen.
Tahun ini, tiga tim yang berhak maju ke grand final dan mewakili Asia di ajang tingkat dunia SEM DWC 2018 semuanya berasal dari Indonesia yaitu Tim Semar Urban UGM Indonesia dari Universitas Gadjah Mada, Tim ITS Team 2 dari Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya dan Tim Garuda UNY Eco Team dari Universitas Negeri Yogyakarta.
Sebagai peserta yang mewakili regional Asia, ketiga tim mahasiswa Indonesia harus mengikuti babak kualifikasi Shell Eco-marathon Drivers’ World Championship Grand Final. Kualifikasi ini mensyaratkan lolos uji inspeksi teknis, lolos uji kualifikasi Shell Eco-marathon Eropa yaitu tiga kali kesempatan mencoba mobil Urban Concept di lintasan Shell Eco-marathon Eropa dengan dua kali mencapai garis finish secara sah.
Pihak panitia mensyaratkan bahwa mobil harus dapat melakukan pengereman dalam jarak maksimal 20 meter ketika dipacu dengan kecepatan 40 km per jam, hal ini untuk memastikan bahwa mobil memiliki tingkat keselamatan dan keamanan yang baik.
Pada uji kualifikasi ini, calon peserta lomba juga disyaratkan bisa menyamai minimal 95% catatan rekor yang dicapai tim di SEM di wilayahnya masing-masing. Dan ketiga tim mahasiswa Indonesia berhasil lolos dari uji kualifikasi yang dilaksanakan sejak tanggal 5 – 7 Juli dan berhak masuk dalam trek.
“Dengan trek sepanjang 6,7 km dan elevasi naik turun antara 3 hingga 12 meter, kami benar-benar harus mengatur kecepatan yang tak boleh lebih dari 40 km/jam, dan efisiensi energi agar menjadi seimbang. Komunikasi antara driver dan tim di luar trek menjadi sangat penting. Akhirnya kerjasama yang baik antara anggota tim, usaha dan doa kami membuahkan hasil yang menggembirakan, kami menjadi juara sebagai mobil tercepat dan terhemat, dan dapat mengalahkan tim Sask Eco UC dan tim Toulouse Ingenierie Multidisciplinaire” ujar Moch. Hafis Habibi, pengendara tim ITS Team 2.
Shanna Simmons, Shell Eco-marathon Global Technical Director memuji performa, kalkulasi dan kerjasama tim ITS Team 2 yang membawa mereka menjadi juara dengan mobil berbahan bakar gasolin. “Mereka memang pantas menjadi juara, karena mereka telah memberikan performa balapan yang sangat luar biasa.
Sebagai perusahaan energi dunia, Shell memiliki komitmen untuk memenuhi kebutuhan dunia akan energi dengan cara yang bertanggung jawab secara sosial, lingkungan dan ekonomi melalui kolaborasi dengan berbagai pihak termasuk generasi muda.
Shell Make the Future adalah bagian dari komitmen Shell dalam upaya menghadapi tantangan energi masa depan dengan melibatkan anak muda di seluruh dunia untuk mengeksplorasi berbagai ide, gagasan kreatif dan inovatif dalam bidang energi. (Koes)