SUARAINDONEWS.COM, Jakarta – Kombinasi berbagai ketidakpastian di 2022 memberikan tekanan pada pemulihan ekonomi dunia dan meningkatkan kekhawatiran akan risiko Resesi terbaru. Ketidakpastian global juga memberikan tekanan terhadap inflasi dan kenaikan harga komoditas energi dan pangan sebagai akibat dari peningkatan permintaan serta distribusi rantai pasok. Ketidakpastian global juga mendorong peningkatan inflasi yang signifikan di berbagai negara seperti Turki, India, Korea Selatan, Inggris, Uni Eropa, dan Rusia
“Dana Moneter Internasional atau IMF dan World Bank menyatakan bahwa terdapat risiko terjadinya resesi global dan krisis keuangan pada 2023. Meski berada di tengah resiko ketidakpastian global yang meningkat, pertumbuhan ekonomi Indonesia mampu meningkat hingga 5,44 persen year-on-year pada Q2-2022 atau tumbuh di atas 5 persen selama 3 bulan berturut-turut,” kata Menteri koordinator Bidang Perekonomian (Menko Perekonomian) Airlangga Hartarto dalam webinar bertema “Menjaga Pertumbuhan Ekonomi di Tengah Tingginya Inflasi” pada Kamis (22/9/2022).
Menko Perekonomian menuturkan, meskipun realisasi inflasi Indonesia dalam tren meningkat dan berada di atas sasaran inflasi sebesar 3 plus minus 1 persen, namun yang pasti kita masih relatif terkendali dan di Agustus 2022 inflasi Indonesia tercatat sebesar 4,69 persen (y-o-y), lebih rendah dibandingkan inflasi Juli sebesar 4,94 persen inflasi.
Indonesia juga meningkat di bulan Juli didorong oleh lonjakan inflasi volatile food yang tercatat sebesar 11,47 persen (y-o-y) dan telah berhasil ditekan di Agustus menjadi 8,93 persen (y-o-y), seiring dengan upaya Tim Pengendalian Inflasi Pusat (TPIP) dan Tim Pengendalian Inflasi Daerah (TPID) dalam melakukan extra effort pengendalian inflasi.
“Kita akan terus menekan inflasi volatile food agar dapat mencapai komitmen awal pada High Level Meeting Tim Pengendalian Inflasi Pusat (HLM TPIP) pada Maret 2022 lalu yang targetnya adalah 3-5 persen,” kata Airlangga.
Ditambahkannya, jika dilihat secara regional dari 90 kota, Indeks Harga Konsumen (IHK) secara tahunan, terdapat 66 kota yang realisasi inflasinya diatas nasional. Kerjasama antar daerah guna menekan inflasi akan terus didorong semakin efektif agar dapat menjaga stabilitas harga di masyarakat.
Di tengah tekanan kondisi global di awal September ini Pemerintah harus mengambil kebijakan yang sangat berat yakni dengan penyesuaian harga BBM. Dengan pergerakan harga minyak mentah global yang relatif masih tinggi apabila tidak dilakukan penyesuaian harga maka anggaran subsidi energi akan terus meningkat.
Sesuai dengan arahan Presiden Joko Widodo, lanjut Airlangga, sebagai respon penyesuaian harga BBM pemerintah memberikan tiga jenis tambahan bantalan sosial yaitu bantuan langsung tunai (BLT), bantuan subsidi upah (BSU), dan pemerintah daerah agar menggunakan 2 persen DAU sebagai tambahan bantalan sosial untuk membantu sektor transportasi seperti angkutan umum, ojek, bahkan nelayan. Ini untuk memberikan perlindungan sosial tambahan.
Secara keseluruhan total anggaran yang dialokasikan untuk ketiga bantalan sosial tersebut adalah Rp24,17 triliun dan pemberian berbagai bantalan sosial tersebut diharapkan dapat melindungi daya beli masyarakat dari tekanan kenaikan harga global dan juga mengurangi Angka kemiskinan di Indonesia.
Saat ini dampak dari kondisi global sulit kita kendalikan namun yang diupayakan adalah menjaga harga domestik yang supplychain-nya benar-benar dapat dikendalikan yaitu utamanya adalah komoditas pangan.
Menurutnya, Pemerintah akan terus memonitor pergerakan harga komoditas pangan agar dapat segera melakukan antisipasi apabila terjadi lonjakan harga. Pasca kenaikan harga BBM jumlah komoditi pangan seperti cabai bawang merah mengalami kenaikan harga, namun demikian saat ini pergerakan masih cenderung menurun dan stabil. Komoditas lain yang harus dijaga adalah terkait dengan beras.
Menghadapi perkembangan inflasi saat ini pemerintah melalui TPID terus memperkuat koordinasi maupun sinergi program kebijakan untuk stabilisasi harga terutama pasca penyesuaian harga BBM guna mendukung pencapaian inflasi nasional agar tetap terkendali. Berbagai langkah dalam pengendalian inflasi terus didukung antara lain perluasan kerja sama antar daerah agar daerah surplus atau defisit saling bekerja sama untuk menjaga ketersediaan supply komoditas.
Selain itu peningkatan pelaksanaan operasional pasar memastikan keterjangkauan harga dengan melibatkan berbagai stakeholder termasuk peningkatan program ketersediaan pangan dan stabilisasi harga agar dapat menstabilkan harga beras.
“Selanjutnya kita juga akan memperluas kerjasama dengan pelaku digital pertanian guna peningkatan produktivitas maupun pemanfaatannya dalam rangka memperlancar distribusi. Pemerintah juga mempercepat implementasi program tanam pangan pekarangan untuk mengantisipasi tingginya permintaan komoditas di akhir tahun. Untuk jangka menengah, Pemerintah tentunya akan mengembangkan berbagai produk dan program dalam hilirisasi produk holtikultura. Sarana dan prasarana penyimpanan seperti cold storage juga terus diperbanyak dan diperkuat terutama untuk daerah sentra produksi agar petani bisa berproduksi dan pembeli siaganya sudah jelas. Dengan demikian kecukupan pasok bisa dipertahankan,” pungkas Airlangga. (Akhirudin)