SUARAINDONEWS.COM, Jakarta – Astana, Antrean haji di Indonesia makin absurd. Di beberapa daerah, daftar tunggu bisa tembus 49 tahun—iya, nyaris setengah abad! Tapi ada fakta mengejutkan dari negeri jauh di Asia Tengah: Kazakhstan punya kuota haji 10.000, tapi cuma kepakai separuhnya.
Melihat peluang emas ini, Hidayat Nur Wahid (HNW), Wakil Ketua MPR RI sekaligus anggota Komisi VIII DPR RI, langsung gas! Saat kunjungan kehormatan ke kantor Muftiyat Kazakhstan di Astana (22/4/2025), HNW menyampaikan usulan brilian: sisa kuota haji Kazakhstan yang tak terpakai, bisa nggak sih dipakai jemaah Indonesia?
“Kami mengusulkan agar sisa kuota haji Kazakhstan yang belum dimanfaatkan itu bisa diberikan kepada calon jemaah haji Indonesia. Ini akan sangat membantu umat Islam di Indonesia yang begitu antusias untuk berhaji, tapi harus menunggu puluhan tahun karena panjangnya daftar tunggu,” ujar HNW dengan nada serius tapi optimistis.
Dalam pertemuan hangat berbahasa Arab dengan Grand Mufti Kazakhstan, Naurizbay Haji Taganuly, yang juga alumni Timur Tengah seperti HNW, suasana langsung cair. Sang Mufti pun menyambut baik usulan ini dan menyarankan agar dibahas lebih lanjut secara teknis dengan Wakil Mufti yang menangani urusan haji.
Ternyata, ini bukan ide dadakan. Sejak 2016, HNW sudah melempar gagasan agar Indonesia aktif melobi negara-negara OKI dan Arab Saudi untuk mengalokasikan sisa kuota haji yang tak terserap kepada negara dengan antrean panjang seperti Indonesia.
“Ini bukan cuma soal efisiensi. Ini soal kemaslahatan. Kita pernah punya kasus memalukan di 2016 ketika jemaah Indonesia berangkat dengan paspor Filipina. Jangan sampai itu terulang hanya karena mereka putus asa,” tegas HNW.
Ia juga mendorong Pemerintah Indonesia untuk segera follow up ide ini lewat jalur resmi, termasuk membahasnya di OKI. Menurut Grand Mufti Kazakhstan, kunci utamanya tetap ada di Saudi Arabia, yang harus memberi lampu hijau agar mekanisme ini bisa dijalankan.
“Sangat penting pihak pemerintah Indonesia untuk menindaklanjuti pintu yang sudah dibuka ini… Bisa juga OKI diminta bahas ulang soal distribusi kuota, apalagi kenyataannya ada negara kekurangan, ada yang kelebihan,” lanjut HNW.
Selain isu haji, pertemuan ini juga menjajaki kerja sama bidang pendidikan Islam, pertukaran pelajar, dan penguatan dakwah Islam moderat. Tujuannya, membangun jaringan keilmuan lintas kawasan Asia Tengah dan Asia Tenggara yang saling mendukung dan memperkuat.
Kunjungan ini jadi bukti nyata bahwa diplomasi parlemen Indonesia bukan cuma simbolik. Ketika antrean ibadah umat makin mengular, anggota dewan seperti HNW turun langsung ke lapangan internasional, menyuarakan solusi konkret—bukan hanya seruan kosong dari balik mikrofon.
Kesimpulannya? Kalau Saudi dan OKI setuju, bukan nggak mungkin ribuan jemaah Indonesia bisa berangkat haji lebih cepat—berkat kuota sisa dari negara yang jauh di utara, yang ternyata seiman, seukhuwah, dan sepemikiran.
(Anton)