SUARAINDONEWS.COM, Jakarta-Mungkin banyak orang berpikir bosan dan jenuh bila kita sudah mengabdi untuk bekerja di instansi dan bidang yang sama selama kurang lebih 15 tahun. Namun, saat direnungkan jauh di dalam hati kecil saya mengatakan bahwa inilah passion anda, terima dan bersyukurlah! Betul, saya sudah bekerja sangat lama sekali pada Biro Hubungan Masyarakat Kementerian Perdagangan. Yang unik adalah background pendidikan saya, mulai dari sarjana S1 sampai magister S2 tidak berkaitan dengan komunikasi. Berbagai hambatan dan kesulitan terkait skil-skill komunikasi dan kehumasan yang tidak saya kuasai pada saat masuk Kementerian Perdagangan tahun 2008 terpaksa harus ditelan mentah-mentah. Mulai saat itu proses pembelajaran saya tentang pengetahuan terkait komunikasi dan kehumasan dijalankan secara otodidak ataupun dengan mengikuti berbagai pelatihan yang difasilitasi kantor. Pelatihan-pelatihan skill kehumasan secara tidak langsung menambah rasa percaya diri saya sebagai seorang humas yang bertugas di bidang hubungan antar Lembaga sampai dengan saat ini. Saya menikmati saat-saat mengikuti pelatihan public speaking, penulisan, jurnalisme dan lain-lain. Saya akui menyukainya.
Bila diingat kembali awal-awal pemikiran saya di masa lalu, saya merasa sangat naif karena sempat terpikir di benak saya bahwa jurnalisme adalah ilmu yang berbeda dari public relation, ternyata itu ada salah bagian terpenting yang harus dikuasi oleh seorang humas. Komunikasi sebagai ilmu terapan telah mengakui jurnalisme sebagai topic yang penting untuk dipelajari. Lebih lanjut, Bill Kovac dan Tom Resenstiel menjelaskan 10 elemen jurnalisme, yaitu : Jurnalisme pada pokoknya adalah menyampaikan kebenaran; Jurnalisme berkomitmen kepada khalayak; Esensi dari jurnalisme adalah disiplin verifikasi; Jurnalis harus independen dalam menjalankan tugasnya karena independensi merupakan inti reliabilitas; Jurnalisme berperan sebagai pengawas kekuasaan; Jurnalisme harus menyediakan ruang bagi kritik yang disampaikan oleh publik dan berkompromi terhadapnya; Jurnalis bertanggung jawab dalam menyajikan informasi yang dibutuhkan oleh khalayak; Jurnalisme harus selalu menyajikan berita yang komprehensif dan proporsional; Jurnalis harus diberikan ruang untuk mengembangkan kapabilitasnya; Khalayak memiliki hak dan tanggung jawab yang sama dengan jurnalis ketika berperan sebagai jurnalis dalam menyampaikan berita di sekitarnya.
Jurnalisme juga memiliki beberapa fungsi penting yaitu menyiarkan informasi, mendidik, menghibur dan mempengaruhi. Menyiarkan informasi adalah fungsi jurnalisme yang utama dimana khalayak massa menggunakan produk jurnalisme sesuai dengan kebutuhannya untuk memperoleh informasi yang akurat dan reliable; Mendidik adalah produk jurnalisme merupakan sarana pendidikan bagi khalayak yang mengandung pengetahuan; Menghibur adalah produk jurnalisme tidak jarang memuat sesuatu yang menghibur berupa cerita pendek, teka-teki silang, karikatur dan lain-lain; Mempengaruhi adalah produk jurnalisme memegang peranan yang sangat penting dalam kehidupan masyarakat dalam mempengaruhi pendapat serta sikap khalayak.
Penguasaan berbagai bahasa asing menjadi target pribadi selama 10 tahun ke depan, selain kebutuhan untuk memperoleh gelar master bidang komunikasi. Dengan passion dan level skill kehumasan yang saya miliki saat ini ternyata tidak mengurangi hasrat untuk menjadi humas yang komplit. Untuk mencapai hal tersebut, rasanya 10 tahun ke depan, saya tidak akan pernah bosan mengikuti pelatihan-pelatihan kehumasan dengan level-level yang belum dikuasai. Bagi saya, humas yang baik itu bukan bergantung pada betapa hebatnya dalam hal praktik public speaking. Menurut saya justru public speaking itu hanyalah alat yang digunakan untuk mencapai tujuan dari tim humas sebuah instansi. Mustahil bila hanya ada 1 orang humas yang menguasai public speaking, semua pekerjaan kehumasan telah tertangani. Prinsip sharing-knowledge skill-skill kehumasan inilah yang sebetulnya ingin saya bagi dengan pegawai-pegawai yang lain, bukan berarti bahwa saya menguasai segala hal tentang skill kehumasan, tetapi untuk membentuk kebersamaan sebuah tim jejaring kehumasan dalam suatu instansi. Kesadaran pegawai bahwa mereka sebetulnya “humas” atau wajah instansi harus ditanamkan sedini mungkin dengan sharing-knowledge skill kehumasan tersebut.
Selain itu, dengan adanya penyetaraan jabatan struktural ke fungsional, saya tetap bersyukur dikarenakan dengan menjadi seorang fungsional pranata humas ahli muda ternyata bisa menjadi humas yang produktif dengan menghasilkan berbagai karya tulisan kehumasan dibanding saat menjadi struktural. Jejaring kehumasan antar intansi juga semakin kuat saat saya bergabung dengan organisasi profesi tempat jabatan fungsional pranata humas Indonesia berkumpul dan mengeluarkan aspirasinya. Inilah yang saya rasa menjadi bagian dalam rencana pengembangan karir sebagai seorang humas profesional. Humas dengan level tersebut tidak hanya menguasai skill kehumasan dan menjadi andalan bagi instansinya sendiri, namun juga diakui memiliki jejaring dan koneksi luas dalam pergaulannya ketika berada di sebuah organisasi profesi kehumasan.
Selanjutnya, bagaimana bila pimpinan memberikan arahan untuk pindah ke unit lain? Sebagai seorang pegawai yang profesional, saya akan menerima dan melaksanakan arahan pimpinan tersebut, walaupun di tempat yang baru nanti harus belajar mulai dari 0 kembali. Yang saya tekankan dan pegang teguh di sini adalah semangat dan hasrat untuk mempelajari suatu hal yang baru secara komplit tidak boleh pernah padam.
Penulis adalah: Pongki Nangolngolan. H (Pranata Humas Ahli Muda Kementerian Perdagangan RI)