SUARAINDONEWS.COM, Jakarta – Badan Riset dan Inovasi Strategis (BRAINS) Partai Demokrat menggelar diskusi publik bertema transformasi ekonomi Indonesia, Kamis (13/6/2025). Acara ini dibuka oleh Sekretaris Jenderal Partai Demokrat, Herman Khaeron, dan menghadirkan dua pakar terkemuka dari Shanghai Academy of Social Sciences, China, yakni Profesor Zhang Shao’an (pakar ekonomi makro) dan Profesor Liu Aming (pakar hubungan internasional). Diskusi ini menjadi forum strategis untuk menggali pelajaran penting dari keberhasilan transformasi ekonomi China dan bagaimana penerapannya di Indonesia.
Dalam pemaparannya, Profesor Zhang Shao’an menekankan bahwa keberhasilan ekonomi China tidak terjadi secara instan, melainkan hasil dari strategi jangka panjang yang konsisten sejak era reformasi Deng Xiaoping pada tahun 1978.
“China tidak pernah membangun ekonominya secara serampangan. Sejak 1978, kami mulai dengan reformasi bertahap dan realistis. Deng Xiaoping memulai langkah besar dengan Gaige Kaifang, lalu kami terus menyesuaikan kebijakan berdasarkan hasil di lapangan,” ujar Prof. Zhang.
Ia juga menyoroti pentingnya investasi besar-besaran di sektor infrastruktur dan pendidikan. Menurutnya, jalan, pelabuhan, dan kereta cepat bukan hanya proyek, tetapi fondasi pertumbuhan ekonomi jangka panjang. China, tambahnya, juga serius berinvestasi di bidang sains, teknologi, dan universitas, yang memungkinkan mereka masuk ke industri digital dan sektor strategis.
Sementara itu, Profesor Liu Aming menjelaskan bagaimana China membuka diri terhadap investasi asing melalui pembentukan Special Economic Zones (SEZs). Ia mengangkat contoh kota Shenzhen sebagai laboratorium kebijakan ekonomi yang sukses.
“Shenzhen adalah contoh nyata bagaimana kebijakan yang tepat bisa mengubah desa nelayan menjadi kota industri global. Kuncinya adalah keterbukaan terhadap investasi dan regulasi yang mendukung inovasi,” jelas Prof. Liu.
Menanggapi paparan tersebut, Kepala BRAINS Partai Demokrat, Ahmad Khoirul Umam, PhD, menyampaikan bahwa Indonesia harus belajar dari kesinambungan kebijakan ekonomi China. Menurutnya, keberhasilan transformasi ekonomi hanya dapat diraih jika ada stabilitas politik, perencanaan jangka panjang, dan institusi yang kuat.
“Pelajaran penting dari China adalah kesinambungan. Indonesia harus memastikan arah pembangunan tidak berubah setiap lima tahun. Transformasi ekonomi itu maraton, bukan sprint,” ujar Umam.
Lebih lanjut, Umam menekankan bahwa transformasi ekonomi bukan hanya soal infrastruktur keras, tapi juga pembangunan sumber daya manusia (SDM) yang unggul dan berdaya saing global. Ia juga merujuk pada disertasi Ketua Umum Partai Demokrat, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), yang menyoroti pentingnya kualitas SDM.
“Kita butuh universitas kelas dunia, sistem riset yang mumpuni, dan orientasi industri berbasis inovasi,” tegas Umam.
Selain itu, Umam menyoroti perlunya reformasi regulasi dan modernisasi birokrasi agar iklim investasi Indonesia makin kompetitif.
“Kita tidak bisa menarik investasi global jika investor melihat kita tidak siap. Indonesia butuh deregulasi yang nyata, serta perubahan budaya birokrasi agar investor merasa dipermudah, bukan dipersulit,” tambahnya.
Senada, Anggota Fraksi Partai Demokrat DPR RI, Dr. Sartono, mengingatkan pentingnya komitmen dan konsistensi dari para pemimpin dalam menjamin arah kebijakan ekonomi.
“Transformasi ekonomi hanya bisa dicapai jika kita memiliki satu visi yang kuat dalam menjaganya. Jangan ada tarik ulur kebijakan setiap ganti pemerintahan. Komitmen jangka panjang adalah syarat utama,” tegas Sartono.
Kesimpulan
Diskusi BRAINS Partai Demokrat menegaskan bahwa keberhasilan transformasi ekonomi membutuhkan:
- Konsistensi visi dan kepemimpinan lintas rezim
- Pembangunan infrastruktur dan SDM yang unggul
- Deregulasi dan reformasi birokrasi yang mendukung investasi
- Stabilitas kebijakan dan perencanaan jangka panjang
Dengan belajar dari pengalaman China, Indonesia diharapkan mampu merancang strategi transformasi ekonomi yang tidak hanya adaptif, tetapi juga berkelanjutan.
(Anton)