SUARAINDONEWS.COM, Jakarta – Dalam suasana khidmat peringatan Hari Lahir Pancasila, Presiden Republik Indonesia Prabowo Subianto melontarkan pesan tegas yang menggetarkan dinding Gedung Pancasila, Jakarta. Bukan hanya pidato normatif, tapi juga ajakan lantang untuk setia kepada NKRI dengan tidak menyalahgunakan kepercayaan rakyat.
Dengan tema “Memperkokoh Ideologi Pancasila Menuju Indonesia Raya,” Prabowo menyuarakan nilai-nilai kebangsaan dalam nada yang lebih lugas dari biasanya. Ia tidak ragu mengingatkan para pemimpin di berbagai level pemerintahan agar menjadikan Pancasila sebagai pedoman tindakan nyata, bukan sekadar slogan.
“Wujud kesetiaan kita kepada NKRI adalah seluruhnya—terutama para pemimpin di pusat, provinsi, kabupaten/kota, hingga desa—jaga kepercayaan rakyat, jangan menipu rakyat,” seru Prabowo dalam pidatonya, Senin (2/6).
Dan bukan Prabowo namanya kalau tidak bicara langsung ke inti persoalan.
“Jaga kekayaan rakyat, jangan mencuri dari kekayaan rakyat,” lanjutnya tajam, seolah mengirim pesan langsung kepada siapa pun yang tergoda untuk bermain di zona abu-abu kekuasaan.
Peringatan dengan Arah Tegas
Presiden menegaskan bahwa Hari Lahir Pancasila bukanlah seremoni kosong, melainkan momentum reflektif untuk memperkuat integritas dan moral dalam berbangsa. Menurutnya, menjaga nilai-nilai Pancasila adalah tugas bersama, terutama bagi mereka yang mengemban amanah rakyat.
“Pancasila bukan sekadar mantra. Kita tidak boleh diam manakala nilai-nilai dilemahkan. Kita harus menjaga, membela, dan meneruskannya agar negara kita melangkah maju,” katanya, dengan nada penuh determinasi.
Ia juga menyinggung pentingnya aksi nyata dalam menjabarkan nilai-nilai Pancasila dalam setiap kebijakan. Bukan hanya tertulis di dokumen negara, tapi tercermin dari laku pejabat dan arah pembangunan.
Gaya Pidato Khas Prabowo: Blak-blakan tapi Penuh Nasionalisme
Bagi yang sudah mengenal gaya komunikasi Prabowo, pidato ini terasa familiar—blak-blakan, tanpa basa-basi, tapi sarat muatan kebangsaan. Ia tidak berbicara dalam metafora rumit, melainkan mengedepankan gaya to the point yang menyentuh esensi: Jangan khianati rakyat. Jangan kotori Pancasila.
Pidato ini pun sontak menjadi sorotan publik, mengingat disampaikan dalam momentum sakral yang sering dianggap terlalu formal. Prabowo seolah ingin mengingatkan semua pihak bahwa Pancasila bukan pajangan di dinding kantor, tapi kompas moral dan ideologis untuk menuntun bangsa ini menuju masa depan.
Menuju Indonesia Raya
Dengan tahun 2045 semakin dekat—saat Indonesia menargetkan menjadi negara maju dalam visi Indonesia Emas—Presiden menegaskan bahwa pembangunan fisik, ekonomi, dan teknologi tidak akan ada artinya tanpa integritas.
“Kalau kita tidak setia pada nilai-nilai Pancasila, kita hanya akan menjadi bangsa besar yang rapuh. Dan itu bukan Indonesia yang kita impikan,” pungkasnya.
Hari Lahir Pancasila tahun ini bukan hanya jadi ajang peringatan, tapi juga pengingat keras dari orang nomor satu di negeri ini: bahwa kesetiaan pada Pancasila tidak cukup lewat ucapan. Ia harus dibuktikan melalui kepemimpinan yang jujur, kebijakan yang adil, dan sikap yang tidak serakah.
“NKRI harga mati” tidak cukup sebagai slogan, tapi harus dihidupi—tanpa tipu, tanpa korup.
(Anton)