SUARAINDONEWS.COM, Jakarta – Angka kasus positif Covid-19 di Indonesia pada Jumat (28/1/2021), kembali naik menjadi 9.905 kasus. Dengan demikian, total kasus positif Covid-19 di Indonesia mencapai 4.319.175 kasus.
Sementara kasus pasien meninggal bertambah tujuh kasus pada hari ini, dan kasus sembuh bertambah 2.028 kasus. Dari penambahan itu, DKI Jakarta menyumbang penambahan tertinggi sebanyak 4.558 kasus.
Kenaikan kasus baru konfirmasi merupakan implikasi dari peningkatan kasus konfirmasi Omicron di Indonesia. Di mana, sejak 15 Desember hingga Rabu (26/1/2022) secara kumulatif tercatat 1.988 kasus konfirmasi Omicron ditemukan di Indonesia.
Wakil Gubernur (Wagub) DKI Jakarta, Ahmad Riza Patria mengatakan, sampai saat ini tingkat keterisian tempat tidur atau bed occupancy rate (BOR) di seluruh rumah sakit (RS) rujukan Covid-19 Ibu Kota mencapai 45 persen. Hanya saja, BOR didominasi oleh pasien tanpa gejala.
“Sekarang (BOR) meningkat lagi sampai 45 persen, tapi perlu dipahami, ini beda dengan yang lainnya dengan bulan-bulan atau tahun sebelumnya. BOR ini didominasi tanpa gejala,” kata Riza.
Riza menjelaskan, saat ini, dari kapasitas 3.922 tempat tidur, keterisiannya sudah mencapai 45 persen. Sedangkan untuk ICU, dari 611 tempat tidur, keterisiannya mencapai 14 persen. Umumnya, sambung dia, pasien yang dirawat di RS maupun isolasi mandiri tidak mengalami gejala, berbeda dengan peningkatan jumlah kasus varian Delta pada pertengahan 2021.
Ketua DPD Partai Gerindra DKI itu pun mewanti-wanti agar masyarakat sebisa mungkin berada di rumah, jika memang diperbolehkan bekerja dari rumah. Dia juga mengimbau masyarakat untuk memperketat protokol kesehatan 6M agar BOR tidak meningkat. “Memang batasnya itu jangan sampai 60 persen. Kita sudah sempat turun BOR lima persen, bahkan kurang, sekarang meningkat lagi sampai 45 persen,” ucap Riza.
Berdasarkan data Dinas Kesehatan DKI Jakarta hingga Kamis (27/1/2022), jumlah kasus aktif Covid-19 di Jakarta mencapai 2.248 pasien. Sehingga jumlah kasus aktif sebanyak 16.330 orang yang masih dirawat maupun isolasi.
Dari jumlah total kasus positif, total orang dinyatakan telah sembuh sebanyak 861.203 orang dengan tingkat kesembuhan 96,6 persen; dan total 13.615 orang meninggal dunia dengan tingkat kematian 1,5 persen.
Sedangkan tingkat kematian Indonesia sebesar 3,3 persen. Untuk positivity rate di Jakarta sepekan terakhir sebesar 10,7 persen, serta persentase kasus positif secara total sebesar 10,8 persen.
Jenis Omicron
Sementara itu, Guru Besar Fakultas Kedokteran UI, Prof. Tjandra Yoga Aditama mengatakan, berdasarkan data hingga Selasa (25/1/2022), menunjukkan bahwa dari 372.680 sampel sekuen yang dimasukkan ke GISAID dari berbagai negara di dunia berdasar spesimen yang dikumpulkan dalam 30 hari terakhir, maka 332.155 (89,1 persen) adalah Omicron.
“Jadi memang paling banyak dari yang dimasukkan ke GISAID. Lalu disusul berturut oleh: varian Delta, 39.804 sampel sekuen (10,7 persen), varian Gana 28 (<0,1 persen), varian Alfa 4 (<0,1 persen), varian lain yaitu Mu dan Lambda yang tergolong dalam VOI sebanyak 2 sekuen (<0,1 persen),” ungkap Tjandra, Jumat (28/1).
Tjandra menuturkan, saat ini juga sedang banyak dibicarakan tentang BA.2, salah satu jenis varian Omicron. Varian Omicron memang meliputi jenis B.1.1.529, BA.1, BA.2 dan BA.3.
“Data GISAID pada 25 Januari 2022 menunjukkan 98,8 persen di antara data yang ada di mereka adalah BA.1, walaupun jumlah negara yang melaporkan BA.2 juga terus makin meningkat,” terangnya.
Bahkan, lanjut Tjandra, menurut berita di media maka sudah mulai ada BA.2 Omicron di Indonesia, yang tentu perlu dilakukan berbagai analisa kemungkinan dampaknya. Perlu diketahui bahwa BA.2 dikenal sebagai ‘stealth Omicron’ atau Omicron yang ‘menipu’, khususnya karena adanya delesi fenomena S gene target failure – SGTF.
“Sehingga dapat tidak terdeteksi oleh pemeriksaan PCR SGTF yang kini justru mulai diperbanyak dinegara kita. Sekarang memang jumlah BA.2 masih amat kecil, tapi kalau jumlahnya makin banyak maka bukan tidak mungkin dapat mempengaruhi kebijakan yang perlu diambil,” terangnya.
“Di beberapa negara maka BA.2 ini makin meningkat, seperti di India, Filipina dan juga mulai ada laporan antara lain dari Denmark, Inggris dan Jerman,” tambah Mantan Direktur WHO Asia Tenggara itu. (wwa)