SUARAINDONEWS.COM, Jakarta – Bekasi, Siapa bilang anggota DPR cuma bisa duduk manis di Senayan? Kali ini, Haji Jalal Abdul Nasir, anggota DPR RI dari Fraksi PKS Dapil Jabar 7, mendadak tampil bak pegiat lingkungan sejati. Jumat (2/5), beliau menyambangi Waste4Change, sebuah tempat pengelolaan sampah di Mustikajaya, Kota Bekasi.
Bukan kunjungan biasa, Haji Jalal datang sebagai anggota Komisi XII yang memang membidangi isu sosial dan lingkungan. Di lokasi, ia menyaksikan langsung bagaimana sampah—yang biasanya cuma bikin pusing warga komplek—diolah jadi produk bernilai.
“Target Pak Presiden Prabowo, permasalahan sampah Indonesia harus bisa selesai dalam lima tahun,” ujar Haji Jalal dengan penuh semangat, mengutip arahan Presiden yang katanya disampaikan oleh Menteri Lingkungan Hidup, Dr. Hanif Faisol Nurofiq, saat rapat bareng Komisi XII.
Yup, lima tahun! Target ambisius yang mungkin bisa tercapai… kalau semua rakyat Indonesia tiba-tiba berubah jadi relawan daur ulang.
Sampah Bukan Cuma Masalah, Tapi Peluang (Katanya)
Menurut Haji Jalal, solusi terbaik bukan datang dari teknologi luar angkasa, tapi dari masyarakat itu sendiri.
“Salah satu upaya penyelesaian permasalahan sampah adalah dengan membangun tempat pengolahan sampah di tengah-tengah lingkungan. Biar masyarakat ikut terlibat langsung dan sadar bahwa sampah mereka tuh sebenarnya bisa jadi duit,” tegasnya, sekaligus menegaskan kalau masyarakat bukan hanya korban, tapi juga bagian dari solusi.
Nah, setelah diajak tur keliling oleh tim Waste4Change dan dikasih presentasi soal produk hasil daur ulang—mulai dari pupuk sampai barang-barang keren dari plastik bekas—Haji Jalal pun makin optimis.
“Masyarakat pasti bisa lebih peduli lingkungan kalau mereka paham bahwa sampah mereka bisa diolah sendiri dan punya nilai ekonomi,” katanya mantap, mungkin sambil membayangkan masa depan di mana semua rumah punya komposter masing-masing.
Tapi Tunggu Dulu, Edukasi Nomor Satu!
Sebelum semua itu bisa jadi kenyataan, ada satu PR besar: edukasi. Karena kalau nggak paham, ya percuma aja dikasih fasilitas canggih.
“Yang harus segera dilaksanakan adalah langkah-langkah edukasi. Jadi masyarakat nggak kaget kalau nanti ada aturan baru soal pengolahan sampah mandiri,” pungkasnya.
Ya, semoga aja edukasinya bukan cuma lewat baliho atau stiker di tiang listrik.
Komentar Netizen? Masih Ada yang Bingung Bedain Sampah Anorganik dan Organik…
Sementara di dunia nyata, banyak warga masih bingung buang popok bayi masuk kategori sampah apa, di level DPR sudah ngomong soal waste-to-wealth dan pengolahan mandiri. Tapi ya sudahlah—setidaknya langkahnya sudah ke arah yang benar.
Sampah bukan hanya urusan tukang angkut, tapi soal kebijakan, kesadaran, dan… ya, politik juga. Kalau semua jalan, mungkin lima tahun ke depan kita nggak cuma buang sampah—tapi juga panen hasilnya.
(Anton)