SUARAINDONEWS.COM, Jakarta – Anggota Komisi VII DPR RI, Mulyanto, mengungkapkan keprihatinannya terhadap tren meningkatnya impor Minyak dan Gas (Migas) dari Singapura. Dalam pernyataannya, Mulyanto menyoroti rencana Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) untuk meningkatkan impor bahan bakar minyak (BBM) hingga mencapai 850 ribu barel per hari, terutama dari Singapura. Menurutnya, hal ini merupakan sebuah kabar buruk bagi pengelolaan Migas nasional.
“Masa kita kalah dan tergantung pada Singapura, karena kita tidak punya fasilitas blending dan storage untuk mencampur BBM,” ungkap Mulyanto dalam keterangan tertulis yang diterima Parlementaria, di Jakarta, Kamis (25/4/2024).
Mulyanto menekankan perlunya terobosan signifikan dalam upaya pembangunan dan pengelolaan kilang minyak nasional di tanah air. Ia menyoroti kurangnya pembangunan kilang minyak baru sejak era Orde Baru, serta absennya kemajuan dalam rencana pembangunan Kilang Minyak Tuban.
Diketahui bahwa produksi minyak nasional saat ini hanya mencapai sekitar 600 ribu barel per hari, sementara kebutuhan mencapai 840 ribu barel per hari. Kekurangan tersebut harus ditutupi melalui impor, dengan 240 ribu barel per hari berasal dari minyak mentah dan 600 ribu barel per hari dari BBM. Situasi ini menunjukkan bahwa Indonesia masih terkendala dalam mencapai kemandirian energi.
Mulyanto menyerukan kepada pemerintah untuk mengambil langkah-langkah yang lebih serius dalam menangani masalah ini. Ia menekankan pentingnya mengurangi defisit transaksi berjalan sektor migas serta membebaskan diri dari ketergantungan pada impor migas, terutama dari Singapura.
Harapannya, pemerintah akan fokus pada pembangunan fasilitas blending dan storage untuk mencampur BBM sesuai dengan kebutuhan domestik, sehingga Indonesia dapat memanfaatkan sumber Migas yang tersedia dengan lebih efektif.
(ANTON)