SUARAINDONEWS.COM, Jakarta – Pelayanan kesehatan kardiovaskuler yang cepat dan tepat sangat dibutuhkan masyarakat untuk mengatasi tingginya kematian dan morbiditas akibat penyakit jantung dan pembuluh darah.
Survey sample registration system (SRS) di Indonesia tahun 2014 menunjukkan bahwa penyakit jantung koroner menjadi penyebab kematian kedua tertinggi pada semua umur, yakni 12,9%. Oleh sebab itu, Rumah Sakit Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita (RSJPDHK) siap melakukan transformasi layanan rujukan kesehatan kardiovaskuker.
Menurut Dr. dr. Iwan Dakota, Sp.JP (K), MARS, Direktur Utama, RSJPDHK, Jakarta, bahwa adanya transformasi layanan rujukan kesehatan kardiovaskuler akan memudahkan akses untuk menjangkau pusat-pusat jantung terpadu yang di daerah. Karena itu bertepatan dengan HUT ke-37 rumah sakit ini, pihaknya meluncurkan transformasi pelayanan kardiovaskuler di Gedung Baru Pelayanan Kardiovaskuler. Selain itu juga dilakukan kerjasama pengembangan gagal jantung dengan UCLA Health dan Utrech Medical Center of Utrech, di Belanda.
“Sebagai pengampu rumah sakit jejaring di hampir 54 rumah sakit di Indonesia, RSJPDHK siap meluncurkan layanan di gedung baru yang diresmikan oleh Menteri Kesehatan RI, Bapak Gunadi Sadikin dan berkerjasama dengan pusat kesehatan jantung pembuluh darah di dunia,” jelas Dr. Iwan Dakota, didampingi beberapa dokter spesialis jantung dan pembuluh darah di RSJPDHK Jakarta, Selasa (8/11/2022).
Ditambahkannya, melalui kerjasama pelayanan kesehatan terkemuka di dunia, RSJPDHK ingin mengubah layanan rujukan dengan adanya penambahan layanan, khususnya pengembangan transplantasi jantung, dengan peningkatan kapasitas sumber daya kesehatan, pendampingan layanan, serta pembinaan manajemen untuk meningkatkan mutu rumah sakit.
Lalu apa itu yang dimaksud Gagal Jantung dan Transplantasi Jantung?
Rarsari Soerarso, Sp.JP(K), RSJPDHK, Jakarta, mengatakan, gagal jantung itu suatu kondisi yang hampir terjadi pada semua penderita penyakit jantung, yang diakibatkan oleh hipertensi, koroner dan sebagainya.
Menurutnya, gagal jantung atau gagal jantung kongestif terjadi ketika otot jantung tidak memompa darah sebagaimana normalnya. Ketika hal ini terjadi, darah tidak mengalir lancar dan cairan dapat menumpuk di paru-paru, hingga menyebabkan sesak nafas.
Kondisi jantung tertentu, seperti penyempitan arteri di jantung (penyakit arteri koroner) atau tekanan darah tinggi, mengakibatkan secara bertahap jantung terlalu lemah atau kaku untuk mengisi dan menompa darah dengan benar.
Gagal jantung dapat terjadi pada sisi kiri (ventrikal kiri), sisi kanan (ventrikal kanan) atau kedua sisi jantung. Umumnya, gagal jantung dimulai dengan sisi kiri, khususnya ventrikal kiri atau ruang pemompaan utama jantung. Gagal jantung dapat berlansung terus-menerus (kronis), atau bisa secara tiba-tiba (akut).
“Gagal jantung ditandai dengan gejala cepat capek, gampang ngos-ngosan. Ngobrol pun dengan menggunakan masker terasa capek,” ujarnya.
Beberapa faktor risiko terjadinya gagal jantung meliputi, antara lain: penyakit jantung koroner, hipertensi, bermasalah dengan katup jantung, adanya penyakit jantung bawaan, penggunaan alkohol, merokok atau menggunakan tembakau, dan ketidakmampuan bernafas dengan benar saat tidur, yang mengakibatkan kadar oksigen darah rendah dan peningkatan risiko detak jantung tidak teratur.
Sedangkan transplantasi jantung adalah proses operasi untuk menggantikan jantung pasien dengan jantung donor.
Dokter mengangkat jantung pasien dengan memotong aorta, arteri pulmonalis utama dan vena cava superior dan inferior, dan membagi atrium kiri, meninggalkan dinding belakang atrium kiri dengan bukaan vena pulmonalis di tempatnya.
Ahli bedah menghubungkan jantung donor dengan menjahit bersama vena cava penerima dan donor, aorta, areteri pulmonalis dan atrium kiri.
Pada pasien dengan penyakit jantung bawaan, ahli bedah dapat mentransplantasikan paru-paru dan jantung secara bersamaan. (Aji)