SUARAINDONEWS.COM, Jakarta – Vatican City, Ketua DPR RI, Puan Maharani, hadir dalam World Leaders Summit on Children’s Rights yang digelar di Istana Apostolik Vatikan. Forum ini, yang diinisiasi oleh Paus Fransiskus, mengundang sejumlah tokoh dunia, termasuk Presiden ke-5 Republik Indonesia, Megawati Soekarnoputri. Konferensi ini bertujuan untuk memperjuangkan hak-hak anak di seluruh dunia serta mencari solusi untuk melindungi mereka dari berbagai ancaman global.
Puan mengapresiasi upaya Paus Fransiskus yang menginisiasi konferensi ini, menyatakan bahwa pertemuan semacam ini penting untuk menciptakan aksi nyata demi kesejahteraan anak-anak di seluruh dunia.
“Saya mengapresiasi Yang Mulia Paus Fransiskus atas inisiatifnya untuk menyelenggarakan konferensi ini. Dengan World Leaders Summit on Children’s Rights, kita dapat duduk bersama dan bertukar pikiran tentang hak anak dan misi kemanusiaan global demi generasi mendatang,” ujar Puan di hadapan para peserta konferensi.
Pertemuan ini mengusung tema “Let’s Love and Protect Them”, di mana para pemimpin dunia, pejabat tinggi, dan advokat hak anak berkumpul untuk membahas langkah-langkah perlindungan anak. Dalam jamuan makan malam yang diadakan sehari sebelumnya, Puan sempat berbincang dengan tokoh-tokoh penting seperti mantan Wakil Presiden AS, Al Gore, serta Kardinal Sekretaris Negara Vatikan, Pietro Parolin.
Di acara puncak, Paus Fransiskus memimpin diskusi mengenai berbagai isu yang mempengaruhi hak anak di seluruh dunia, termasuk dampak peperangan, kemiskinan, dan pendidikan yang terputus. Puan menekankan bahwa tantangan dunia kini semakin berat dan perlindungan anak-anak harus menjadi prioritas utama.
“Tantangan dunia semakin tidak mudah, ancaman terhadap anak-anak mulai dari putus sekolah, kemiskinan ekstrem, sampai dampak peperangan ada di depan mata. Tugas kita mencari solusi baru untuk membantu dan melindungi mereka,” tambah Puan.
Puan, yang memiliki perhatian khusus terhadap isu hak anak, mengungkapkan bahwa upaya melindungi hak anak harus mencakup pendekatan yang lebih inovatif dan relevan dengan perkembangan zaman. Salah satu langkah penting yang ia soroti adalah penggunaan teknologi dalam sistem pendidikan.
“Lewat upaya mengintegrasikan pendidikan dengan pelatihan kejuruan, kita dapat membekali anak-anak dengan keterampilan praktis, sehingga mereka tidak terlalu rentan terhadap pekerjaan eksploitatif,” ungkap Puan, mengusulkan penggunaan pembelajaran digital dan platform berbasis kecerdasan buatan (AI) untuk memberikan akses yang lebih baik bagi anak-anak di seluruh dunia.
Selain itu, Puan juga menekankan pentingnya penggunaan teknologi untuk melindungi anak-anak dari ancaman serius, seperti perdagangan manusia.
“Platform digital dan AI dapat digunakan untuk melacak dan mencegah perdagangan manusia. Kita harus memanfaatkan teknologi untuk melindungi anak-anak dari eksploitasi,” tegasnya.
Selain langkah-langkah yang dapat dilakukan di tingkat nasional, Puan juga mengajak negara-negara di dunia untuk memperkuat kerja sama internasional dalam melawan perdagangan anak dan pekerjaan anak yang merupakan masalah lintas batas.
“Oleh karena itu, kita memerlukan kerja sama internasional yang kuat untuk melawan jaringan kriminal yang mengeksploitasi anak-anak,” lanjut Puan.
Puan juga menekankan bahwa dunia tidak bisa lagi mengandalkan metode lama untuk menangani masalah hak anak. Keberhasilan masa depan anak-anak, menurutnya, bergantung pada tindakan nyata yang diambil hari ini.
“Masa depan anak-anak kita bergantung pada tindakan yang kita ambil hari ini. Janganlah kita hanya berbicara tentang perubahan, marilah kita menjadi bagian dari perubahan,” ujar Puan dengan tegas.
Mengakhiri diskusinya, Puan mengingatkan bahwa anak-anak adalah kelompok yang paling rentan di masyarakat. Melindungi mereka berarti melindungi masa depan umat manusia.
“Marilah kita menjadi pelindung anak-anak sebagai kelompok yang paling rentan di antara kita. Ketika kita melindungi seorang anak, kita melindungi diri kita sendiri, dan kita melindungi masa depan umat manusia,” tutup Puan, mengajak para pemimpin dunia untuk tidak hanya berbicara, tetapi bertindak nyata untuk masa depan generasi mendatang.
KTT yang diselenggarakan di Vatikan ini diharapkan dapat menjadi batu loncatan bagi aksi nyata dalam memperjuangkan hak anak di seluruh dunia. Dari upaya reformasi pendidikan, penguatan kerja sama internasional, hingga penggunaan teknologi canggih, konferensi ini membuka ruang bagi para pemimpin dunia untuk mengambil langkah konkret dalam melindungi anak-anak yang menghadapi berbagai ancaman di abad ke-21.
(Anton)