SUARAINDONEWS.COM, Jakarta – Polytron resmi terjun ke pasar mobil listrik nasional dengan meluncurkan dua varian sekaligus: Polytron G3 dan G3+. Peluncuran dilakukan penuh gaya di Hotel Kempinski, Jakarta, Selasa (6/5), disaksikan langsung oleh Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita bersama jajaran petinggi Polytron. Tapi yang jadi sorotan bukan cuma pejabat yang hadir—melainkan bagaimana produk ini mencoba meyakinkan publik bahwa “mobil listrik buatan lokal” itu bukan sekadar slogan.
Mobil Listrik Rasa Lokal?
Menurut Tekno Wibowo, Commercial Director Polytron, mobil ini punya Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) sebesar 40 persen. Tidak buruk, setidaknya cukup untuk memenuhi syarat insentif pemerintah.
“Pada tahap awal, kami fokus pada komponen lokal yang sudah dapat kami gapai. Ini komitmen kami mendukung industri otomotif dan komponen dalam negeri,” ujar Tekno.
Apa saja yang lokal? Ban dan speaker. Ya, Anda tidak salah baca. Sisanya? Masih didominasi komponen impor. Tapi jangan khawatir, niat memproduksi komponen sendiri katanya sedang dikaji. Kita tunggu saja, mungkin dalam beberapa tahun lagi.
Dua Skema Pembelian: Mau Baterai Sekalian atau Nyicil Pakai Langganan?
Polytron menawarkan dua cara membeli mobil listrik ini:
- Skema sewa baterai (battery subscription):
G3: Rp 299 juta
- G3+: Rp 339 juta
- Ditambah biaya langganan baterai Rp 1,2 juta per bulan
Skema pembelian utuh (termasuk baterai):
G3: Rp 419 juta
- G3+: Rp 459 juta
Harga yang disebut adalah harga OTR Jakarta. Mau hemat di awal? Ambil yang sewa baterai. Tapi siap-siap merogoh kocek tiap bulan. Kalau ogah repot, sekalian saja beli semuanya—baterai dan mobil, satu paket lengkap.
Spesifikasi: Besar, Canggih, dan Berfitur Mewah
Polytron G3 dan G3+ adalah SUV lima penumpang dengan dimensi cukup tambun:
- Panjang: 4.720 mm
- Lebar: 1.908 mm
- Tinggi: 1.696 mm
- Jarak sumbu roda: 2.800 mm
Bagasi lapang hingga 1.141 liter, lengkap dengan electronic tailgate dan kick sensor. Ground clearance 158 mm, masih cukup aman untuk jalanan Indonesia yang penuh kejutan.
Baterainya pakai tipe Lithium Ferro Phosphate (LFP) berkapasitas 51,916 kWh, dengan daya 150 kW dan torsi 320 Nm. Diklaim bisa menempuh jarak 402 km (klaim CLTC), dengan akselerasi 0-100 km/jam dalam 9,6 detik. Cukup gesit, meski bukan yang tercepat di kelasnya.
“Kami telah mempelajari bahwa LFP, menurut tim kami, lebih aman. Dari statistik yang ada, LFP memiliki catatan keamanan yang lebih baik,” ujar Tekno, memberi alasan kenapa Polytron tak memilih baterai NMC seperti para rivalnya.
G3 vs G3+: Apa Bedanya?
- Velg: G3 pakai 19 inch, G3+ pakai 20 inch
- Fitur: G3+ punya panoramic sunroof
- Konektivitas: Hanya G3+ yang dapat fitur aplikasi smartphone seperti remote start/stop, find my car, AC control, dan sebagainya
- Waktu charging: DC fast charging butuh <35 menit (20-70%), sedangkan AC charging lebih cepat di G3+ (<3,5 jam) dibanding G3
Fitur Tambahan: Dari Mode Camping sampai ADAS Level 2
Fitur hiburan cukup niat: 8 speaker dengan teknologi XBR khas Polytron, woofer, dan tweeter. Disediakan layar 12,8 inci dengan Android Auto dan Apple CarPlay, serta wireless charging.
Ada juga fitur Vehicle to Load (V2L) dengan power plug 220V, cocok untuk ngecas kopi saat camping atau sekadar masak mi instan.
Konsol tengah punya coolbox—ya, lemari es mini untuk simpan minuman dingin.
Fitur keselamatan? Cukup lengkap untuk ukuran mobil lokal:
- ADAS Level 2 dengan fitur seperti Auto Parking, Emergency Braking, Traffic Sign Recognition, dan Adaptive Cruise Control
- Kamera 360 derajat, Blind Spot Detection, Safe Exit Warning, hingga Driver Fatigue Reminder
- Tambahan sistem keselamatan standar seperti 6 airbag, ISOFIX, Traction Control, dan Tire Pressure Monitoring
Dirakit Lokal, Tapi Bukan Sendiri
Meski digadang-gadang sebagai mobil lokal, Polytron tidak membuat semuanya sendiri. G3 dan G3+ merupakan hasil kerja sama dengan Skyworth K EV dari Tiongkok dan akan dirakit oleh PT Handal Indonesia Motor.
Garansi dan Harapan
Polytron memberikan garansi 5 tahun untuk kendaraan, garansi baterai seumur hidup untuk skema sewa baterai, dan 8 tahun untuk baterai versi pembelian penuh.
Langkah Polytron ini tentu menjadi sinyal bahwa industri otomotif Indonesia tidak hanya bisa menjadi pasar, tapi juga ikut bermain. Tapi apakah mobil ini bisa jadi penantang serius di pasar mobil listrik yang semakin ketat? Itu PR besar yang belum tentu bisa diselesaikan hanya dengan speaker lokal dan velg besar.
Butuh mobil listrik lokal? Atau sekadar penasaran apakah mobil ini cocok buat daily commute dan gaya hidup hijau Anda? Polytron G3 dan G3+ sudah hadir. Sisanya, tinggal dompet Anda yang bicara.
(Anton)