SUARAINDONEWS.COM, Jakarta-Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita mengungkapkan surplus neraca perdagangan Triwulan I 2017 naik berlipat ganda dibandingkan surplus Triwulan I 2016. Surplus selama Januari-Maret 2017 mencapai 3,9 miliar dolar AS. Sedangkan surplus periode Januari-Maret 2016 sebesar 1,6 miliar dolar AS.
Menurut Mendag, surplus tersebut dihasilkan dari surplus perdagangan non-migas yang meningkat lebih dari 300 persen menjadi 6,5 miliar dolar AS, dikurangi defisit perdagangan migas yang mencapai 2,6 miliar dolar AS. “Surplus neraca perdagangan selama Triwulan I 2017 mencapai 3,9 miliar dolar AS atau naik lebih dari dua kali lipat dari surplus Januari-Maret tahun lalu,” ujar Mendag di Jakarta, Selasa (25/4).
Surplus ini, lanjut Mendag Enggar, juga disokong oleh kinerja perdagangan Maret 2017. Neraca perdagangan non-migas Maret 2017 mengalami surplus 2 miliar dolar AS. Sementara neraca perdagangan migas defisit 0,8 miliar dolar AS, sehingga menyebabkan surplus neraca perdagangan Maret 2017 secara total mencapai 1,2 miliar dolar AS.
Ditambahkan Mendag, mitra dagang penyumbang surplus perdagangan non-migas terbesar selama Januari-Maret 2017 adalah India dan disusul secara berurutan oleh Amerika Serikat, Filipina, Belanda, dan Pakistan dengan jumlah mencapai 7,5 miliar dolar AS.
“Sedangkan RRT, Thailand, Australia, Korea Selatan dan Prancis merupakan mitra dagang yang menyebabkan defisit terbesar yang jumlahnya mencapai 5,2 miliar dolar AS, “ kata mantan Ketua Komisi V DPR tersebut.
Ekspor Maret 2017 Naik 23,6 Persen
Lebih jauh Mendag Enggar menjelaskan ekspor bulan Maret 2017 mencapai 14,6 milliar dolar AS atau naik 23,6 persen dibanding bulan yang sama tahun lalu. Kenaikan ekspor didorong oleh peningkatan ekspor sektor migas dan non-migas. Ekspor migas meningkat 19,5 persen menjadi 1,5 miliar dolar AS. Sedangkan ekspor non-migas naik 24 persen menjadi 13,1 miliar dolar AS.
“Penguatan kinerja ekspor bulan Maret memperkuat optimisme pencapaian target ekspor 2017 dapat dilampaui,” ujar Mendag Enggar.
Dengan capaian ekspor bulan Maret, lanjut Mendag, secara kumulatif ekspor selama Triwulan I 2017 mencapai 40,6 miliar dolar AS atau meningkat sebesar 20,8 persen dibandingkan Triwulan I tahun lalu. Peningkatan ekspor selama triwulan I 2017 tersebut didukung oleh kenaikan ekspor non-migas sebesar 21,6 persen dan ekspor migas sebesar 14,1 persen.
Ekspor bulanan selama Triwulan I 2017 memperlihatkan kinerja yang membaik dibanding tahun-tahun sebelumnya. “Dibanding Triwulan I 2016, kinerja ekspor Triwulan I 2017 mengalami penguatan signifikan,” jelas Mendag.
Mendag Enggar menyatakan di sektor non-migas, ekspor ke beberapa negara mitra dagang selama Triwulan I 2017 menunjukkan kinerja yang baik. Ekspor non-migas ke RRT, India dan Belanda naik signifikan dengan pertumbuhan masing-masing sebesar 65,1 persen, 61,0 dan 52,2 persen.
Sementara itu, produk yang nilai ekspornya naik tinggi, antara lain besi dan baja (97,1 persen), karet dan barang dari karet (73), bahan kimia organik (67,5), minyak sawit (61,6) batubara (49,6), berbagai produk kimia (46,3), serta kopi, teh dan rempah-rempah (32,8 persen). “Peningkatan ekspor yang relatif signifikan tersebut menunjukkan mulai membaiknya permintaan terhadap produk ekspor Indonesia di pasar dunia,” tandas Mendag.
Impor Maret 2017 Naik 18,2 Persen
Mendag Enggar mengatakan impor selama bulan Maret 2017 mencapai 13,5 miliar dolar AS atau meningkat 18,2 persen dibanding Maret 2016. Peningkatan impor dipicu oleh kenaikan impor migas sebesar 45,7 persen menjadi 2,3 miliar dolar AS dan kenaikan impor nonmigas sebesar 13,8 persen menjadi 30,1 miliar dolar AS.
“Dengan demikian, impor Januari-Maret 2017 mencapai 36,7 miliar dolar AS atau naik sebesar 14,8 persen, “ ujarnya.
Sedangkan kenaikan nilai impor selama tiga bulan pertama tahun ini didorong oleh kenaikan impor seluruh jenis barang. Impor bahan baku/penolong naik sebesar 18,1 persen dan impor barang modal naik sebesar 6,5 persen serta barang konsumsi naik sebesar 4,7 persen.
“Kenaikan impor bahan baku/penolong dan barang modal di bulan-bulan pertama tahun ini menunjukkan sinyal positif terjadinya pertumbuhan industri domestik. Sementara itu, kenaikan impor barang konsumsi merupakan antisipasi terhadap permintaan menjelang Puasa dan Lebaran,” kata Mendag.
Mendag juga menjelaskan, kenaikan impor bahan baku/penolong menjadikan pangsa barang kategori ini semakin dominan, yaitu 75,6 persen terhadap total impor. Pada tahun lalu, pangsa bahan baku/penolong sebesar 73,5 persen. Sedangkan Bahan baku/penolong yang impornya naik signifikan antara lain bahan kimia organik (23,3 persen), besi baja (14,6 persen) dan plastik & barang dari plastik (13,9 persen).
Sementara itu, barang modal yang impornya naik signifikan antara lain mesin/pesawat listrik (10,7persen) dan kendaraan bermotor dan bagiannya (16,3 persen). Sedangkan barang konsumsi yang impornya naik signifikan antara lain daging hewan (105,0 persen) dan 26,9 persen sayuran.(Bams/EK)