SUARAINDONEWS.COM, Jakarta-Industri pendukung perkereta apian di dalam negeri akan bisa bertumbuh, apabila diberi kesempatan yang sama secara fair (adil), dan dilibatkan secara langsung dalam pengerjaan sejumlah mega proyek infastruktur di dalam negeri. Menurut Dirjen Industri Logam Mesin Alat Transportasi dan Elektronika (ILMATE) Kemenperin I Gusti Putu Suryawirawan usai pembukaan konferensi internasional perkeretapian 2017, sebagai rangkaian pameran otomotif, infastruktur, dan perkereta apian yang akan berlangsung sampai 1 April 2017 di Jakarta.
Menurut Putu,”Dengan demand yang begitu besar di bidang perkereta-apian, di mana saat ini sejumlah proyek infastruktur seperti pembangunan kereta api massal Mass Rapid Transit (MRT) dan kereta api berkecepatan sedang Light Rapid Transit (LRT), industri pendukung di dalam negeri harus diberi kesempatan berusaha yang sama. Ini bisa merangsang industri komponen dan pendukung di daam negeri, bertumbuh dan pada akhirnya mereka juga secara perlahan akan mampu meningkatkan Tingkat Kandungan Dalam Negeri (TKDN) yang selama ini hanya berkisar antara 30 sd 40 persen, sesuai road map (peta jalan) yang disusun pemerintah, nantinya akan bisa mencapai 60 sd 70 persen di tahun 2020, ujarnya optimistik.
Selama diberi peluang berusaha secara fair, karena pengerjaan proyek-proyek infrastruktur ini bersifat multiyear (jangka panjang), dan melalui perencanaan yang matang, maka pihaknya yakin produsen alat pendukung dan komponen kereta api mulai dari pengerjaan bodi, rolling stock, termasuk pengerjaan signal, sampai bogie semua sudah dapat digarap di dalam negeri, baik oleh perusahaan BUMN (Badan Usaha Milik Negara) ataupun perusahaan swasta.
Sebab pada dasarnya pemerintah mendorong agar terjadi investasi di bidang industri komponen baik untuk otomotif ataupun industri pendukung kereta api yang pada dasarnya memiliki jenis pengerjaan yang serupa khususnya dalam pengerjaan logam baja. Pemerintah mengharapkan, instansi yang berwenang memberi kesempatan pada industri lokal, sehingga tidak seluruh pengerjaan di bidang ini digarap oleh produk-produk impor. Karena bagaimanapun juga masuknya produk impor akan menekan neraca pembayaran kita.
“Diakui hanya mesin kereta api yang Indonesia belum mampu membuatnya, namun untuk sejumlah komponen elektronik yang tidak terlalu rumit, kini sudah mampu dikerjakan oleh PT LEN (Persero). Dalam sejumlah proyek, BUMN ini juga berkolaborasi baik dengan BUMN di dalam negeri seperti PT (Persero) Waskita Karya, ataupun dengan mitranya di luar negeri,” paparnya.
Pemerintah juga sebenarnya sudah memiliki program Kebijakan Pengembangan Railway Nasional yang berisi visi, apa yang akan dilakukan sampai tahun 2025, berisi rancang bangun railway (jalan kereta api) di seluruh Indonesia. Ini penting sebab pembangunan jalan kereta api menjadi salah satu industri prioritas yang akan dibangun beserta penyediaan master plan yang antara lain menargetkan pembangunan 2.085 lokomotif penumpang, kargo otomotif 1.995 unit, dan kereta pengangkut 39.655 unit.
Di bidang elektrifikasi railway, pemerintah menetapkan di tahun 2025 nantinya akan dapat tercapai industri yang akan memproduksi kereta api dengan menggunakan kekuatan full electricity. Salah satu tantangan yang dihadapi industri perkeretapian adalah masih adanya ketergantunga pada satu pelanggan utama yakni PT Kereta Api Indonesia (KAI). Karena itu selalu terbuka peluang pengembangan industri nasional kereta api, melalui kerjasama kemitraan.(Nonie)