SUARAINDONEWS.COM, Jakarta – Malaria adalah salah satu penyakit mematikan yang banyak ditemukan di negara tropis. Penyakit ini disebabkan oleh parasit Plasmodium yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Anopheles. Pada tahun 1950-an, klorokuin menjadi obat utama untuk malaria. Namun, seiring waktu, parasit Plasmodium menjadi kebal terhadap obat ini, menyebabkan meningkatnya angka kematian akibat malaria.
Namun, sebuah terobosan besar terjadi berkat seorang ahli pengobatan tradisional asal China, Tu Youyou. Ia menemukan solusi dari kitab pengobatan kuno yang akhirnya menyelamatkan jutaan nyawa.
Berawal dari Kitab China Kuno
Tu Youyou, seorang peneliti berusia 39 tahun saat itu, memiliki ketertarikan besar pada pengobatan tradisional China. Keahliannya ini membuatnya dipilih untuk bergabung dalam proyek rahasia China bernama Proyek 523 yang dibentuk oleh Presiden Mao Zedong pada tahun 1967. Proyek ini bertujuan menemukan obat malaria yang ampuh, karena saat itu wabah malaria sedang melanda China dan banyak negara lain.
Sebagai bagian dari penelitiannya, Tu Youyou menyelami ribuan kitab pengobatan kuno. Ia meneliti lebih dari 2.000 kitab sebelum akhirnya menemukan referensi penting dalam kitab yang ditulis di atas kain sutra dari tahun 168 Sebelum Masehi. Kitab ini menyebutkan bahwa penyakit yang mirip malaria bisa disembuhkan dengan ekstrak dari tumbuhan bernama Qinghao (Artemisia annua).
“Saya merasa kitab-kitab kuno ini seperti peta harta karun yang membawa saya ke penemuan besar.” – Tu Youyou
Dari Eksperimen Hingga Obat Malaria Modern
Setelah menemukan petunjuk dari kitab kuno, Tu Youyou mulai mengujinya di laboratorium. Awalnya, ia gagal mengekstrak zat anti-malaria dari Qinghao karena menggunakan suhu tinggi dalam proses ekstraksi, yang justru merusak senyawa aktifnya.
Namun, ia kemudian menemukan metode dari seorang tabib kuno bernama Ge Hong yang hidup di abad ke-4. Ge Hong menjelaskan bahwa ekstrak Qinghao harus diambil menggunakan metode rendaman dingin agar zat aktifnya tetap terjaga.
Ketika metode ini diterapkan, Tu berhasil mendapatkan ekstrak murni artemisinin, senyawa yang terbukti efektif melawan malaria. Setelah berhasil dalam uji coba pada tikus dan monyet, obat ini diuji pada manusia dan menunjukkan hasil yang luar biasa.
“Ini bukan hanya pencapaian saya, tetapi juga warisan dari kebijaksanaan leluhur yang masih relevan hingga kini.” – Tu Youyou
Dampak Besar dan Penghargaan Nobel
Pada tahun 1971, Tu Youyou mengumumkan temuannya ke publik. Obat ini langsung diproduksi secara massal dan menjadi penyelamat bagi jutaan orang yang terkena malaria, terutama di wilayah tropis seperti Afrika dan Asia Tenggara.
Penemuan ini menjadi dasar pengembangan pengobatan malaria modern, dan hingga saat ini, artemisinin masih menjadi obat utama dalam terapi malaria yang direkomendasikan oleh WHO.
Puncak pengakuan dunia datang pada tahun 2015, ketika Tu Youyou dianugerahi Hadiah Nobel Kedokteran. Ia menjadi ilmuwan perempuan pertama dari China yang mendapatkan penghargaan tertinggi di dunia medis.
“Saya tidak pernah menyangka penelitian saya akan menyelamatkan begitu banyak nyawa. Ini adalah penghargaan bagi seluruh tim saya dan pengobatan tradisional China.” – Tu Youyou
Kesimpulan: Ilmu Modern dan Kearifan Tradisional
Kisah Tu Youyou membuktikan bahwa pengobatan tradisional masih memiliki peran besar dalam ilmu kedokteran modern. Dengan pendekatan yang teliti dan inovatif, ia berhasil mengubah warisan nenek moyang menjadi solusi bagi permasalahan medis global.
Penemuan artemisinin tidak hanya menjadi terobosan dalam dunia medis, tetapi juga menjadi bukti bahwa kearifan kuno dan ilmu pengetahuan modern bisa berjalan beriringan untuk kebaikan umat manusia.
(Anton)