SUARAINDONEWS.COM, Jakarta – Wabah flu burung yang kembali merebak di Brasil memicu keprihatinan internasional terhadap sistem pangan global. Wabah yang dikonfirmasi terjadi di sebuah peternakan komersial di negara bagian Rio Grande do Sul ini telah menghantam ekspor unggas Brasil, dengan sejumlah negara seperti Tiongkok, Korea Selatan, dan Uni Eropa memberlakukan larangan impor sementara terhadap produk unggas dari negara tersebut.
Koalisi internasional Act for Farmed Animals, yang terdiri dari organisasi perlindungan hewan Sinergia Animal dan Animal Friends Jogja, menilai kejadian ini sebagai alarm keras bagi dunia. Mereka menyerukan perubahan mendasar dalam sistem pangan global, khususnya untuk mengurangi ketergantungan terhadap peternakan intensif.
“Wabah flu burung ini menyoroti pentingnya mengalihkan sistem pangan kita dari peternakan,” ujar Dr. Fernanda Vieira, Direktur Kesejahteraan Hewan dan Penelitian di Sinergia Animal, Selasa (20/5/2025).
Menurut Fernanda, flu burung telah merebak di sejumlah negara produsen unggas terbesar seperti Brasil, Amerika Serikat, Meksiko, dan India, yang menunjukkan pola berulang dari sistem pangan yang rapuh. Ia mengingatkan bahwa Program Lingkungan PBB (UNEP) secara konsisten mengaitkan meningkatnya risiko pandemi dengan praktik pertanian intensif.
“Intensifikasi peternakan, khususnya unggas, menciptakan kondisi yang memfasilitasi penularan penyakit zoonosis dari hewan ke manusia. Sayangnya, pemimpin negara tampaknya belum cukup khawatir,” tegasnya.
Indonesia Perlu Waspada
Elfha Shavira, pemimpin kampanye Act for Farmed Animals, menyatakan bahwa Indonesia harus belajar dari pandemi COVID-19 dan meningkatkan kewaspadaan terhadap potensi zoonosis, terutama di tengah lonjakan kasus flu burung di sejumlah negara Asia.
“Risiko ini bisa diminimalisir dengan partisipasi institusi keuangan dalam mendanai industri berkelanjutan dan beralih ke sistem pangan nabati,” jelas Elfha.
Sebagai bagian dari kampanye Banks for Animals, Act for Farmed Animals juga menggelar aksi damai di depan kantor pusat Bank Mandiri pada awal Mei. Aksi ini bertujuan mendesak bank-bank besar seperti Bank Mandiri, BNI, BCA, BSI, dan BRI untuk menghentikan pendanaan terhadap peternakan industri. Dalam laporan terbaru mereka, bank-bank tersebut mendapat skor 0% dalam mendukung kesejahteraan hewan dan kesehatan publik.
Ancaman Global
Sementara itu, The Global Virus Network (GVN) — jaringan ahli virologi dari lebih dari 40 negara — mengeluarkan peringatan serius melalui The Lancet Regional Health – Americas terkait merebaknya flu burung H5N1 di Amerika Utara. GVN meminta pemerintah dunia meningkatkan pengawasan, memperketat biosekuriti, dan bersiap menghadapi potensi penularan antar manusia.
“Sekali lagi, flu burung memperlihatkan kerapuhan sistem pangan global kita,” kata Fernanda. “Kita tidak bisa lagi mengabaikan risiko yang ditimbulkan oleh peternakan.”
Ia menekankan bahwa mengadopsi pola makan nabati merupakan salah satu strategi paling efektif dalam mencegah munculnya penyakit zoonosis baru dan sekaligus melindungi hewan serta kesehatan manusia.
Sebagai bagian dari koalisi internasional Stop Financing Factory Farming — yang terdiri dari lebih dari 20 organisasi lingkungan dan keadilan sosial — Act for Farmed Animals menekankan pentingnya dukungan publik dan swasta terhadap transisi menuju sistem pangan yang lebih berkelanjutan dan ramah lingkungan.
“Pendanaan untuk industri peternakan justru memperbesar risiko wabah penyakit baru di masa depan. Kita harus segera beralih ke sistem pangan berbasis nabati demi kesehatan manusia dan keberlanjutan bumi,” pungkas Fernanda.
(Anton)