SUARAINDONEWS.COM, Jakarta-Menjadikan Apoteker yang berpraktek bertanggungjawab merupakan tantangan terbesar Kongres Nasional ke XX Pengurus Besar Ikatan Apoteker Indonesia yang akan berlangsung di Pekanbaru Riau, 19 – 21 April 2018 nanti. Dimana Kongres dimulai Rabu, 18 April 2018 di Labersa Grand Hotel and Conventions Center, Pekanbaru. Oleh karenanya Kongres yang digabungkan dengan Pertemuan Ilmiah Tahunan IAI Tahun 2018 ini menggusung tema Trusted Pharmacist for a Better Quality of Life.
Demikian ditegaskan Drs Nurul Falah Eddy Pariang, Apt (Ketua Umum PP IAI sekaligus Incumbent), didampingi Noffendri Roestam, S.Si, Apt (Sekretaris Jenderal PP IAI), Drs Sri Wahyono, Apt (Ketua Panitia/Ketua Himpunan Apoteker Seminat Obat Tradisional HIMASTRA) dan Liliek Yusuf Indrajaya, S.Si, SE, MBA, Apt (Wakil Sekjen) di Sekretariat IAI Jakarta (16/04).
“Karena memang diharapkan kedepannya Apoteker berpraktek seperti halnya dengan Dokter yang berpraktek. Dimana tanggungjawab seorang Apoteker tidak hanya hadir saat memberikan dan menjelaskan pemberian obat kepada pasien saja namun ada semacam pengawasan perkembangan dari tindak lanjut pemakaian obat tersebut kepada pasiennya. Hal itulah yang menjadi tantangan terbesar kami untuk menjadikan Apoteker-Apoteker berpraktek bertanggungjawab tersebut,” lanjut Nurul Falah.
Seperti diketahui, saat ini semakin tinggi tuntutan bagi Apoteker untuk memenuhi standar kompetens dan moral yang lebih baik dalam memberikan pelayanan dan Trust is an important start of every journey menjadi tuntutan yang tak terelakkan lagi. Bahkan editor Why Consumer Trust Pharmacist (Drug Topics, 20 Januari 2017) menegaskan profesi Apoteker merupakan profesi yang terpercaya karena apoteker dianggap sebagai tenaga terlatih klinis yang dapat menjawab pertanyaan pasien tentang terapi mereka, dan apoteker dapat diakses masyarakat untuk memenuhi kebutuhan pengobatan sampai ke kelompok masyarakat paling kecil, yaitu keluarga.
Dengan kata lain, trusted pasien terhadap Apoteker ada bila para Apoteker mampu menjaga kompetensinya sesuai harapan pasien. Seperti terus mendekatkan pelayanan kepada masyarakat, dan senantiasa mengikuti dinamika perkembangan pelayanan kesehatan terkini. Apalagi kini setiap tahun telah mampu dihasilkan 5.000 lulusan Apoteker dari 38 Perguruan Tinggi Farmasi yang tersebar di seluruh Indonesia, tentu menjadi tantangan sekaligus peluang tersendiri di dunia kefarmasian Indonesia, lanjutnya lagi.
Perkembangan pelayanan kesehatan kini mengarah kepada pemberian intervensi medis (farmakologis maupun non farmakologis) yang menekankan kepada peningkatan kualitas hidup pasien dengan mengusung semangat Sustainable Development Goals untuk mencakupi seluruh individu masyarakat (no one left behind).
Dan bidang kefarmasian berupaya untuk mengikuti dinamika ini baik dari sisi manufaktur, industri farmasi yang berkembang pesat pada lini produk biologis yang menjanjikan individualistik terapi dengan efikasi –keamanan — mutu yang lebih tingi. Dari sisi manajemen Iogistik, dunia kefarmasian bergerak ke sistem operasi yang semakin efisien dan akuntabel, termasuk berbagai upaya untuk menjamin keamanan dan track-able rantai suplai.
Sedangkan di sisi pelayanan langsung kepada pasien yakni pada clinical and community setting, bergerak untuk memenuhi kebutuhan kualitas terapi pasien serta menciptakan metode-metode inovatf untuk edukasi masyarakat mengenai rasionalitas pengunaan obat. Semua hal tersebut menyiratkan upaya berkelanjutan para Apoteker yang harus didukung oleh aktualisasi dan peningkatan kompetensi melalui aktivitas-aktivitas edukasi.
Sementara itu, Drs Sri Wahyono, Apt (selaku Ketua Panitia/ yang juga Ketua Himpunan Apoteker Seminat Obat Tradisional HIMASTRA) mengemukakan bahwa Kongres Nasional XX IAI kali ini dihadiri 1.700 Apoteker dari seluruh Indonesia, dengan 72 Topik dan SubTopik Simposium ilmiah yang datang dari 159 Peneliti seperti dari para akademisi, praktisi maupun regulator. Disamping 59 Poster dari 38 PT Farmasi di seluruh Indonesia.
Untuk memperkaya wawasan akan hadir sebagai narasumber, yaitu Menteri Kesehatan RI (Keynote Speech), Kepala Badan POM RI, Ketua Komite Farmasi Nasional, pejabat eselon 1 dan 2 di lingkungan Kementerian Kesehatan RI dan Badan POM RI, Kementerian Perindustrian, para pimpinan lembaga non pemerintahan serta para praktisi dan akademisi dari dalam dan luar negeri. Selain peserta Kongres XX dan PIT IAI 2018 juga dijadwalkan akan melakukan kunjungan ke berbagai obyek wisata di Pekanbaru, tambah Sri Wahyono.
Kongres Nasional XX IAI merupakan Amanat AD/ART lkatan Apoteker Indonesia, dimana pelaksanaan Kongres paling lambat dilaksanakan 3 (tiga) bulan setelah masa jabatan pengurus berakhir. Dan mengacu pada pelaksanaan Kongres Nasional XIX IAl yang dilaksanakan 21-23 Februari 2014 lalu di Jakarta, maka Kongres berikutnya dilaksanakan paling lambat 23 Mei 2018. Jadi Kongres ini lebih cepat satu bulan dari yang diamanatkan AD/ART lkatan Apoteker Indonesia.
Selanjutnya bersamaan dengan pelaksanaan Kongres, diadakan juga Pekan ilmiah Tahunan sebagai ajang bagi para Apoteker untuk menjaga dan meningkatkan kompetensi, baik sebagai praktisi, akademisi maupun birokrat. Kongres XX dan Pertemuan llmiah Tahunan IAI mengagendakan, Pertama ; Dihasilkannya keputusan berupa naskah dan pedoman umum organisasi sebagai acuan bagi pengurus periode berikutnya selama 4 (empat) tahun kedepan. Kedua; Ditetapkannya pimpinan organisasi di tingkat pusat untuk masa bakti 2018-2022. Ketiga; Meningkatnya wawasan dan kompetensi apoteker dalam menjalankan praktik kefarmasian. Dan Keempat; Terjalinnya kerjasama yang baik antara apoteker dengan para pemangku kepentingan dalam rangka peningkatan kompetensi Apoteker.
(tjo: foto ist