SUARAINDONEWS.COM, Jakarta-Di awal abad ke-21 ini, Perhimpunan Dokter Spesialis Kardiovaskular Indonesia (PERKI) memiliki beberapa tantangan ke depan. Hal ini dinyatakan oleh Ketua Umumnya, dr. Radityo Prakoso, SpJP (K), FIHA, FAPSIC, FAsCC, dalam konferensi pers secara virtual, di Jakarta (4/8/2022).
“Tantangan pertama yang dihadapi adalah masalah masih tingginya angka morbiditas dan mortalitas dari penyakit kardiovaskular yang diperparah dengan munculnya emerging disease,” ungkap Radityo Prakoso.
Dikatakanya lebih lanjut, data terbaru dari WHO, penyakit jantung koroner dan stroke masih menduduki peringkat pertama dan kedua penyebab kematian utama di dunia dengan jumlah kematian global 18,6 juta orang setiap tahunnya. Angka ini diperkirakan akan terus meningkat menjadi 20,5 juta pada tahun 2020 dan 24,2 juta pada tahun 2030 seiring dengan peningkatan kualitas hidup.
Di Indonesia sendiri, penyakit jantung dan stroke juga menduduki peringkat pertama dan kedua penyebab kematian paling tinggi dengan membebani BPJS hingga 10 Triliun Rupiah.
“Tingginya angka morbiditas dan mortalitas ini membuat PERKI akan bekerjasama dengan Kemenkes dalam mengawal Transformasi Kesehatan di bidang layanan rujukan untuk cita-cita besar mewujudkan seluruh provinsi mampu pasang ring jantung dan bedah jantung terbuka,” katanya.
Lalu, menurut Radityo, tantangan kedua adalah pesatnya perkembangan teknologi, transportasi, serta komunikasi di era global sekarang ini dan perdagangan bebas menciptakan masalah baru, yakni masuknya spesialis jantung asing ke Indonesia. Jumlah pusat pendidikan dan pelatihan SpJP yang masih belum memadai di Indonesia turut memperbesar risiko bertambahnya tenaga asing yang akan masuk di Indonesia.
Tantangan lainnya adalah regulasi yang ada masih belum memfasilitasi pemenuhan jumlah anggaran yang dibutuhkan untuk pelayanan kardiovaskular serta peran PERKI sebagai advokator dan kolaborator yang sejauh ini masih terbatas.
Sedangkan layanan terakhir adalah belum memiliki registri nasional penyakit kardiovaskular. “Permasalahan ini dapat diselesaikan melalui transformasi kesehatan di bidang teknologi yang dicanangkan oleh Kemenkes. PERKI akan turut mendorong terbentuknya registri nasional di Indonesia,” jelas dokter Radityo.
Namun, menurutnya meski demikian PERKI hingga tahun 2030 akan memiliki visi menjadi organisasi profesi terdepan dalam pengembanhan ilmu pengetahuan, pendidikan, dan pelayanan kardiovaskular, untuk meningkatkan derajat kesehatan seluruh masyarakat Indonesia dan dunia pada umumnya.

Sementara itu, menurut dr. Oktavia Liliyasari, SpJP(K), FIHA, guna memelihara kesehatan jantung diperlukan beberapa hal, antara lain:
Pertama, mengkonsumsi makanan sehat. Kurangi gula dalam makanan dan minuman, perbanyak air putih, jaga status hidrasi, usahakan konsumsi 5 porsi sayur dan buah/hari. Selain itu batasi makanan ringan tinggi garam, dan download serta menggunakan aplikasi untuk mencari resep makanan sehat.
Kedua, berhenti merokok adalah cara terbaik untuk menjaga jantung. “Bila perlu mencari bantuan berhenti merokok dari komunitas,” ujar dr. Oktavia.
Ketiga, jangan lupa untuk hidup lebik aktif. Perbanyak berjalan, bersepeda, naik tangga. Aktivitas fisik lima kali seminggu selama 30 menit. Beraktivitas bersama keluarga dan gunakan aplikasi untuk memantau aktivitas fisik.
Menurutnya, meskipun penyakit merupakan jantung pembunuh nomor satu di dunia, namun 80 persen penyakit kardiovaskular dapat dicegah dengan beberapa kebiasaan hidup sehat di atas. (Aji).
Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari suaraindonews.com. Mari bergabung di Grup Telegram “Update SuaraIndoNews.com”, caranya langsung klik link https://t.me/update_sindotcom, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.
