SUARAINDONEWS.COM, Jakarta-Kementerian Perindustrian siap menduplikasi keberadaan Bandung Bandung Creative Hub, sebagai pusat berkumpulnya para pelaku industri kreatif asal Kota Kembang untuk menciptakan gagasan dan menghasilkan berbagai kreasi. Bangunan enam lantai dengan total luas 10 ribu m2 ini diperkirakan menelan biaya Rp45 miliar untuk pembangunannya dan akan diresmikan pada Mei 2017.
“Kami mengpresiasi Pemerintah Kota Bandung yang telah memfasilitasi pembangunan Bandung Creative Hub, karena sejalan dengan program prioritas Kemenperin mengembangkan industri kreatif, sekaligus mengakselerasi ekonomi kreatif nasional,” papar Airlangga.
Selain akan menyediakan sejumlah mesin untuk menghasilkan produk kreatif, keberadaan lembaga ini juga tidak mustahil, dapat diduplikasi di daerah lain, yang memiliki potensi masalah yang sama, yakni di Bali, Batam, dan Malang.
Menurut Airlangga, pusat industri kreatif serupa juga sudah dibangun di beberapa kota seperti Bali (Bali Creative Industry Center/BCIC), yang dimiliki oleh Kemenperin serta di Batam dan Malang yang didirikan pihak swasta. “Langkah ini sejalan dengan upaya Kemenperin menyiapkan revolusi industri ke-4, dengan basis internet of things. Termasuk yang telah diimplementasikan melalui program e-smart IKM sebagai infrastruktur perdagangan online,” paparnya saat mengunjungi Bandung Bandung Creative Hub di Jalan Laswi.
Adapun fasilitas penunjang yang akan tersedia di gedung ini, antara lain Studio Inovasi (3D Printer, Laser Cutting, dan Textile Printer), Studio Fashion, Studio ICT, Studio Foto/TV, Studio Musik, Studio Keramik, Design Museum, Design Store, Design/Art Library, Art Gallery, Design Studio, Bioskop untuk Film Eksperimental, Classroom, Cafe/Resto, Co-Working Space dan tempat hang out/Study 24 jam.
Pihaknya sangat mendukung perkembangan industri kreatif nasional, mengingat industri kreatif menyumbang sekitar Rp642 triliun atau 7,05 persen terhadap total PDB Indonesia tahun 2015. Kontribusi terbesar berasal dari sektor kuliner 34,2 persen, mode atau fashion 27,9 persen dan kerajinan 14,88 persen. Industri kreatif merupakan sektor keempat terbesar dalam penyerapan tenaga kerja nasional, dengan kontribusinya mencapai 10,7 persen atau 11,8 juta orang.
“Bahkan transaksi bisnis yang dilakukan melalui sistem online, nilainya sudah mencapai lebih dari USD1 miliar. Nilai Ini akan terus meningkat setiap tahun baik dari online payment, online trading, juga dari kreasi untuk animasi, perfilman dan sebagainya yang semuanya berbasis IT (informasi teknologi), paparnya sambil menjelaskan pusat kreatif di sejumlah kota sudah mengikat kerjasama dengan pihak dari luar Indonesia.
Pihaknya optimistis industri kreatif nasional akan bertumbuh pesat karena talenta-talenta generasi muda Indonesia sangat potensial. Kemenperin akan memfasilitasi pengembangan talenta tersebut melalui fasilitas pendidikan yang dimiliki, salah satunya dengan program training of trainer (TOT) untuk menghasilkan mentor-mentor berkualitas. Untuk itu ia meminta pelaku industri kreatif nasional terus melakukan inovasi agar mampu berdaya saing dan meningkatkan nilai tambah produknya.
“Seiring iklim startup yang berkembang, nilai bisnis e-commerce di Indonesia saat ini USD18 miliar dan ditargetkan dalam lima tahun akan bertumbuh 10 kali lipat,” tegasnya. Sementara itu menurut Dirjen IKM Kemenperin Gati Wibawaningsih, industri kreatif nasional dinilai telah mampu bersaing di pasar global. Kekuatan ini terletak pada sumber bahan baku yang melimpah dan berkelanjutan, didukung dengan keragaman corak dan desain produk yang berciri khas lokal, serta ditunjang oleh para perajin yang kompeten.
Walikota Bandung M. Ridwan Kamil dalam kesempatan tersebut menyatakan, dengan sudah berdirinya wadah ini, anak muda dan mereka yang kreatif, tinggal datang ke lokasi ini dengan hanya membawa gagasan. “Di sini mereka bisa menyalurkan kreativitasnya melalui peminjaman alat-alat inovasi, termasuk penyediaan ruang kreatif dan perlengkapan bekerja.
Setelah mereka menghasilkan produk kreatifnya, maka melalui kerjasama dan jaringan Kemenperin dengan e-smart IKM, produk tersebut dapat diproduksi secara massal, menjadi ribuan dan jutaan unit. Sudah menjadi tugas kami, pelaku negara yang akan menyediakan fasilitas untuk berkreasi. Sebab dari sini akan lahir lapangan kerja baru yang pada akhirnya juga menjadikan kebangkitan Indonesia sebagai generasi millennial,” tuturnya. (NONIE)