SUARAINDONEWS.COM, Jakarta – Kasus infeksi menular seksual (IMS) di Indonesia mengalami peningkatan signifikan dalam tiga tahun terakhir, terutama di kelompok usia muda atau generasi Z. Data Kementerian Kesehatan Republik Indonesia mencatat, kasus IMS di kelompok usia 15–19 tahun naik dari 2.569 kasus pada tahun 2022 menjadi 4.589 kasus di tahun 2024.
Pakar kesehatan seksual dr Boyke Dian Nugraha menanggapi tren tersebut dengan mengatakan bahwa kondisi ini tidak mengejutkan, bahkan bisa jadi angka sebenarnya jauh lebih tinggi dibandingkan data resmi. Ia menyoroti beberapa faktor utama yang mendorong lonjakan ini, salah satunya adalah pubertas dini yang terjadi pada anak-anak zaman sekarang.
“Sekarang banyak anak yang pubertasnya sangat maju. Dari yang tadinya seperti zaman saya itu baru usia 14 tahun, sekarang 9–10 tahun sudah puber. Gairah seksualnya meningkat, tapi tidak dibarengi dengan pendidikan seks dan pendidikan agama yang memadai,” ujar dr Boyke.
Ia juga menyoroti kemajuan teknologi dan keterbukaan informasi melalui gawai sebagai faktor yang mempercepat anak-anak terpapar konten seksual. Selain itu, pengaruh budaya barat yang menormalisasi perilaku seksual bebas, seperti konsep one night stand dan friends with benefits, turut memperparah situasi.
“Tidak sedikit anak muda sekarang yang menganggap seks sebelum menikah adalah hal biasa. Ini berbahaya karena risiko IMS seperti gonore, klamidia, herpes semakin tinggi. Apalagi, obat-obatan untuk mengobati IMS ini sekarang efektivitasnya mulai berkurang,” jelasnya.
Direktur Pengendalian Penyakit Menular Kemenkes, Ina Agustina, juga menyatakan bahwa peningkatan kasus bukan hanya karena peningkatan jumlah tes. “Angka ini mencerminkan kondisi nyata di lapangan. Dari data 2024, sifilis mendominasi kasus IMS di kelompok usia remaja,” kata Ina.
Kemenkes mencatat beberapa jenis IMS yang paling sering ditemukan sepanjang 2024 antara lain sifilis dini (10.681 kasus), servisitis/proktitis (7.529), gonore (6.761), dan kandidiasis (5.185). Di kelompok usia 20–24 tahun, jumlah kasus bahkan mencapai 14.604 kasus pada 2024, naik drastis dibanding 1.529 kasus pada 2022.
Sebagai langkah antisipatif, dr Boyke mengimbau pentingnya edukasi seksual yang komprehensif kepada anak-anak sejak dini, baik oleh orang tua, sekolah, maupun pemerintah. Ia menegaskan bahwa pendidikan seks bukan sesuatu yang tabu, melainkan kebutuhan penting dalam upaya mencegah IMS dan menjaga kesehatan reproduksi generasi muda.
(Anton)