SUARAINDONEWS.COM, Bogor – Bupati Bogor, Jawa Barat, Ade Yasin tengah mencari cara lain untuk mendanai pembangunan infrastruktur jalan Jalur Puncak II atau Poros Tengah Timur (PTT), karena batal digarap Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR).
“Tetap kita upayakan untuk pembangunan Puncak II, karena kebutuhannya bukan hanya menangani kemacetan di Jalur Cisarua, tapi meningkatkan perekonomian masyarakat di wilayah timur Bogor,” ungkapnya di Cibinong, Bogor, Senin (21/6/2021).
Selain Kementerian PUPR batal menganggarkan dana pembangunan Jalur Puncak II pada tahun 2022, Pemprov Jawa Barat juga batal menganggarkannya pada Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) tahun 2021-2023.
Ade Yasin optimistis jalur yang menghubungkan Bogor dengan Cianjur itu dapat berimplikasi positif pada aspek ekonomi, yakni mengangkat Indeks Pembangunan Manusia (IPM) di wilayah Timur.
“Lebih dari 550 ribu penduduk yang tinggal di lima kecamatan ini, yaitu Citeureup, Babakanmadang, Cariu, Tanjungsari, dan Sukamakmur, akan mendapatkan pengaruh (ekonomi) dari pengembangan jalan ini,” kata Ade Yasin.
Ia mengaku telah menggunakan anggaran daerah senilai Rp 5 miliar untuk melakukan pembukaan sebagian jalur oleh TNI di tahun 2020.
Tapi, anggaran tersebut tidak seberapa jika dibandingkan dengan kebutuhan pembangunan infrastruktur jalan yang ditaksir senilai Rp 1,5 triliun.
Ade Yasin memprediksi jika Jalur Puncak II sudah terbangun, maka hal itu bisa menurunkan 50 persen kemacetan di kawasan Cisarua, sehingga diharapkan ada efisiensi jarak tempuh sekitar 16 persen.
“Dengan adanya jalur puncak II, diharapkan ada efisiensi jarak tempuh sekitar 16 persen dan menurunnya tingkat kemacetan Kawasan Puncak sebesar 50 persen,” kata Ade.
Hal itu karena , saat ini, setiap akhir pekan volume kendaraan yang melintasi Kawasan Puncak mencapai 28 ribu unit per hari. Padahal, sepanjang 23 kilometer Jalur Gadog-Puncak Pas idealnya hanya menampung 12 ribu kendaraan per hari. (wwa)