SUARAINDONEWS.COM, Lampung Selatan-Berkunjung ke Lampung Selatan pada awal Julia lalu, Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan menegaskan program pemerintah untuk menstabilisasi minyak goreng juga harus bermanfaat bagi petani sawit. Menteri Perdagangan menyosialisasikan kepada para petani sawit bahwa pemerintah meminta pelaku usaha membeli TBS paling sedikit di harga Rp1.600/kg. Selain itu, Menteri Perdagangan juga mendengarkan keluhan para petani sawit terkait harga TBS yang rendah dan harapan agar pemerintah segera mengerek kembali harga TBS. Pemerintah terus berupaya mendorong percepatan ekspor CPO. Harapannya, tangki CPO segera kosong dan TBS petani kembali dibeli pengusaha. Untuk mengatasi permasalahan yang ada, Kementerian Perdagangan terus mendorong ekspor CPO agar tangki-tangki CPO kembali kosong dan TBS petani dapat diserap kembali. Kementerian Perdagangan ingin hasil dari sawit ini dirasakan betul manfaatnya, baik oleh petani, pengusaha, dan konsumen.
Dalam kunjungan kali ini, Menteri Perdagangan juga meninjau Pabrik Kelapa Sawit Bekri milik PT Perkebunan Negara (PTPN) 7. Menteri Perdagangan mengetahui bahwa saat ini pabrik-pabrik pengolahan kelapa sawit membeli TBS masih di bawah harga TBS minimum yang direkomendasikan pemerintah. Untuk itu, Menteri Perdagangan juga memastikan akan terus menyosialisasikan kepada para pengusaha untuk membeli TBS di harga Rp1.600/kg atau lebih. Selain meninjau pabrik pengolahan kelapa sawit, Menteri Perdagangan juga menyempatkan diri meninjau pasar murah Minyak Goreng Kemasan Rakyat MINYAKITA di Bandar Lampung, Pesawaran, dan Lampung Selatan. Total terdapat 7.000 liter MINYAKITA yang didistribusikan dalam kunjungan tersebut.
Indonesia Manfaatkan G20 Jadi Momentum Transformasi Digital yang Inklusif
Menteri Perdagangan juga menyampaikan bahwa Indonesia memanfaatkan momentum Presidensi G20 untuk mendukung transformasi digital, membangun konsensus, serta mendorong perdagangan inklusif yang sejalan dengan tujuan pembangunan berkelanjutan. Transformasi digital harus adil, transparan, dan setara.
Transformasi digital dalam perdagangan diharapkan dapat mendorong pencapaian beberapa tujuan pembangunan berkelanjutan, antara lain pengentasan kemiskinan serta pekerjaan yang layak dan pertumbuhan ekonomi. Transformasi digital dapat menjadi tiket emas untuk pemulihan ekonomi pasca pandemi Covid-19. Transformasi digital juga harus adil dan menawarkan kesempatan yang sama serta distribusi manfaat yang merata kepada semua pemangku kepentingan, termasuk usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM). UMKM adalah tulang punggung sistem produksi global yang menyumbang lapangan kerja dan jumlah usaha. Selain itu, UMKM merupakan mesin inovasi, pertumbuhan, penciptaan lapangan kerja, dan kohesi sosial yang penting di negara anggota G20.
Melalui Presidensi G20, Indonesia mendorong negara-negara G20 untuk mendukung transformasi digital dalam perdagangan sebagai bagian dari pencapaian tujuan pembangunan berkelanjutan (sustainable development goals) oleh negara berkembang dan UMKM di berbagai negara. Transformasi digital layaknya membawa banyak manfaat dan peluang. Namun, transformasi digital juga datang dengan tantangan, risiko, dan kompleksitas yang terus berkembang. Saat ini, transformasi digital di seluruh dunia semakin terfragmentasi. Teknologi dan inovasi sangat terkonsentrasi di negara-negara dengan barang publik digital yang lebih baik. Jika dibiarkan tidak teratasi, kesenjangan antara negara-negara yang kurang terhubung dan negara-negara super-digital akan melebar. Ketidakseimbangan perdagangan akan tetap tidak berubah. Untuk itu, kolaborasi adalah kunci untuk memastikan prinsip dasar ‘tidak meninggalkan siapa pun’ dan membangun transformasi digital yang inklusif.
Dukung Tugas Kelompok Kerja
Dalam seminar web Seminar web Road to G20 “Digital Transformation in Trade” yang diikuti lebih dari 400 peserta, hadir sebagai narasumber adalah Southeast Asia Region Lead Advisor for Economic Research Institute for ASEAN and East Asia (ERIA), Lily Yan Ing; Chief Economist of Asian Development Bank (ADB), Albert Park; Professor of Economics and Director of DPRU University of Cape Town, Haroon Bhorat; Kepala UKM Center FEB UI, Zahra Murad; Presiden Direktur Lembaga Layanan Pemasaran Koperasi dan UKM (LLP-KUKM), Leonard Theosabrata; Kepala Cabang E-commerce dan Ekonomi Digital UNCTAD, Torbjörn Fredriksson, dan CEO Kopi Kenangan, Edward Tirtanata, pada sesi pertama, Lili Yan Ing mengungkapkan, pandemi Covid-19 mempercepat transformasi digital, termasuk dalam perdagangan. Pada 2020, sekitar 24 persen perusahaan menerima pesanan secara daring dan lebih dari 40 persen perusahaan melakukan pemesanan secara daring. Dalam hal ukuran, perdagangan digital telah meningkat lebih dari 10 kali lipat, dari sekitar USD 1 triliun pada 2010 menjadi lebih dari USD 10 triliun secara global.
Sementara itu, Haroon Bhorat membahas tentang adopsi teknologi dan menemukan ketimpangan dalam penggunaan internet, impor barang information and communication technology (ICT/teknologi informasi dan komunikasi), aplikasi paten, dan ketimpangan dalam ekspor teknologi tinggi. Menurutnya, perguruan tinggi juga memainkan peran penting terkait dengan penelitian dan pengembangan. Perguruan tinggi pada akhirnya dapat mendorong terobosan teknologi utama khususnya di bidang sains, teknologi, teknik, dan matematika dan mendukung ekonomi digital.
Albert Park dalam paparannya juga menunjukkan bahwa perdagangan digital, terutama di Asia, meningkat pesat. Hal ini dipercepat selama pandemi dan secara empiris terbukti meningkatkan perdagangan dan pertumbuhan ekonomi.
Mempromosikan perdagangan digital inklusif membutuhkan perbaikan domestik dan kerja sama internasional dalam standar, pembiayaan perdagangan, dan prosedur yang disederhanakan. Hal ini juga penting untuk meningkatkan produktivitas, daya saing, dan mengurangi hambatan regulasi yang tinggi.
Pada sesi kedua, Torbjörn Fredriksson menjelaskan peningkatan aktivitas digital telah meningkatkan permintaan produk teknologi informasi dan komunikasi (TIK). Sebagai implikasi, pangsa barang TIK dalam perdagangan meningkat dari 13 persen pada 2019 menjadi hampir 16 persen pada 2020.
Perkembangan serupa juga terjadi di Indonesia karena Digital Delivered Services (DDS) naik sebesar 22 persen. Adanya urgensi untuk memastikan akses yang lebih baik ke infrastruktur dan layanan TIK yang terjangkau dengan mendorong pasar telekomunikasi yang terbuka dan transparan telah meningkatkan investasi infrastruktur TIK.
Sesi berikutnya, Leonard Theosabrata menyampaikan misi SMESCO Indonesia untuk membangun ekosistem ujung ke ujung bagi UMKM di Indonesia yang memerlukan dukungan seluruh pemangku kepentingan.
Hal yang sama juga diungkapkan Zahra Murad dan Edward Tirtanata. Dukungan pada peningkatan kapasitas Sumber Daya Manusia (SDM), pembiayaan, infrastruktur TIK, dan regulasi menjadi prioritas untuk mendorong UMKM masuk ke perdagangan digital.
Dalam sesi diskusi, para pembicara juga menyampaikan pesan bahwa G20 merupakan forum yang efektif untuk mengelola transformasi digital global dan perdagangan digital. Momentum Presidensi G20 Indonesia diharapkan dapat mendorong peran negara-negara G20 antara lain menyediakan key enablers dalam hal keamanan data, cybersecurity, persaingan, dan infrastruktur digital; mengimplementasi dan pedoman untuk adopsi teknologi yang baik, termasuk robotik dan Artificial Intelligence (AI) untuk UMKM; mengurangi internet poverty dan kesenjangan teknologi dalam ekonomi dan lintas ekonomi melalui pembangunan infrastruktur teknologi dan konektivitas; mempromosikan insentif untuk adopsi teknologi bagi negara-negara berkembang; meningkatkan keterampilan digital melalui pendidikan tinggi dan sekolah vokasi; serta penyederhanaan prosedur kepabeanan serta penyederhanaan prosedur ekspor dan impor untuk mendorong perdagangan digital.
Penulis adalah Pongki Nangongolan H (Pranata Humas Kemendag)