SUARAINDONEWS.COM, Jakarta – Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir mengaku sempat bingung kala ditunjuk Presiden Joko Widodo (Jokowi) sebagai Menteri BUMN. Kata Erick, Jokowi meminta dirinya melakukan transformasi dan perbaikan BUMN secara besar-besaran.
“Tentu, jujur saja sejak awal saya secara pribadi juga bingung mulai darimana, sepertinya banyak hal yang memang di dalam BUMN harus dilakukan secara transformasi besar-besaran,” ujar Erick dalam webinar bertajuk “Kebijakan Pemerintah, Peluang, Tantangan, dan Kepemimpinan di Masa dan Pascapandemi Covid-19” di Jakarta, Selasa (15/6/2021).
Erick kemudian melakukan perbaikan sistem, pemetaan, database, peningkatan inovasi, proses investasi, dan perbaikan human capital atau sumber daya manusia (SDM).
Kata Erick, Kementerian BUMN merancang lima cetak biru yang meliputi: menciptakan nilai ekonomi dan nilai sosial bagi masyarakat; inovasi model bisnis; pemanfaatan teknologi; investasi; serta pengembangan SDM.
Dalam inovasi model bisnis, Erick ingin perusahaan pelat merah mampu beradaptasi dengan perkembangan zaman dan fokus terhadap core bussiness atau bisnis inti.
“Tidak bisa BUMN menjadi palugada (apa lu mau, gua ada), tetapi justru kepada bisnis intinya. Contoh ada rumah sakit yang ternyata dimiliki Pertamina, Pelindo,,dan lain-lainnya, tetapi tidak dikelola oleh the best expertis yang ada di industri rumah sakitnya,” ucap Erick.
Oleh karena itu, Erick menjadikan rumah sakit-rumah sakit BUMN ke dalam satu wadah holding agar lebih optimal. Erick juga mendorong BUMN untuk melakukan transformasi digital. Erick mengapresiasi langkah PT ASDP yang telah menerapkan tiket elektronik dalam pelayanan penyeberangan antarpulau.
Erick mengatakan perbaikan BUMN akan sangat bergantung pada peningkatan kualitas SDM. Sektor ini menjadi salah satu ujung tombak dalam transformasi BUMN yang dilakukan Erick melalui talent pool BUMN.
“Kita membuka seluruh kesempatan kepada anak muda Indonesia untuk bersama-sama kita memperbaiki SDM yang ada di BUMN sehingga kita bisa mempunyai BUMN yang lebih sehat,” kata Erick.
Bagian dari transformasi
Dalam kesempatan ini, Menteri BUMN Erick Thohir mengaku telah memangkas jumlah perusahaan pelat merah dari 108 BUMN menjadi tinggal 41 BUMN. Erick telah meminta PT Perusahaan Pengelola Aset (Persero) atau PPA untuk menangani kondisi BUMN yang dalam kondisi tidak baik.
“Kita ada namanya PPA untuk mengelola BUMN yang dalam kondisi kurang baik. Kita bisa lihat ada tujuh perusahaan BUMN yang memang sebenarnya sudah berhenti beroperasi,” ujarnya.
Erick mengaku melakukan pemantauan dalam kondisi BUMN yang tidak sehat saat ini. Erick menilai penyederhanaan jumlah BUMN merupakan bagian dalam transformasi BUMN menjadi lebih akuntabel, transparan, dan profesional.
Tak hanya jumlah BUMN, Erick juga memangkas jumlah klaster menjadi 12 klaster dari sebelumnya yang sebanyak 27 klaster. Setiap klaster dibagi atas sektor industri yang diemban BUMN.
Erick berharap setiap klaster mampu seperti klaster himpunan bank negara (himbara) atau klaster telekomunikasi yang tetap menjadi jagoan meski menghadapi pasar terbuka dan bersaing dengan perusahaan swasta dan asing.
rick juga menyoroti pentingnya inovasi bisnis model bagi setiap BUMN. Erick meyakini pandemi covid-19 akan mengubah banyak kebiasaan masyarakat ke depan.
“Ini yang memang kita harus antisipasi karena itu kemarin kita tekankan kepada direksi, perubahan bisnis model ini adalah merupakan keharusan yang harus kita hadapi,” ucap Erick.
Erick berharap sejumlah transformasi yang dilakukan mampu meningkatkan kualitas BUMN dalam menjadi perusahaan yang diakui di kancah internasional. Erick ingin jumlah BUMN yang masuk dalam Fortune Global 500 atau Forbes Global 2000 akan bertambah di masa mendatang.
“Kita harapkan makin banyak BUMN yang bisa masuk ke Fortune Global 500 atau Forbes Global 2000 yang sekarang ini baru empat BUMN dan swastanya ada dua. Kalau dibandingkan Cina yang jumlahnya puluhan ini tentu kita harus bisa targetkan paling tidak, bisa seperempat dari perusahaan-perusahaan Cina yang masuk pada Fortune Global 500 atau Forbes Global 2000,” kata Erick menambahkan. (wwa)