SUARAINDONEWS.COM, Jakarta-Kementerian Agama Republik Indonesia melalui Pusat Kerukunan Umat Beragama terus melakukan penguatan moderasi beragama dalam rangka menjaga persatuan dan kesatuan umat serta bangsa.
Salah satunya, melalui ‘Talk Show Moderasi Beragama dan Semangat Kebangkitan Nasional’, Festival dan Pameran Kerukunan bersama Seniman dan Budayawan di Jakarta, Senin (24/5). Acara ini dihadiri oleh Sekretaris Jenderal Kemenag RI Prof. Dr. H. Nizar, M.Ag, Alissa Qotrunnada Munawwaroh Wahid dan para seniman dan budayawan.
Dalam sambutannya yang disiarkan live streaming, Menteri Agama RI, Yaqut Cholil Qoumas, antara lain menyebutkan bahwa penguatan moderasi beragama diperlukan sebagai strategi kebudayaan kita dalam merawat keindonesiaan.
“Sebagai bangsa yang heterogen, sejak awal para pendiri bangsa sudah berhasil mewariskan satu bentuk kesepakatan dalam berbangsa dan bernegara, yakni Pancasila dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia, telah nyata berhasil menyatukan semua kelompok agama, etnis, bahasa, dan budaya,” ujar Menag.
Di tempat yang sama, Sekjend Kemenag. Nizar berharap agar Moderasi Beragama dapat menumbuhkan dan menguatkan semangat gotong royong untuk mempercepat pulihnya bangsa kita dari pandemi, sekaligus membangkitkan rasa nasionalisme.
Rasa nasionalisme kita bangun, kata Nizar, untuk kekuatan kebangsaan, komitmen untuk berbagi dan bersinergi dalam rangka mewujudkan cita-cita nasional.
Itulah yang menjadi ukuran, sejauh mana kepedulian kita membantu sesama, sejauh mana kepedulian kita saling menghargai satu sama Iain dalam hidup keragaman bangsa kita.
“Nilai-nilai toleransi akan perbedaan, nila-nilai yang tumbuh berkembang atas dasar komitmen dan kesadaran bermasyarakat, berbangsa dan bernegara tidak boleh luntur sampai kapanpun,” tegas Nizar.
Dalam kesempatan tersebut, Alissa Qotrunnada Munawwaroh Wahid selaku Koordinator Nasional Jaringan GUSDURian Indonesia mengingatkan kembali tulisan Presiden RI ke-4, Abdurrahman Wahid, yakni “Indonesia ada karena keberagaman, kalau tidak ada keberagaman tidak perlu ada Indonesia”.
Artinya, adanya toleransi, saling menghargai dan memahami. Saat kita memutuskan untuk merdeka pada 17 Agustus 1945, jelas sekali Indonesia itu ada karena keberagaman,” katanya.
Kini, sangat dibutuhkan pemahaman mengenai moderasi beragama agar masyarakat memiliki pandangan keberagaman. Persoalannya bukan hanya aturan, tapi apa yang ada di kepala.
“Ini pentingnya moderasi beragama, yakni untuk mengembalikan kita ke cara pandang yang memberikan ruang untuk beragama dalam keberagamaan itu,” tutur Alisa.
Kepala Pusat Kerukunan Umat Beragama, Dr. H. Nifasri, M.Pd mengatakan, bahwa pelaksanaan talkshow dalam rangka mensosialisasikan Moderasi Beragama kepada masyarakat.
Nifasri menekankan bahwa tidak satupun agama yang mengajarkan untuk mengatur orang apalagi sampai membunuh.
“Nah, moderasi beragama ini dimaksudkan untuk mengembalikan ajaran yang prinsip dan suci. Jika orang sudah menjadi moderat dalam beragama, dia tidak akan membuat kekacauan-kekacauan dan permusuhan,” kata Nifasri. (Tumpak S)