SUARAINDONEWS.COM, Jakarta – Siti Hardianti Hastuti Rukmana atau yang akrab disapa Mbak Tutut kembali menjadi sorotan setelah muncul dorongan agar putri sulung Presiden Soeharto tersebut bergabung kembali dengan Partai Golkar. Harapan ini disampaikan oleh praktisi hukum dan pemerhati politik sosial budaya, Agus Widjajanto, yang menilai kembalinya Mbak Tutut dapat memberikan warna baru dalam dinamika politik Golkar.
“Ada dorongan dari berbagai elemen masyarakat agar Mbak Tutut kembali berlabuh ke Golkar. Kita tahu jika Mbak Tutut itu tidak haus akan kekuasaan, tetapi dengan kembali ke Golkar tentu akan lebih mewarnai jalannya roda partai,” ujar Agus dalam keterangannya, Kamis (2/1/2024).
Mengembalikan Marwah Golkar
Agus menambahkan, sebagai putri mantan Presiden Soeharto—salah satu pendiri Golkar—kehadiran Mbak Tutut diharapkan dapat mengembalikan marwah partai berlambang pohon beringin itu, terutama dalam mendukung pemerintahan Prabowo-Gibran.
“Jika Mbak Tutut bergabung, itu artinya ada anak ideologis dan anak biologis dari Presiden Ke-2 Soeharto yang kembali berkontribusi di Golkar. Ini penting untuk menjaga nilai-nilai sejarah Golkar dalam pembangunan nasional,” jelas Agus.
Peluang dan Tantangan
Menurut Guru Besar Senior Hukum Tata Negara Universitas Padjadjaran, Prof. I Gde Pantja Astawa, sejak era Reformasi, orientasi kepemimpinan Golkar telah berubah dari berbasis tokoh menjadi berbasis kader. Namun, ia menganggap ini justru menjadi peluang bagi Mbak Tutut untuk bergabung.
“Dengan orientasi pada kader, pintu Golkar terbuka bagi siapa pun, termasuk Mbak Tutut, jika ia bersedia masuk. Namun, tantangan besar menanti, yaitu bagaimana pendekatan Mbak Tutut kepada kader Golkar saat ini,” ungkap Prof Gde.
Selain itu, Prof Gde juga menekankan bahwa Mbak Tutut memiliki “beban sejarah” terkait kiprah ayahnya, Presiden Soeharto, selama memimpin Orde Baru. Walau begitu, ia mengakui bahwa Mbak Tutut memiliki jiwa nasionalisme yang kuat dan kepedulian sosial yang tinggi, dua hal yang diwarisi dari ayahnya.
“Jiwa kerakyatan yang dimiliki Mbak Tutut adalah modal besar jika ia ingin kembali ke Golkar. Kepeduliannya terhadap masyarakat juga menjadi nilai tambah dalam merangkul kader partai dan masyarakat luas,” tambahnya.
Harapan Masyarakat
Dorongan agar Mbak Tutut kembali ke Golkar dinilai sebagai bentuk nostalgia terhadap masa lalu partai, sekaligus sebagai langkah strategis untuk memperkuat posisi Golkar di panggung politik nasional. Dengan pengalaman, pengaruh, dan dedikasinya, Mbak Tutut diyakini dapat berperan penting dalam mengangkat citra partai dan memberikan kontribusi nyata bagi pembangunan bangsa.
“Kalau saya sebagai Mbak Tutut, bergabung kembali ke Golkar mengapa tidak? Beliau mempunyai rasa dan karsa kerakyatan sebagaimana diwarisi ayahnya, Soeharto,” tutup Prof Gde.
Kembalinya Mbak Tutut ke Golkar, jika benar terjadi, akan menjadi momen penting dalam sejarah partai dan politik nasional, membawa harapan baru untuk menghadapi tantangan di era politik modern.
(ANTON)