SUARAINDONEWS.COM, Jakarta – Yogyakarta, Malam di Kagungan Dalem Pagelaran Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat terasa berbeda. Gemerlap lampu, suasana sakral, dan alunan musik yang memukau dari Yogyakarta Royal Orchestra (YRO) berhasil menciptakan momen tak terlupakan dalam acara syukuran pimpinan dan anggota DPD RI periode 2024-2029.
Acara ini nggak cuma soal rapat koordinasi dan gala dinner biasa. Ini adalah pertemuan penting, penuh budaya, dan dibungkus dengan penampilan orkestra spektakuler yang bikin siapa pun yang hadir merinding.
YRO: Musik Klasik ala Jogja yang Bikin Hati Bergetar
Di bawah arahan conductor P. Widyoyitnowaditro, YRO sukses menghadirkan perpaduan musik tradisional dan modern yang relevan dengan generasi sekarang. Nggak cuma gamelan aja, tapi ada juga alat musik seperti biola dan cello yang bikin musik mereka terasa megah sekaligus relatable.
Malam itu, YRO bawain lagu-lagu keren yang familiar banget, kayak:
– Tanjung Perak
– Lela Ledhung
– Yen Ing Tawang Ana Lintang
– Jenang Gula
– Gethuk
– Walang Kekek
– Jangkrik Genggong
– Koyo Jogja Istimewa (lagu viral dari Ndarboy Genk)
Setiap nada yang dimainkan seperti membawa semua orang ke perjalanan nostalgia, sambil tetap terasa segar dan modern. Lagu Koyo Jogja Istimewa jadi puncak penampilan yang bikin anak muda di sana nggak berhenti tepuk tangan.
Acara ini dihadiri tokoh penting, termasuk Ketua DPD RI Sultan Bachtiar Najamuddin, Wakil Ketua GKR Hemas dan Tamsil Linrung, serta anggota DPD lainnya. Tentu aja, Sri Sultan Hamengkubuwono X juga hadir, menyampaikan pesan yang bikin suasana semakin hangat.
“Ini bukan hanya sekadar pertemuan. Ini adalah momen untuk menunjukkan bagaimana budaya kita mampu menyatukan, menginspirasi, dan membawa bangsa ini ke arah yang lebih baik,” ujar Sultan.
Yogyakarta Royal Orchestra: Budaya Lokal yang Jadi Tren
YRO bukan orkestra biasa. Mereka adalah simbol hidupnya budaya Jogja yang terus relevan di zaman modern. Dengan inovasi mereka, musik tradisional yang dulunya dianggap ‘kuno’ sekarang jadi keren banget dan bisa dinikmati semua kalangan, termasuk Gen Z!
“Mereka berhasil membuktikan kalau gamelan itu nggak cuma buat festival tradisional, tapi bisa dibawa ke level internasional,” kata salah satu penonton muda.
YRO nggak cuma bawain musik, tapi juga cerita. Setiap lagu yang mereka mainkan punya makna mendalam, seperti Lela Ledhung yang menggambarkan ketenangan malam, atau Jenang Gula yang penuh filosofi kehidupan.
Acara ini nggak cuma soal musik atau budaya, tapi juga tentang bangga sama apa yang kita punya. Sri Sultan Hamengkubuwono X menekankan pentingnya menjaga tradisi sambil tetap membuka ruang untuk inovasi.
“Budaya itu nggak harus berubah, tapi bisa dikemas ulang biar lebih keren dan diterima generasi muda. Kita yang muda harus terus bangga sama warisan ini,” tambahnya.
Yogyakarta Royal Orchestra malam itu bukan sekadar tampil, tapi membawa pesan penting: budaya Indonesia itu luar biasa, dan kita harus terus melestarikannya. Dari Tanjung Perak sampai Koyo Jogja Istimewa, mereka membuktikan kalau tradisi bisa tetap hidup di tengah modernitas, bahkan jadi tren baru untuk anak muda.
Jadi, kalau kamu masih mikir budaya itu ‘ketinggalan zaman,’ YRO adalah bukti nyata kalau budaya itu timeless. Jogja, dengan segala keistimewaannya, berhasil bikin siapa pun yang hadir malam itu jatuh cinta lagi sama Indonesia.
(Anton)