SUARAINDONEWS.COM, Jakarta – Kementerian Perdagangan berkomitmen untuk berpartisipasi aktif dalam perwujudan Asia Pacific Economic Cooperation (APEC) Putrajaya Vision 2040 melalui penyusunan rencana implementasi (Implementation Plan) dan mempercepat pemulihan ekonomi kawasan Asia-Pasifik.
Komitmen tersebut ditunjukkan pada pertemuan Komite Perdagangan dan Investasi (Committe on Trade and Investment/CTI) yang digelar secara virtual pada 3—4 Maret 2021. Dalam rangkaian pertemuan APEC tahun ini, Selandia Baru sebagai tuan rumah APEC 2021 mengangkat tema “Join, Work, Growth. Together”.
“Terdapat tiga elemen ekonomi yang menjadi faktor pendorong utama dalam penyusunan rencana implementasi APEC Putrajaya Vision 2040, yaitu perdagangan dan investasi; inovasi dan digitalisasi; serta pertumbuhan yang kuat, seimbang, aman, berkelanjutan, dan inklusif,” ujar Menteri Perdagangan RI Muhammad Lutfi di tempat terpisah.
Direktur Perundingan APEC dan Organisasi Internasional Farid Amir yang merupakan Ketua Delegasi RI dalam pertemuan CTI menyampaikan, tuan rumah APEC tahun ini menghadapi tantangan yang sangat besar.
“Selandia Baru memiliki tugas yang cukup berat karena penyusunan rencana implementasi visi APEC Putrajaya Vision 2040 harus mencerminkan tujuan seluruh Ekonomi APEC serta realitas ekonomi ke depan, terlebih lagi kendala pelaksanaan pertemuan yang harus dilakukan secara virtual,” kata Farid.
Farid mengungkapkan bahwa dalam keketuaan APEC tahun ini, Selandia Baru mengangkat tiga prioritas utama yang mendorong pemulihan ekonomi dengan fokus pada beberapa hal, yaitu pertama, kebijakan ekonomi dan kebijakan perdagangan untuk menindaklanjuti pekerjaan APEC dalam mendorong perdagangan dan investasi yang bebas dan terbuka.
Kedua, peningkatan pembangunan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan dengan mengedepankan pemberdayaan seluruh lapisan masyarakat dan penanganan isu-isu lingkungan. Ketiga, mendorong inovasi dan pemanfaatan ekonomi digital.
Berdasarkan prioritas APEC 2021 tersebut dan dalam rangka mempercepat pemulihan ekonomi, target capaian utama yang diusulkan oleh tuan rumah Selandia Baru mencakup inisiatif dalam memperkuat rantai pasok termasuk kelancaran distribusi vaksin, meningkatkan fasilitasi bagi pelaku bisnis, serta upaya mengurangi dampak kerusakan lingkungan dengan mendorong perdagangan produk ramah lingkungan.
“Indonesia mendukung tiga prioritas keketuaan Selandia Baru. Sebagai forum ekonomi regional, APEC perlu melakukan tindakan bersama dalam percepatan pemulihan ekonomi yang terarah, inklusif, berkelanjutan, serta berbasis inovasi dan digitalisasi. Pemulihan ekonomi harus dapat dirasakan semua lapisan masyarakat di kawasan Asia-Pasifik,” ucap Farid.
Farid menambahkan, penyusunan rencana implementasi Putrajaya Vision penting untuk menerjemahkan visi baru APEC ke dalam suatu rencana kerja nyata. Indonesia mendorong agar penyusunan rencana implementasi mengacu kepada Osaka Action Agenda tahun 1995, mengingat masih relevannya elemen di dalamnya sebagai tindak lanjut implementasi Bogor Goals dalam visi APEC 2040.
“Indonesia perlu berkontribusi positif dalam penyusunan rencana implementasi visi APEC dengan mengupayakan keselarasan dengan rencana pembangunan strategis jangka menengah dan jangka panjang Indonesia, serta Visi Indonesia Emas 2045 dan Tujuan Pembangunan Berkelanjutan 2030,”imbuh Farid.
Lebih lanjut, Farid juga menekankan perlunya kerja sama yang baik antar Ekonomi APEC untuk mendukung pencapaian visi APEC dan upaya percepatan penanganan pandemi. ”Sinergi, kolaborasi, dan sikap saling menghargai adalah kunci untuk mencapai hal tersebut,” tutup Farid.
Sekilas Mengenai APEC
APEC adalah forum kerja sama 21 ekonomi di lingkar Samudra Pasifik. Kegiatan utama APEC meliputi kerja sama perdagangan, investasi, serta kerja sama ekonomi lainnya untuk mendorong pertumbuhan dan peningkatan kesejahteraan di kawasan Asia-Pasifik.
Anggota Ekonomi APEC terdiri atas Australia, Brunei Darussalam, Filipina, Kanada, Chile, Tiongkok, Hong Kong, Indonesia, Jepang, Korea Selatan, Malaysia, Meksiko, Selandia Baru, Peru, Papua Nugini, Rusia, Singapura, Taiwan, Thailand, Amerika Serikat, dan Vietnam. Kerja sama APEC bersifat nonpolitis dan keputusan-keputusan yang dihasilkan sering kali tidak bersifat mengikat.
Pada 2019, anggota Ekonomi APEC mewakili 39 persen penduduk dunia (2,9 miliar jiwa), 47 persen perdagangan global (USD 22 triliun), dan 60 persen dari total riil GDP dunia (USD 48 triliun). Secara nilai, ekspor perdagangan Indonesia dengan kawasan APEC menunjukkan penurunan pada 2019. Total nilai ekspor Indonesia tahun 2019 ke anggota APEC tercatat sebesar USD 125,1 miliar, dibandingkan tahun 2018 yang sebesar USD 129,2 miliar. (EK)