SUARAINDONEWS.COM, Jakarta – Temanggung, Jawa Tengah, Ada sesuatu yang tak bisa dilupakan dari aroma tembakau di dataran tinggi Temanggung. Di tempat ini, Pabrik Cerutu Rizona berdiri kokoh, menjadi saksi bisu perjalanan panjang lebih dari seratus tahun. Berawal dari visi besar seorang perantau bernama Ho Tjong An, Rizona kini menjadi simbol tradisi, kualitas, dan cerita otentik yang melintasi zaman.
Jejak Sejarah: Dari Kereta Api ke Cerutu
Pada tahun 1841, Ho Tjong An, seorang pria asal Tungkwan, Shaanxi, Tiongkok, tiba di Indonesia. Awalnya, ia dikenal sebagai kontraktor andal di proyek-proyek besar seperti jalur kereta api Parakan-Secang. Tapi, mata bisnisnya melihat potensi lain di tanah Temanggung. Di tengah kesulitan menemukan tembakau lokal yang cocok untuk cerutu, ia memutuskan untuk berinovasi, membawa tembakau berkualitas tinggi dari Jawa Timur dan memadukannya dengan tradisi kuno.
Langkahnya ini bukan cuma soal bisnis, tapi juga soal keberanian menembus batas—membangun sesuatu yang abadi di tengah tantangan zaman.
Tradisi yang Tetap Hidup
Berlokasi di Jalan Diponegoro, Gedongan, Pabrik Rizona tidak berubah banyak sejak berdiri. Mesin-mesin tua masih berdentang pelan, seperti bernyanyi tentang masa lalu. Di dalamnya, puluhan tangan terampil—kebanyakan perempuan paruh baya—menggulung cerutu satu per satu dengan teknik manual yang diwariskan dari generasi ke generasi.
Setiap batang cerutu bukan cuma produk; itu adalah karya seni. Di balik setiap gulungan, ada cerita tentang keahlian, dedikasi, dan kebanggaan akan akar budaya.
Lebih dari Sekadar Cerutu
Nama “Rizona” bukan sekadar nama pabrik. Itu adalah legenda yang membawa cerita Temanggung ke dunia. Dengan tiga varian unggulan, cerutu ini telah melintasi pasar lokal dan internasional, bahkan sampai Taiwan. Kualitasnya dijaga dengan detail—segel cerutu dan stikernya masih diimpor langsung dari Belanda.
Ini bukan hanya bisnis. Bagi Rizona, setiap kotak cerutu adalah simbol kebanggaan Temanggung, lambang warisan budaya yang berkelas.
Warisan yang Didukung Pemerintah
Pada 24 November 2022, program GERBANG EMAS dari Bappeda Kabupaten Temanggung mengunjungi pabrik ini. Program ini menunjukkan betapa pemerintah menghargai tradisi sebagai identitas budaya sekaligus peluang ekonomi.
Mulyadi Hartono, generasi ketiga pemilik Pabrik Rizona, dengan bangga menceritakan misi keluarganya. “Rizona bukan cuma soal cerutu. Ini tentang cerita hidup yang terus kami tuliskan,” ujarnya.
Rizona: Melintasi Waktu
Pabrik Rizona adalah bukti bagaimana sejarah bisa menjadi landasan untuk masa depan. Di era modern ini, Rizona tetap setia pada tradisi, menjadikan setiap batang cerutu sebagai pengingat akan perjuangan, inovasi, dan kecintaan pada budaya.
Di Temanggung, cerutu bukan sekadar benda, melainkan cerita. Dan Rizona, dengan nyala api kecilnya, terus menghangatkan hati siapa saja yang mencintai warisan sejati.
(Anton)