SUARAINDONEWS.COM, Jakarta – Korban jiwa akibat serangan brutal Israel di Jalur Gaza terus bertambah. Angka kematian kini menembus 50.021 jiwa sejak Oktober 2023, menurut laporan terbaru dari Kementerian Kesehatan Palestina, Minggu (23/3/2025). Dalam 24 jam terakhir saja, 41 warga sipil terbunuh, sementara 61 orang luka-luka, menjadikan total korban luka mencapai 113.274 orang.
“Banyak korban masih terjebak di bawah reruntuhan dan di jalan-jalan, sementara penyelamat kesulitan menjangkau mereka,” – Kementerian Kesehatan Palestina.
Serangan Terbaru: Gaza Kembali Membara
Sejak Selasa lalu, lebih dari 700 warga Palestina tewas dan 1.200 lainnya luka-luka akibat serangan udara mendadak Israel yang kembali menghancurkan harapan gencatan senjata yang sempat berlangsung Januari 2025.
Sementara itu, Pengadilan Kriminal Internasional (ICC) telah mengeluarkan surat perintah penangkapan untuk Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu dan mantan Menteri Pertahanan Yoav Gallant atas dugaan kejahatan perang dan kejahatan terhadap kemanusiaan di Gaza. Israel juga tengah menghadapi kasus genosida di Mahkamah Internasional (ICJ).
Gaza Jadi Neraka: 17 Ribu Anak Jadi Korban
Dari lebih dari 50.000 korban, 17.000 di antaranya adalah anak-anak. Generasi muda Gaza nyaris musnah akibat pemboman tanpa henti yang menyasar permukiman warga, sekolah, rumah sakit, hingga tempat ibadah.
“Seluruh generasi telah hilang. Anak-anak ini adalah masa depan Gaza. Mereka yang seharusnya menjadi pemimpin, dokter, ilmuwan – kini telah tiada,” – Koresponden Al Jazeera.
Israel terus menjatuhkan berton-ton bom ke wilayah Gaza, membuat kota ini nyaris rata dengan tanah. Gencatan senjata yang sempat berjalan pada akhir 2023 ternyata hanya menjadi jeda sejenak sebelum Israel kembali menggempur wilayah Palestina.
Kelaparan Mengancam: Gaza Kehabisan Makanan & Air
Sudah lebih dari tiga minggu sejak Israel memblokir total masuknya makanan, air, dan obat-obatan ke Jalur Gaza. Kini, jutaan warga menghadapi ancaman kelaparan dan kehausan.
“Saya ke sini mau ambil beras untuk anak-anak, tapi berasnya habis. Tidak ada makanan di Gaza,” – Saed Abu al-Jidyan, warga Gaza.
Di Rafah, pengungsi Palestina terlihat berbondong-bondong berjalan kaki membawa barang-barang mereka, menghindari serangan yang semakin menggila. Mereka yang mencoba bertahan di rumah-rumah mereka pun menghadapi ancaman kelaparan.
Dunia Diam, Israel Tak Peduli
Masyarakat Israel tampaknya tidak menunjukkan rasa empati atas jumlah korban tewas yang kini telah melampaui 50 ribu jiwa.
“Masyarakat Israel tidak tertarik untuk bertanggung jawab atas kematian warga Palestina. Bahkan mereka tidak mengakui kematian warga Israel akibat perang ini,” – Ori Goldberg, komentator politik Israel.
Sementara itu, media di Israel lebih banyak membela agresi militernya, membuat banyak orang menjadi mati rasa terhadap penderitaan rakyat Gaza.
Kesimpulan: Sampai Kapan Dunia Akan Membiarkan Ini Terjadi?
Angka 50.000 korban bukan sekadar statistik. Ini adalah nyawa manusia yang telah hilang. Gaza kini bukan hanya medan perang, tetapi kuburan massal bagi rakyat Palestina.
Dengan blokade total, serangan brutal, dan pembunuhan massal yang terus berlangsung, dunia harus bertanya: Sampai kapan kejahatan ini akan dibiarkan terjadi?
(Anton)