SUARAINDONEWS.COM, Jakarta-28 Mei 2019 atau hampir 22 hari yang lalu, satu band rock Indonesia asal Bandung, Speaker First menjadi Grup Band Rock Indonesia Pertama yang berhasil di kontrak oleh label musik dunia BMG International. Dan sekaligus menjadi band rock Asia pertama yang dimanajemeni langsung oleh BMG International.
Hal ini nampaknya tepat sekali seperti yang diprediksikan seorang jurnalis musik Indonesia yang juga bermukim di Amerika Serikat, yang menyebutkan Speaker First sebagai satu dari lima musisi Indonesia yang bakal menembus pasar musik dunia di Amerika Serikat.
Mahathir Alkatiry, Beni Bernady, dan Bony Barnady, para personil Speaker First ini pun menandatangani kontrak bersama Thomas Scherer, Executive Vice President Repertoar & Marketing Los Angeles dan Marian Alexander Wolf, Vice President Head of Global Writer Service at BMG di 6100 Wilshire Blvd #1600, Los Angeles, Amerika Serikat.
Hadirnya mereka di Indonesia, semata selain untuk melepas rindu akan tanah airnya, juga ingin berbagi pengalaman bagaimana Speaker First bisa dimanajemeni oleh BMG International, walau meski melalui proses perjalanan bermusik yang panjang dan menyakitkan hampir selama 17 tahun. Mulai dari Indonesia hingga hijrah ke London, Inggris.
Mahathir Alkatiry atau akrab disapa Attir, sang vokalis Speaker First, mengaku sangat senang dengan penandatanganan kontrak tersebut dan proses konsistensinya untuk meyakini pilihan warna dan cara bermusiknya. Apalagi setelah sejumlah label musik international lainnya sepanjang tahun 2017 lalu mulai melirik kualitas musik mereka.
“Jadi ini awal dari perjuangan kami ke ‘kolam’ industri yang lebih besar dan diharapkan menjadi awalan yang baik untuk band-band Indonesia lainnya untuk Go International, Literally !”, tegas Attir.
Selanjutnya, dengan penandatanganan tersebut, kini mereka tinggal konsentrasi untuk membuat karya karya musik yang bagus. Sedangkan untuk hal hal lain diluar pembuatan karya sepenuhnya menjadi tanggungjawab BMG International. Seperti dalam waktu dekat Speaker First harus segera bersiap siap untuk tampil live di Amerika Serikat dan Jerman, selain di sejumlah kota di UK.
Memang diakui Attir, selama musik Speaker First berproses di London, inggris. Meski mereka harus bekerja untuk menghidupi pilihan musik tersebut. Banyak pengalaman berharga yang menjadikan mental mereka kuat, konsisten, komitmen, profesional dan menempa terus menerus menjadi diri sendiri untuk menghasilkan karya karya musik yang bagus.
“Kini setelah perjalanan panjang itu, Speaker First merasa berada di kolamnya yang benar di Amerika Serikat sebagai kiblat dari musik rock di dunia dan sangat menuntut karya karya musik yang bagus serta original. Mereka hanya menuntut karya musik yang jujur dan sikap profesional dalam bermusik kita. Karena mereka tidak peduli atau tidak mau disibukkan oleh pencitraan yang dibangun oleh artisnya,” ujar Attir.
Dan mandiri secara finance di luar musik, menjadi kunci, selain keyakinan dan kesungguhan dalam genre musik yang Speaker First pilih. Hal itu harus dilakukan karena idealisme musik Speaker First tidak mau diganggu atau dikontaminasi, bahkan harus melacurkan diri oleh hal hal yang lain yang akan mengganggu kesungguhan ketiganya dalam bermusik.
“Buat musik kami tidak mau diganggu. Tetap idealis. Tidak mau dihantui untuk mengejar target. Atau untuk mengejar target musik kami harus dikorbankan, nggaklah. Buat kami duit carilah dengan cara yang lain dengan kami bekerja atau usaha,” ungkap dua kembar Beny Barnady dan Bony Barnady, menambahkan.
Beny Barnady dan Bony Barnady pun menambahkan bahwa membikin lagu yang bagus menjadi kewajiban kami. Sedangkan hak mereka, perform kami lewat karya karya yang kami buat. Baru dapat kompensasinya atau royaltinya. Soal promosi, apakah mau lewat film, mau lewat iklan atau yang launnya, itu urusan mereka. Dengan kata lain, kami bikin lagu yang benar, perform karya dan kewajiban mereka monetais karyanya saja. Dan nanti ada festival tentu ada iklan, tour itu berjalan.
“Artis musik disana tidak sibuk dengan kemasan, sehingga artis sudah kaya selebritis. Padahal artis musik yang dilihat adalah karya musiknya bukan kemasannya. Karena artis musik adalah seniman, bukan selebritis. Itulah atmosfer yang membedakan disana. Sehingga kami berhak bangga, berhak sombong atas karya saya. Sementara soal pencapaiannya adalah bonus,” lanjutnya lagi.
Dan dengan berada dibawah manajemen musik BMG International, karya yang Speaker First buat tidak kan berhenti di satu titik atau tidak berkembang. Itu sangat kami hindari. Terbukti Speaker First bertahan sampai sekarang, karena kami selalu mengikuti perkembangan. Hal itu yang selalu kami pegang untuk eksistensi Speaker First. Intinya adalah karyalah yang berbicara, tambah Attir lagi.
Sebelum menutup perbincangannya, Attir mengungkapkan kalau Tuhan benar benar sayang banget sama Speker First. Bermain dan perjalanan sebuah band butuh chemistry, itulah proses yang selama ini kami jalani. Semoga kerjasama Speaker First dengan BMG International menjadi jalan kebaikan dan awal buat banyak band band lain di Indonesia.
Speaker First terbentuk pada tahun 2002 oleh dua kembar Beny Barnady dan Bony Barnady. Speaker Firs pun banyak tampil di sejumlah panggung musik International seperti Wodstock Festival 2017 di Polandia, Liverpool Sound City Festival 2018 dan Musicexpo 2018 di Los Angeles, Amerika. Speaker First telah memiliki 2 album, yaitu Whatever You Say (Sony Music, 2004) dan Dunia Milik Kita (Duta Musik, 2009) dan 1 EP, Mudan dan Berani (Self Realeases, 2010) serta pernah ikut mengisi soundtrack Film GIE (Sony Music, 2005).
Sementara Sapta Ramdhani menjelaskan bahwa Vulcan Entertaiment hadir untuk membawa talent-talent dari Indonesia untuk bisa di terima di pasar global. Jadi memang selain Vulcan Entertainment menjadi talent development, juga mempunyai program-program seperti musik conference, workshop dan juga produksi film dimana sangat berguna bagi stakeholder di dunia entertainmen, baik di industri film, musik atau hiburan.
(pung; foto ist