SUARAINDONEWS.COM, Jakarta – Probolinggo, Jawa Timur, Bayangkan jika sampah yang biasa kita lihat sebagai masalah besar, ternyata bisa menjadi solusi energi yang menguntungkan. Itulah salah satu potensi yang ditawarkan oleh teknologi co-firing, sebuah inovasi yang mendapat dukungan penuh dari Wakil Ketua Komisi XII DPR RI, Sugeng Suparwoto. Teknologi ini memungkinkan penggunaan dua jenis bahan bakar sekaligus di pembangkit listrik tenaga uap (PLTU), yang tidak hanya mengurangi ketergantungan pada batu bara, tetapi juga mengurangi emisi berbahaya yang mengancam bumi.
Apa Itu Co-Firing?
Co-firing adalah teknologi yang memungkinkan pembakaran dua bahan bakar secara bersamaan. Di PLTU, satu bahan bakar adalah batu bara, sementara yang lainnya bisa berupa biomassa seperti pellet kayu, cangkang sawit, atau bahkan serbuk gergaji. Tujuannya? Mengurangi penggunaan batu bara, serta menurunkan emisi gas rumah kaca yang berbahaya bagi lingkungan.
Sugeng Suparwoto menjelaskan,
“Co-firing bukan hanya tentang memanfaatkan biomassa, tapi kita juga bisa mengolah sampah menjadi energi. Ini adalah cara cerdas untuk menurunkan emisi sekaligus mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil.”
Sampah Jadi Energi? Bisa!
Salah satu aspek yang membuat teknologi ini menarik adalah kemampuannya untuk mengolah sampah menjadi sumber energi. Bayangkan, sampah yang biasanya menjadi masalah besar untuk lingkungan, justru bisa digunakan untuk menghasilkan energi yang bermanfaat. Ini adalah solusi win-win: mengurangi volume sampah yang mencemari lingkungan sekaligus menghasilkan energi yang dapat digunakan untuk kebutuhan sehari-hari.
Sugeng menambahkan,
“Dengan mengolah sampah menjadi energi, kita tidak hanya mengurangi emisi dari sampah yang mencemari udara, tetapi juga mendapatkan energi baru yang berguna. Ini adalah langkah besar untuk masa depan yang lebih bersih.”
Target Ambisius: 5% Co-Firing di Indonesia
Indonesia memiliki target besar untuk mengimplementasikan teknologi co-firing ini di seluruh negara, dengan angka yang tidak main-main: 5%. Target ini berarti sekitar 10 juta ton batu bara akan digantikan dengan biomassa atau sampah setiap tahunnya.
Sugeng menyatakan,
“5% co-firing setara dengan mengurangi sekitar 10 juta ton penggunaan batu bara. Bayangkan, itu sudah cukup untuk mengurangi emisi karbon yang dihasilkan dari pembakaran batu bara, yang selama ini menjadi penyumbang utama polusi udara.”
Teknologi Ramah Lingkungan di PLTU Batu Bara
Meskipun batu bara masih akan tetap digunakan untuk memenuhi kebutuhan energi listrik, Sugeng menekankan bahwa teknologi ramah lingkungan kini diterapkan di PLTU batu bara. Salah satunya adalah konsep super-super critical atau ultra critical yang dapat menurunkan emisi karbon secara signifikan.
Sugeng menjelaskan,
“Kami terus memastikan bahwa PLTU batu bara menggunakan teknologi yang lebih efisien dan ramah lingkungan. Salah satunya adalah teknologi carbon capture and storage yang dapat menangkap karbon dan mencegahnya keluar ke udara.”
PLTU Batu Bara: Masih Dibutuhkan, Tapi Lebih Bersih
Meskipun energi terbarukan terus berkembang, Sugeng mengingatkan bahwa PLTU batu bara masih akan diperlukan untuk memenuhi kebutuhan energi yang terus meningkat. Namun, dengan pendekatan yang lebih efisien dan beremisi rendah, penggunaan batu bara dapat diminimalkan.
Sugeng menegaskan,
“Batu bara masih diperlukan, tetapi dengan teknologi yang lebih efisien, kita bisa mengurangi dampak buruknya terhadap lingkungan. Jadi, meskipun kita beralih ke energi terbarukan, batu bara tetap bisa digunakan, asalkan emisinya lebih rendah.”
Kesimpulan: Langkah Cerdas Menuju Energi Bersih
Co-firing membuka banyak peluang untuk mengurangi ketergantungan pada batu bara, mengurangi emisi, dan mengolah sampah menjadi sumber energi yang berguna. Dengan target nasional 5% co-firing, Indonesia dapat mengurangi penggunaan batu bara hingga 10 juta ton per tahun, yang akan berdampak besar pada penurunan emisi karbon dioksida dan zat berbahaya lainnya.
Sugeng menutup,
“Dengan teknologi yang tepat, kita bisa menciptakan energi bersih yang ramah lingkungan. Energi terbarukan akan terus kita dorong, namun PLTU batu bara tetap beroperasi dengan cara yang lebih efisien dan beremisi rendah.”
*Inilah langkah nyata untuk masa depan energi yang lebih bersih. Jadi, mari kita dukung penggunaan teknologi co-firing demi bumi yang lebih hijau dan energi yang lebih berkelanjutan.
(Anton)