SUARAINDONEWS.COM, Jakarta – Pemerintah Indonesia semakin serius membuka peluang kerja bagi tenaga kesehatan di luar negeri. Kolaborasi antara Kementerian Kesehatan (Kemenkes) dan Kementerian Pelindungan Pekerja Migran Indonesia (BP2MI) bertujuan menyederhanakan regulasi, meningkatkan pelatihan, dan membuka jalan bagi tenaga kesehatan Indonesia (nakes) untuk bersaing secara global.
Peluang Besar: Gaji Tinggi dan Kebutuhan Mendunia
Saat ini, dunia membutuhkan 6,4 juta tenaga kesehatan, khususnya perawat. Namun, Indonesia baru mengirimkan sekitar 1.000 nakes hingga saat ini.
“Saya minta tahun depan kita kirim 2.000 tenaga kerja, kemudian naik jadi 5.000, hingga 10.000 per tahun,” ujar Menteri Kesehatan, Budi Gunadi Sadikin.
Tidak hanya jumlah yang besar, peluang ini juga menjanjikan kesejahteraan yang lebih baik bagi tenaga kesehatan Indonesia. Perawat di Jepang, misalnya, bisa mendapatkan penghasilan hingga Rp30 juta per bulan, sementara di Jerman mencapai Rp50 juta per bulan.
“Ini peluang besar untuk meningkatkan taraf hidup tenaga kesehatan kita. Mereka bisa lebih sejahtera dan membantu keluarga mereka di Indonesia,” tambah Budi.
Penyederhanaan Proses untuk Nakes
Untuk mempermudah keberangkatan tenaga kesehatan ke luar negeri, pemerintah menyederhanakan regulasi, termasuk pemeriksaan kesehatan. Menteri P2MI, Abdul Kadir Karding, menekankan pentingnya menyesuaikan persyaratan dengan kebutuhan negara tujuan.
“Kalau negara tujuan hanya meminta tes kolesterol dan asam urat, kita sesuaikan saja. Tidak perlu menambahkan syarat yang tidak relevan,” tegasnya.
Selain itu, BP2MI juga mendorong standarisasi biaya pemeriksaan kesehatan yang saat ini masih timpang. Di Jakarta, biaya pemeriksaan kesehatan sekitar Rp600 ribu, sedangkan di daerah bisa mencapai Rp1,6 juta.
“Kita ingin biayanya lebih seragam. Tapi tentu ada penyesuaian untuk daerah tertentu seperti Papua yang kondisinya berbeda,” tambah Karding.
Poltekkes Jadi Garda Depan Persiapan
Kementerian Kesehatan juga memperkuat peran Politeknik Kesehatan (Poltekkes) di seluruh Indonesia. Poltekkes akan diarahkan untuk memenuhi kebutuhan spesifik negara tujuan, termasuk pelatihan bahasa sejak awal pendidikan.
“Misalnya, satu Poltekkes fokus menyiapkan tenaga kerja untuk Jepang, sementara Poltekkes lain untuk Jerman. Dengan begitu, prosesnya akan lebih cepat dan sesuai kebutuhan,” kata Karding.
Kemampuan bahasa menjadi salah satu prioritas dalam pelatihan ini. Sejak awal, calon tenaga kesehatan akan dibekali bimbingan bahasa agar lebih siap bekerja di negara tujuan.
Tantangan Biaya dan Model Pembiayaan
Meski proses semakin mudah, pemerintah belum bisa menggratiskan pemeriksaan kesehatan untuk calon tenaga kesehatan. Menurut Karding, hal ini masih menjadi beban bagi Kemenkes.
“Kalau biaya pemeriksaan kesehatan digratiskan, itu terlalu berat bagi Kemenkes. Tapi kami sedang mencari model pembiayaan yang paling terjangkau dan tidak memberatkan calon pekerja,” jelasnya.
Langkah Strategis untuk Masa Depan
Program ini tidak hanya membuka peluang kerja, tetapi juga memperkuat daya saing Indonesia di sektor kesehatan global. Dengan penghasilan yang menjanjikan dan dukungan pemerintah, langkah ini diharapkan bisa mengangkat kualitas hidup tenaga kesehatan dan keluarga mereka.
“Ini bukan hanya soal jumlah tenaga kerja, tetapi bagaimana meningkatkan kesejahteraan rakyat dan membawa nama Indonesia ke panggung internasional,” tutup Menteri Budi Gunadi Sadikin.
Dengan peluang besar di pasar global, generasi muda Indonesia yang berminat di bidang kesehatan memiliki kesempatan emas untuk berkembang dan mendapatkan pengalaman internasional. Pemerintah memastikan langkah ini menjadi bagian penting dari pembangunan ekonomi dan peningkatan kualitas hidup masyarakat Indonesia.
(ANTON)