SUARAINDONEWS.COM, Jakarta – Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin secara resmi menyerahkan Surat Selesai Adaptasi dan Surat Tanda Registrasi (STR) seumur hidup kepada tujuh dokter spesialis lulusan luar negeri. Penyerahan ini dilakukan di kantor Direktorat Jenderal Tenaga Kesehatan Kementerian Kesehatan, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, pada Senin (16/12).
Ketujuh dokter spesialis yang menerima STR tersebut terdiri dari tiga orang dokter spesialis ortopedi dan traumatologi (Sp.OT), tiga orang dokter spesialis penyakit dalam (Sp.PD), dan satu orang dokter spesialis obstetri dan ginekologi (Sp.OG). Program adaptasi ini merupakan salah satu inisiatif penting dari Kementerian Kesehatan untuk mengatasi kekurangan dokter spesialis yang terjadi di berbagai daerah di Indonesia, terutama di daerah-daerah terpencil.
Dalam sambutannya, Menkes Budi Gunadi Sadikin mengungkapkan bahwa penyerahan STR ini merupakan langkah penting dalam mendorong lebih banyak dokter Indonesia yang memperoleh pendidikan dan pelatihan di luar negeri untuk kembali dan memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat Indonesia. “Kami berharap program ini dapat terus berkembang, dan pada tahun depan jumlah dokter yang mengikuti program adaptasi bisa meningkat menjadi 100 hingga 200 orang,” ujar Budi setelah acara penyerahan.
Budi juga menyampaikan bahwa saat ini terdapat 32 dokter yang sedang dalam proses adaptasi dan diharapkan mereka segera menyelesaikan tahapannya. “Ini adalah kesempatan bagi dokter-dokter Indonesia yang telah menimba ilmu di luar negeri untuk kembali berbakti kepada tanah air. Kami juga berharap para dokter yang telah berhasil menyelesaikan program ini dapat membantu menyebarluaskan informasi mengenai program adaptasi kepada kolega mereka di luar negeri,” tambahnya.
Program adaptasi ini dihadirkan sebagai solusi untuk mengisi kekurangan dokter spesialis di Indonesia. Budi menekankan bahwa masalah kekurangan tenaga medis bukan hanya terjadi di Indonesia, tetapi juga merupakan isu global. Di banyak daerah di Indonesia, terutama di wilayah terpencil, masyarakat masih kesulitan mendapatkan akses pelayanan medis yang memadai.
“Dengan adanya program adaptasi ini, kami berharap bisa mengurangi kesenjangan dalam distribusi tenaga medis, sehingga daerah-daerah yang selama ini kekurangan dokter spesialis dapat terbantu. Selain itu, ini juga menjadi salah satu solusi untuk meningkatkan kualitas layanan kesehatan di Indonesia,” ujar Budi.
Keberhasilan program ini bergantung pada partisipasi aktif para dokter diaspora, yang diharapkan dapat kembali ke Indonesia dan melayani masyarakat yang membutuhkan. Selain itu, penyerahan STR ini diharapkan dapat mendorong lebih banyak dokter untuk mengikuti program yang sama, demi mewujudkan pemerataan akses kesehatan yang lebih baik di seluruh Indonesia.
(Anton)