SUARAINDONEWS.COM, Jakarta-Menurut Brent D. Ruben (2013) komunikasi manusia adalah suatu proses dimana hubungan seorang yang satu dan yang lainnya dalam suatu organisasi atau dalam masyarakat menciptakan, mengirimkan serta menggunakan informasi untuk berkoordinasi dengan lingkungan dan sekitarnya. Sementara menurut Durkin (2009), Byrne, Flood, Shanahan (2012) komunikasi berperan penting dalam mencapai tujuan, dan telah banyak studi yang menghubungakan antara sifat pemalu dan keterampilan komunikasi. Selain itu, banyak peneliti yang telah membuktikan bahwa keterampilan komunikasi yang buruk adalah faktor utama dari sifat pemalu yang muncul ketika masih kanak-kanak, serta beberapa peneliti juga menemukan bahwa keterampilan bahasa yang buruk dan ketakutan untuk berkomunikasi dapat menyebabkan rasa pemalu bagi pelajar.Keterampilan komunikasi lisan merupakan kemampuan seseorang dalam berkomunikasi melalui berbicara dan umpan balikdapat diberikan secara langsung, meliputi kemampuan dalam wawancara kerja, seminar, lokakarya, public speaking, pidato formal dan presentasi (Djoko Purwanto, 2006: 77).
Keterampilan komunikasi lisan sudah digunakan sejak zaman dahulu, sebab keterampilan komunikasi lisan menjadi hakikat komunikasi yang digunakan sejak manusia diciptakan. Komunikasi lisan menjadi sebuah budaya bagi masyarakat dalam menyampaikan pesan secara lisan atau kata-kata. Seperti halnya, kita berbicara kepada orang lain dalam masyarakat. Menurut Suharto (2005: 122) keterampilan berkomunikasi lisan pada dasarnya merupakan kemampuan berpikir logis, sistematis, dan analisis dengan menggunakan bahasa sebagai alat untuk mengungkapkan gagasan. Artinya, seseorang yang memiliki keterampilan komunikasi yang baik maka diperlukan pula kemampuan berpikir logis, sistematis, dan analisis. Dengan adanya tiga kemampuan berpikir tersebut maka gagasan dan informasi yang diungkapkan akan semakin berkualitas. Definisi informasi dari komunikasi lisan menurut Sunyoto (2015) adalah pelanggan akan berbicara kepada pelanggan lain atau masyarakat lainnya, tentang pengalamannya menggunakan produk yang dibelinya.
Beberapa hal yang dapat digunakan sebagai indikator dalam menentukan apakah komunikasi lisan tersebut berhasil atau tidak, menurut Lupiyoadi (2008) komunikasi lisan dapat diukur dengan menggunakan indikator sebagai berikut: a) Bicara hal positif, yaitu kemauan pemasar serta pelanggan dalam membicarakan hal-hal positif suatu produk atau jasa kepada orang lain dapat memberikan kesan yang baik sesuai pengalamannya terhadap produk atau perusahaan; b) Rekomendasi pemasar dan konsumen kepada konsumen lain dapat meningkatkan kepercayaan dan keinginan memilih suatu produk atau jasa kepada orang lain. Komunikasi lisan yang efektif mendukung kelancaran pencapain tujuan komunikasi. Beberapa cara berkomunikasi yang efektif (Hutagalung, 2007) adalah dengan melihat lawan bicara, suaranya terdengar jelas, ekspresi wajah yang menyenangkan, tata bahasa yang baik, pembicaraan mudah dimengerti, singkat dan jelas.
Penelitian: Karakteristik Responden
Responden pertama (R1) merupakan seorang CPNS laki-laki yang berasal dari luar Pulau Jawa, berusia 28 tahun, dan saat ini tinggal di Jakarta berdua dengan pasangannya dalam satu rumah. Sementara, responden kedua (R2) merupakan seorang CPNS perempuan yang berasal dari Pulau Jawa, berusia 28 tahun, dan saat ini tinggal di Depok berdua dengan pasangannya dalam satu rumah. Responden ketiga (R3) merupakan seorang CPNS perempuan yang berasal dari Pulau Jawa, berusia 31 tahun, dan saat ini tinggal di Jakarta bersama keluarganya dalam satu rumah. Responden keempat (R4) merupakan seorang CPNS perempuan yang berasal dari Pulau Jawa, berusia 24 tahun, dan saat ini tinggal di Jakarta bersama dengan saudaranya dalam satu rumah. Sedangkan responden kelima (R5) merupakan seorang CPNS laki-laki yang berasal dari Pulau Jawa, berusia 25 tahun, dan saat ini tinggal bersama keluarganya dalam satu rumah
Hasil Pembahasan Indikator Komunikasi Lisan.
Dari Indikator kelogisan R1 dan R4 mendapatkan skor rata-rata tertinggi sebesar 3,7. Sementara untuk indikator sistematis, R2 mendapatkan rata-rata skor tertinggi sebesar 4,2. Indikator terakhir yang diteliti untuk komunikasi lisan adalah analisis, dimana R2 dan R4 mendapatkan rata-rata skor tertinggi sebesar 4. Pernyataan R1 terkait indikator kelogisan dapat dikutip sebagai berikut:
“Saya berkomunikasi lisan dengan keluarga lebih dari 5 jam sehari, dengan menggunakan bahasa nonformal agar lebih nyaman dan efektif. Kalau di kantor juga lebih memilih menggunakan komunikasi lisan nonformal untuk membicarakan terkait pekerjaan dan hal-hal di luar pekerjaan seperti hobi, makanan, teman-teman dan kenalan.”
Serupa dengan R1, pernyataan R4 yang menyatakan kelogisan adalah sebagai berikut:
“Aku memilih menggunakan komunikasi lisan nonformal, tidak kaku, santai, dan dipadu dengan logat daerah. Tapi kalau berkomunikasi dengan teman kantor, aku lebih memilih komunikasi lisan nonformal dan membicarakan tentang hal-hal yang berhubungan dengan pekerjaan, teknis administrasi pengisian kinerja harian, dan hal-hal di luar pekerjaan seperti tren social media, dekorasi rumah, dan lain-lain.”
Terkait indikator sistematis, pernyataan R2 yang mencerminkan hal tersebut adalah:
“Saya akan menyesuaikan dengan kebiasaan di kantor, yang mana kadang lebih tepat berkomunikasi lisan formal ataupun melalui komunikasi tulisan dalam bentuk surat. Hambatan komunikasi saat di kantor adalah masih belum tahu kemana harus bertanya tentang masalah yang sedang dihadapi, budaya komunikasi di dalam organisasi, sehingga aku membutuhkan waktu penyesuaian. Cara mengatasi hambatan komunikasi tersebut dengan meningkatkan kemampuan saya dalam mendengarkan dan menyampaikan aspirasi dengan benar.”
Adapun untuk indikator analisis, R2 mengatakan:
“… ketika berkomunikasi dengan senior dan pimpinan di kantor, saya akan menyesuaikan dengan kebiasaan di kantor, yang kadang lebih tepat berkomunikasi lisan formal ataupun melalui komunikasi tulisan dalam bentuk surat.
Kutipan pendapat R4 terkait indikator analisis sebagaimana berikut:
“…komunikasi lisan lebih efektif, dimengerti, dan mudah untuk dipahami, sehingga bisa mendapatkan respon dan feedback yang cepat.”
Sebagai temuan penelitian bila dilihat berdasarkan hasil pembahasan indikator dan dikombinasikan dengan karakteristik responden, R2 yang merupakan seorang perempuan berasal dari suku Jawa dan berusia kurang dari 30 tahun dalam penelitian ini dapat dikatakan memiliki keterampilan komunikasi lisan yang baik. Hal ini terlihat pula dalam sikap wawancara yang ditunjukan R2 sesuai dengan pendapat dari Hutagalung (2007) bahwa beberapa ciri komunikasi yang efektif adalah suaranya terdengar jelas, ekspresi wajah menyenangkan, tata bahasa yang baik, dan pembicaraan mudah dimengerti. Hal tersebut merujuk pada kategorisasi sistimatis pada keterampilan komunikasi lisan. Melalui hasil penelitian dengan sampel terbatas ini mengesankan bahwa komunikasi lisan lebih dikuasi oleh seorang perempuan. Namun, sepertinya diperlukan penelitian lebih lanjut dengan variable-variabel komunikasi lainnya agar didapatkan hasil penelitian yang lebih meyakinkan.
Penulis adalah: Pongki Nangolngolan. H (Pranata Humas Ahli Muda Kementerian Perdagangan RI)