SUARAINDONEWS.COM, Jakarta-Tantangan yang dimiliki Indonesia secara historis adalah logistik, yakni pengiriman produk fisik, mengingat kondisi geografls Indonesia berupa pulau pulau yang sangat banyak. Tapi dalam konteks aset digitaI/kripto, seharusnya tidak boleh menghadapi tantangan seperti itu. Seharusnya lebih cepat dan murah. Jadi, saya cukup optimis tentang masa depan Indonesia dalam blockchain dan kripto. Demikian ditegaskan Gin Chao, Strategy Officer Binance di sela sela perhelatan Empowering Blokchain Summit di Sheraton Grand Hotel, Gandaria City yang berlangsung 13-14 September 2019.
Selanjutnya, ditambahkannya bahwa saat ini ada sekitar 48,7 persen (sekitar 126 juta jiwa) orang Indonesia yang memiliki rekening bank. Dan 1,2 juta pengguna kripto di Indonesia yang baru mewakili tingkat penetrasi 1 persen. Jadi dengan kata lain, hal itu menggambarkan seberapa banyak ruang untuk pertumbuhan di negara terbesar ke 4 di dunia ini. Sementara secara global saja smartphone membutuhkan sekitar 5 tahun untuk pertumbuhan 1 persen, lalu menjadi 10 persen, ungkap Gin Chao, mantan pemain bola basket di NBA (National Basketball Association) ini.
Salah satu keunggulan kripto adalah “tidak berbatas”, mampu menjangkau banyak orang secara global. Tidak memperhitungkan soal kondisi geografls. Sehingga investasi Binance sangat tergantung pada mutu tim pencetus proyek tersebut. Kemudian, apa saja solusi yang dapat dicapai dan bagaimana cara mencapai itu.
Tidak ada strategi khusus bagi para pengguna di negara tertentu seperti di Indonesia. Prinsipnya melayanl semua pengguna dengan mutu tertinggi, termasuk dukungan teknis Iainnya. Binance sebagai penyedia likuiditas kripto dan setiap pengguna di negara manapun memiliki sumbangsih terhadap total likuiditas kripto secara global.
Indonesia sebagai negara yang sangat besar, tentu memiliki potensi yang Iebih tinggi daripada kebanyakan negara Iainnya. ltulah sebabnya Binance harus meningkatkan jumlah sumber dayanya, menyesuaikan dengan peningkatan adopsi dari Indonesia yang semakin tinggi. Dan Binance mengutamakan proyek yang sangat memperhatikan pada penyelesaian masalah di industri blockchain kripto yang sedang berkembang ini.
Empowering Blockchain Summit 2019, sebuah platform untuk menemukan solusi dan berbagi wawasan tentang cara yang lebih baik dalam menerapkan teknologi blockchain ke industri secara keseluruhan di Indonesia dengan negara-negara Asia Tenggara lainnya, yang diadakan di Sheraton Grand Hotel, Gandaria City, Jakarta, 13-14 September 2019, yang didukung oleh Chainway, sebuah platform bisnis blockchain berbasis di lndonesia untuk menghubungkan bisnis global blockchain dengan industri blockchain Indonesia, serta memberikan solusibisnis.
Seminar perdana ini mempertemukan para pemimpin, pendiri dan pengembang perusahaan besar untuk bersama-sama membangun momentum dan untuk terlibat dalam diskusi tentang masa depan industri blockchain. Sekaligus menampilkan gambar profil tinggi di blockchain global dan dunia aset crypto. Diantaranya mitra terbesar seperti BlNANCE, Samsung SDS, INDODAX, Samsung Electronics Indonesia, QCP Capital, SolidBlock, dan Gopax Indonesia.
Pada hari pertama, pemain global yang paling berpengaruh di industri aset blockchain dan crypto akan berbagi pandangan tentang industri blockchain dan cara praktis untuk menerapkannya ke sektor publik dan swasta. Turut hadir pejabat pemerintah untuk berbicara tentang industri dalam waktu dekat dengan teknologi blockchain dan prospek kerangka peraturan, baik dari Bapebti (yang diwakili Sahudi, yang menegaskan Krypto sebagai bagian dari komiditi yang juga telah diatur regulasinya); BeKraft (yang diwakili Fadjar Hutomo dan memperkenalkan program Portamento bagi dunia musik Indonesia melalui blockchain system), dan Kemenkominfo (yang diwakili Riki Arief Gunawan, red).
Hari kedua difokuskan pada apa yang terjadi di pasar blockchain dan strategi bertahan hidup. Selain itu, Pertemuan Super BlNANCE akan berlangsung untuk membahas dan berbagi tentang perdagangan, teknologi blockchain, dan fitur-fitur BlNANCE lainnya dengan para pembicara terkemuka.
Sementara itu, Chairman Asosiasi Blockchian Indonesia (ABI), Muhammad menjelaskan bahwa keberadaan ABI ini bertujuan untuk menggalang dan mengorganisir pelaku usaha teknologi Blockchain dalam menciptakan lingkungan berusaha yang berkualitas yang memacu pemahaman, pemanfaatan, kemajuan serta daya saing teknologi Blockchain, dalam kaitannya dengan revolusi industri 4.0, baik pada tataran nasional maupun internasional.
“Seharusnya Indonesia menjadi pemimpin dalam bisnis Bitchoin,” pungkas Muhammad.
Sejumlah pembicara yang hadir pada Empowering Blockchain Summit 2019 diantaranya Gin Chao, Yael Tamar, Riki Arief Gunawan, Sidhart Sogami, Irvan Tisnabudi, Kay Tick, Lindy Chen, Eddy Travia, Joshua Ho, Nick White, Marius Silenskis, Simon Law, Nelly Sutjiadi, Jack Vinijtrongjit, Oscar Darmawan, Jiayi Lee, Mi Sun Cho, Gebhard Scherer, Steven Suhadi, Tiago Costa Alves, Yeujin Kong, Jean Daniel Gauther, Danny Baskara, Sri Bramantoro Abdinegoro, dan Bill Sun.
(tjo; foto dok