SUARAINDONEWS.COM, Jakarta – Ketegangan antara India dan Pakistan lagi-lagi bikin dunia pegang kepala. Kali ini, bukan cuma adu mulut, tapi benar-benar adu rudal. Hari Rabu (7/5/2025), India meluncurkan rudal ke arah Muzaffarabad—wilayah Kashmir yang dikuasai Pakistan. Empat masjid dan satu klinik jadi korban. Ngeri? Tentu saja.
Nggak cuma itu, rudal India juga mampir ke Muridke, kota kecil dekat Lahore, dan enam lokasi lainnya di Pakistan. Semua ini jadi bagian dari operasi militer bernama Operasi Sindoor. Pemerintah Pakistan, yang langsung menuding India menyerang warga sipil, menyebut 31 orang tewas. India? Mereka bilang targetnya milisi Lashkar-e-Taiba (LeT), bukan warga biasa.
India: “Bukan Warga Sipil, Tapi Teroris!”
Menurut India, rudal mereka sudah diarahkan dengan presisi tinggi. Nggak nyasar, katanya. Semua target adalah markas LeT—kelompok militan yang mereka tuding sebagai dalang pembunuhan 26 turis asal India di Kashmir pada 22 April lalu.
Masalahnya, yang ngaku bertanggung jawab atas serangan itu justru grup bersenjata lain bernama The Resistance Front (TRF). TRF muncul sejak 2019, pasca India mencabut otonomi Kashmir. Tapi India tetap kekeh: TRF itu cuma wajah lain dari LeT.
Balasan Pakistan: Pesawat Jatuh, Rudal Meluncur Balik
Nggak tinggal diam, Pakistan mengklaim menembak jatuh lima pesawat tempur dan drone India. India? Masih bungkam. Tapi warga Kashmir bilang mereka lihat tiga jet India jatuh di Pegunungan Himalaya malam itu.
Konflik ini makin rumit karena India juga menuding pemerintah Pakistan ikut bermain di balik serangan ke turis. Pakistan langsung pasang badan dan bilang: “Mana buktinya?”
Dari Masalah Air Sampai Isu Agama
Perseteruan India-Pakistan ini bukan konflik kemarin sore. Dari rebutan Kashmir—yang katanya secantik Swiss—sampai beda agama (Hindu vs Islam), semuanya bikin hubungan dua negara ini panas-dingin sejak 1947.
Sekarang, India bahkan ancam stop aliran air ke Pakistan. “Air India untuk India,” kata Modi. Bukan cuma slogan, ini bisa bikin wilayah Pakistan yang bergantung pada aliran air dari India kesulitan parah.
Dunia Mulai Resah: Indonesia Harus Apa?
PBB sampai turun tangan. Sekjen Antonio Guterres bilang dunia nggak siap kalau India dan Pakistan sampai beneran perang. “Ayo damai, jangan serang-serangan terus,” pesannya.
Lalu Indonesia, gimana? Menurut pengamat dari Universitas Darussalam Gontor, Ida Susilowati, Indonesia bisa banget ambil peran jadi penengah. Apalagi kita punya modal: dekat dengan Pakistan lewat OKI (Organisasi Kerja Sama Islam), dan gabung BRICS yang ada India di dalamnya.
Tapi sayangnya, sejauh ini belum ada langkah konkret dari pemerintah RI. Mungkin masih sibuk urus ekonomi dan politik dalam negeri.
Dampak Buat Indonesia: Ekspor Bisa Seret
Dari sisi ekonomi, konflik ini jelas berpengaruh. India dan Pakistan adalah mitra penting Indonesia, terutama dalam perdagangan minyak sawit dan komoditas lain. Kalau konflik makin panas, permintaan bisa turun. Ekspor bisa seret.
Stabilitas nilai tukar rupiah juga bisa terganggu. Investor bakal makin waspada naruh duit di Asia Selatan—dan efeknya bisa nyamber ke Asia Tenggara, termasuk Indonesia.
Walau begitu, menurut ekonom Bhima Yudhistira, masih ada peluang. Kalau industri India terganggu, Indonesia bisa ambil alih pasar. Tapi tentu aja, itu nggak mudah. Teknologi kita belum selevel India. Jadi ya, kudu kerja keras dan strategis.
Perang bukan solusi, dan dunia jelas nggak siap kalau dua negara nuklir saling lempar rudal. Indonesia punya peluang buat tampil sebagai juru damai. Tinggal niat dan keberanian diplomatik yang dibutuhkan.
(Anton)