SUARAINDONEWS.COM, Jakarta – Utang Luar Negeri (ULN) Indonesia tumbuh 5,1% year on year (yoy) pada Januari 2025, mencapai US$427,5 miliar atau sekitar Rp6.968,25 triliun (kurs US$1 = Rp16.300). Negara kreditor terbesar masih dipegang oleh Singapura, disusul oleh Amerika Serikat (AS) di posisi kedua.
📌 ULN Pemerintah Naik, ULN Swasta Menurun
Berdasarkan laporan Bank Indonesia (BI), ULN pemerintah naik 5,3% yoy menjadi US$204,79 miliar (Rp3.338 triliun).
🗣️ “Perkembangan ULN tersebut dipengaruhi oleh ULN sektor publik, baik pemerintah maupun bank sentral,” ujar Kepala Departemen Komunikasi BI, Ramdan Denny Prakoso, Senin (17/3/2025).
📈 Kenaikan ini terutama didorong oleh meningkatnya aliran modal asing pada Surat Berharga Negara (SBN) internasional, yang menunjukkan masih tingginya kepercayaan investor terhadap ekonomi Indonesia.
Sementara itu, ULN swasta justru menurun, dengan posisi US$194,4 miliar pada Januari 2025. Kontraksi ini melanjutkan tren bulan sebelumnya yang juga turun 1,7% yoy.
🏦 Struktur ULN Indonesia Masih Sehat
💡 Meski utang bertambah, BI menegaskan bahwa struktur ULN tetap sehat. Rasio ULN terhadap Produk Domestik Bruto (PDB) turun menjadi 30,3% pada Januari 2025 dari sebelumnya 30,5% di Desember 2024. Selain itu, 84,7% dari total ULN adalah utang jangka panjang, yang lebih stabil dan minim risiko jangka pendek.
🇺🇸 Donald Trump Jadi Presiden AS Lagi, Porsi Piutang ke Indonesia Menurun
Di sisi lain, politik global ikut memengaruhi kondisi ULN. Donald Trump resmi memenangkan pemilu AS 5 November 2024 melawan Kamala Harris dengan 277 suara elektoral.
🔥 “Trump menjadi presiden pertama dalam lebih dari satu abad yang memenangkan masa jabatan kedua secara tidak berturut-turut.”
Setelah kemenangan Trump, piutang AS ke Indonesia sempat naik signifikan pada Desember 2024 dari US$27,37 miliar menjadi US$27,71 miliar. Namun, setelah ia resmi dilantik sebagai Presiden AS ke-47 pada 20 Januari 2025, angka itu justru turun menjadi US$27,6 miliar.
⚖️ Dampak Penurunan Piutang AS ke Indonesia
Turunnya porsi piutang AS ke Indonesia bisa menjadi indikator positif atau negatif, tergantung penyebabnya:
✅ Jika terjadi karena ekonomi AS yang kuat dan kebijakan fiskal yang sehat, ini bisa menjadi tanda positif.
❌ Namun, jika disebabkan pemotongan belanja pemerintah atau pengetatan kebijakan moneter yang berlebihan, dampaknya bisa berujung pada perlambatan ekonomi global dan ketidakstabilan pasar keuangan.
💬 Kesimpulan: ULN Indonesia masih dalam kondisi sehat meski meningkat, sementara dinamika global dengan kembalinya Trump ke Gedung Putih bisa membawa dampak ekonomi yang harus diantisipasi ke depan.
📢 Tetap update terus perkembangan ekonomi Indonesia hanya di sini! 🚀
(Anton)