SUARAINDONEWS.COM, Jakarta – Komitmen pesantren dalam perjuangan Palestina mendapat penekanan khusus dari Wakil Ketua MPR RI, Dr. H. M. Hidayat Nur Wahid, Lc, MA. Dalam pertemuan antara Majelis Pesantren Ma’had Dakwah Indonesia (MPDI) dengan tiga NGO kemanusiaan pro-Palestina, KNRP, BSMI, dan Adara Relief Internasional, Hidayat mendorong agar pesantren-pesantren anggota MPDI melanjutkan tradisi perjuangan mereka yang historis, baik untuk kepentingan Palestina maupun dalam membangun Indonesia menyongsong 2045.
Pertemuan berlangsung di Ruang Rapat Pimpinan MPR, Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Jumat (11/4/2025), dan dihadiri Ketua Umum MPDI KH Ayi Abdul Rosyid, pengurus pusat MPDI, serta perwakilan masing-masing NGO: Muqoddam Cholil dari KNRP, M. Jazuli Ambari dari BSMI, dan Direktur Utama Adara, Maryam Rachmayani.
Dalam sambutannya, Hidayat menekankan bahwa sejarah dan potensi besar pesantren perlu terus disambungkan dengan gerakan global kemanusiaan. Kolaborasi dengan NGO bukan hanya memperluas dampak, tetapi juga mendidik generasi santri dengan wawasan global yang kuat.
“Potensi besar di pesantren, dan sejarah perjuangan pesantren di Indonesia, penting dijaga dan dilanjutkan sehingga Generasi Emas di pesantren kita bisa bersinergi dengan NGO pro Palestina, dan NGO lainnya, sehingga menghasilkan output yang maksimal baik manfaatnya untuk Palestina maupun di Indonesia. Bila semakin terbiasa bersinergi, berkolaborasi, saling percaya dan saling menguatkan, maka dampaknya akan sangat bagus, baik untuk pesantren dengan para santrinya maupun untuk Indonesia dan Palestina,” kata Hidayat.
Ia menambahkan bahwa secara ideologis dan tujuan, pesantren serta NGO seperti KNRP, BSMI, dan Adara sudah berada pada jalur yang sama dalam urusan Palestina. Menurutnya, sinergi itu tinggal dimaksimalkan.
“Ketika para santri terhubung dengan masalah Gaza, maka diharapkan wawasan pesantren dan santri semakin meluas dan membuat tanggung jawab sejarahnya semakin menguat. Karena memiliki kepedulian kemanusiaan, kemudian berinfak atau minimal mendoakan untuk perjuangan Palestina agar merdeka dan tidak dijajah oleh Israel, maka hal ini sebenarnya mengikuti tradisi besar pesantren di Indonesia,” jelasnya.
Menariknya, Hidayat juga menelusuri akar historis keterlibatan pesantren Indonesia dalam isu Palestina. Ia mengungkapkan bahwa bahkan satu dekade sebelum Israel mendeklarasikan penjajahan atas Palestina, para ulama pesantren telah mengambil sikap tegas.
“Pada tahun 1938, atau 10 tahun sebelum Palestina dijajah oleh Israel, para kiai di pesantren, terutama kiai dari NU, yaitu KH Hasyim Asy’ari, KH Wahid Hasyim, KH Wahab Chasbullah, sudah memfatwakan bahwa umat Islam wajib membantu perjuangan rakyat Palestina agar tidak dijajah oleh Israel. KH Hasyim Asy’ari memfatwakan wajib memperjuangkan minimal dengan doa, karenanya dibuatkan Qunut Nazilah. KH Wahab Chasbullah memfatwakan membantu juga dengan dana.”
Narasi sejarah itu, kata Hidayat, menjadi legitimasi kuat bahwa gerakan donasi dan solidaritas pesantren terhadap Palestina bukanlah hal baru. Ia meminta agar pesantren tak ragu bahkan ketika aktivitas itu mendapat stigma.
“Jadi, kalau sekarang dikumpulkan dana dan sebagainya untuk perjuangan rakyat Palestina, itu melanjutkan tradisi para kiai. Bukan mengada-ada, apalagi kalau dianggap terorisme. Para kiai itu adalah Pahlawan Nasional. Hal itu harus dipahami oleh dunia pesantren sehingga mereka tidak mempunyai barrier, ketakutan atau kekhawatiran. Justru seharusnya pesantren berada di garda terdepan. Para santri pun bisa termotivasi seperti KH Hasyim Asy’ari, KH Wahab Chasbullah, yaitu menjadi kiai yang hebat, ilmu agamanya sangat kuat, semangat juang sangat tinggi, tetapi juga peduli terhadap masalah Palestina.”
Sementara itu, Ketua Umum MPDI KH Ayi Abdul Rosyid menjelaskan maksud pertemuan adalah memperkuat koordinasi lintas lembaga pesantren dan NGO kemanusiaan dalam mendukung perjuangan Palestina. Dengan sekitar 216 pesantren anggota MPDI, potensi solidaritas sangat besar jika dikelola terarah.
“Selama ini masing-masing pesantren dengan kepeduliannya kepada Palestina telah mengumpulkan donasi melalui berbagai kegiatan dan menjalin kerja sama dengan NGO Palestina. Tetapi ke depan kita ingin mengkoordinasi anggota MPDI dalam kerjasama yang lebih intens lagi dengan NGO Palestina seperti KNRP, BSMI, dan Adara,” ujarnya.
Pertemuan itu bukan sekadar diplomasi normatif. Ia menunjukkan bahwa suara pesantren di Indonesia tetap lantang dan solid dalam isu Palestina, dengan akar historis yang kuat dan jaringan yang kini terus diperluas secara strategis.
DSK | Foto: HO-Humas MPR RI